Pasang Iklan

Jasa pemasangan iklan bisa anda dapatkan disini dengan memesan tempat untuk iklan atau banner anda yang bertujuan untuk menginformasikan produk anda kepada konsumen. Website seks bugil ini memang kami dedikasikan untuk anda yang ingin lebih mengenalkan barang atau produk yang anda miliki. Harga bisa diatur sesuai dengan ukuran yang anda inginkan. Jika anda ingin menghubungi kami anda bisa melalui Yahoo Massanger kami di rezha.narendra@yahoo.com. Terima kasih.


Kisah Ditempat Kost

Cerita Dewasa,Sudah lama aku dan beberapa temanku mengincar sebuah kost putri yang masih baru didaerahku.Daerah dekat kampungku terdapat perumahan yang masih tergolong baru dan tempatnya cukup terpencil ditengah sawah yang kebetulan belum banyak berpenghuni. Hanya ada 5 rumah yang baru dibangun, dan yang ditempati baru satu dan itupun ditempati oleh 4 orang cewek yang kebetulan kost disitu. Kami sering memperhatikan mereka pada saat mereka sering lewat membeli barang kebutuhan dikampungku. Mereka semua cantik cantik dan putih. Belakangan kami mulai mengenal nama nama mereka. Mereka semua berasal dari luar daerah yang baru masuk kuliah semester pertama.

Suatu malam pada saat aku ,Joni,Bram,Agung sedang minum minuman keras salah seorang cewek penghuni kost yang bernama Tia baru saja melewati kami memakai kaos ketat dan celana pendek. Timbul pikiran jahat dibenakku dan kucetuskan pada teman-temanku.
“Wah Jon….cakep dan sexi juga ya penghuni kost itu..?” pancingku.
“iya tuh..sexi banget….wah sayang karena orang kayak kita kan bisanya cuman
ngeliat aja…”
Bram pun menimpali ” Bener cewek gitu ga bakalan mau sama orang kayak kita kita Jon..”
Lalu aku kemabali memancing mereka..”Klo emang ga mau kenapa gak kita perkosa aja sekalian rame-rame..kan bukannya dia juga ga bakalan jadi milik kita….?”
“Gila loh ….entar dipenjara gimana..?” sahut Agung.
“Ga bakalan ….. asal tahu caranya bro…” Sahutku
“Maksud loe gimana jack..?” Tanya Bram.

Aku mengeluarkan sebuah handycam dari tasku dan beberapa tutup kepala yang memang sudah lama aku siapkan

“Ini nih jurus ampuh memperkosa tanpa takut dilaporkan kepolisi..mau tahu caranya..?” Aku berkata kepada Agung “Kamu bisa gunakan ini kan..Gung.?” Agung tersenyum simpul dan mengangguk. “Jadi kita gunakan kamera ini saat kita memperkosa mereka dan kita gunakan sebagai ancaman klo mereka berani melapor..!!!!” Dan aksi itupun tak lama akan Dimulai……

******

Waktu menunjukkan pukul 22.30, perlahan kami satu persatu memanjat dinding belakang kost putri yang tidak terlalu tinggi itu. Pelan pelan kubuka pintu dapur yang tidak terkunci dan menuju kedalam pelan pelan diikuti oleh teman temanku. Aku melihat hanya ada 2 motor yang terparkir berarti hanya ada dua penghuni kost saat ini.
Darahku terkesiap ketika melihat salah satu kamar tidak terkunci dengan pintu sedikit terbuka, aku melihat tia sedang tidur dengan paha mulus putihnya yang terbuka. Aku segera membagi 2 kelompok masing masing dua orang. Aku dan Agung memasuki kamar Tia dan kelompok kedua Bram dengan Joni mengetuk kamar Heni.

Bram mengetuk kamar Heni perlahan..rupanya Tia terbangun terlebih dahulu karena kamar mereka bersebelahan. namun aku dan Agung sudah bersiap dan segera menempelkan golok dileher Tia. “Diem lo jangan bertingkah..!!!!!!” Tia terkejut dan masih terdiam. “Coba panggil temen kamu yang masih tidur dari sini..!!” wajah Tia pucat dan dengan gemetar memanggil temannya, “Hen…bangun Heniii…tolongin gue Heenn…” panggil Tia dengan suara gemetar. Sementara Bram masih mengetuk kamar Heni.

Tak lama pintu dibuka dan Bram langsung menyergap Heni sambil menempelkan goloknya pula.Heni terkejut dan langsung pucat, dia tidak berani berteriak.

“Ringkus dan ikat dia dengan lakban Bram..!! Biar dia menikmati tontonan gratis antara aku dan temannya ha..ha..ha…” perintahku.

Setelah Heni diringkus oleh kedua temanku, aku segera memakai topengku dan memberi isyarat ke Agung supaya menyalakan handycam.

Tia semakin pucat dan mulai memohon “Ampun bang …tolong jangan perkosa kami..ini kami ada sedikit uang untuk Abang..ambil semua yang Abang mau tapi tolong jangan perkosa kami bang..” Kata Tia hampir menangis.

Aku tampar wajah Tia, “Diem loh jangan berisik..!!” lalu mendorong tubuh mungil Tia keatas tempat tidurnya yang indah. Tia mulai terisak, aku tak perduli.

Aku segera meraih daster tipisnya dan kurobek dengan kasar. Tia mencoba berguling kesamping sambil menutupi daerah dadanya sambil menyembunyikan wajahnya yang manis. Aku segera meraih tubuhnya dan kutelentangkan dengan paksa. Aku membuka silangan tangan didada Tia dan dengan kasar sekali lagi aku merobek BH Tia yang hanya berukuran 32 B.Tampaklah kedua bukit indah yang mungil dengan puting susu yang memerah.

“Singkirkan tangan elo sekarang atau gua pukul lagi kamu..!!” perlahan lahan Tia menurut. Aku mulai meremas dan menciumi buah dada indah itu, sementara Tia masih terisak.Heni yang terbelenggu dipaksa kedua temanku untuk melihat semua kejadian itu. Aku membuka seluruh pakaianku, dan aku menjambak rambut Tia sehingga wajahnya terangkat.

“Nih kulum penis gue..awas klo ga mau gue bunuh kamu sekarang juga..!!!” Kataku
Tia menurut.. Oooh betapa nikmat rasanya ketika mulut mungil berbibir tipis itu mulai mengulum penisku. “Heh..setan!! Awas jangankena gigi elo rasanya sakit tahu…!!!” aku memaklumi karena mungkin Tia baru pertama kali ini mengulum penis seorang cowok. Dan aku segera memaju mundurkan wajah Tia dipenisku dengan menjambak rambutnya. Tanpa membuang waktu lagi aku segera memerintahkan kedua temanku untuk melepaskan Heni dan membuka lakban dimulutnya. Aku memerintahkan Heni supaya masuk keranjang dimana Tia sedang mengulum penisku.

“Buka bajumu…dan jilat vagina temanmu ini..awas kalau tidak mau menurut gue bunuh kamu sekarang juga..!!’ Kataku. Bram dan Joni terkekeh melihatku.
“Bisa aja kamu jack..wah wah..wah sekali dapet dua lalat nih ayo terusin jack..!!”
kata mereka.

Agung masih menyorot semua kejadian itu dengan handycamku.

Bram dan Joni mulai melepaskan semua pakaian mereka dan mengocok penis mereka , rupanya mereka juga terangsang melihatku.

Seperti perintahku setelah aku mengatur posisi sedemikian rupa, heni mulai menjilati vagina Tia dengan ragu-ragu. “Ayo yang mesra jilatin vagina Tia..!! Kalau tidak bisa kupotong lidahmu ..!!” gertakku. Heni menuruti kata kataku. Wajahnya semakin pucat dan hampir menangis. Setelah dia menjilati vagina Tia, rupanya kuluman tia pada penisku mulai kacau, oleh sebab kenikmatan yang ditimbulkanHeni pada vaginanya. Aku tersenyum melihatnya.

Birahiku segera memuncak dan segera ingin meperkosa vagina milik Tia yang terlihat sempit itu. Kemudian aku menyuruh tia untuk berhenti dan tidur terlentang. Aku menyuruh Heni untuk meletakkan vaginanya diatas mulut Tia.

“Nah sekarang gantian elo yang jilatin vagina milik Heni..jangan mau enaknya saja ya..!!” Tia pucat tapi dia menurut. wajah Tia terbenam diselangkangan milik Heni sementara mereka semua hanya terdiam ketakutan menuruti perintahku. Aku memposisikan penisku divagina Tia,sambil terus berusaha menyodok vaginanya aku terus meremas dan menciumi buah dada Heni yang berukuran sedang dan indah pula.

Lubang Tia masih terasa begitu sempit,walaupun terlihat kesakitan dia masih terus berusaha menjilati vagina Heni. Lubang milik Tia sudah basah akibat jilatan Heni tadi, dan Drrrt..drrt..drrt.aku segera memompa memasukkan penisku dalam vagina perawan milik Tia. Sempit sekali rasanya sehingga menimbulkan sensasi nikmat yang luar biasa dipenisku.

“Aah..tolong sudah bang sakit bang…aduh..sakit bang..tolong…!!” Jerit Tia

Bram segera mendatangi Tia dan menampar mulutnya ..PLAK..!!!

“Diem Loe dan jangan coba coba bersuara lagi..!! Jilatin terus mem*k temen kamu itu!!!” kata Bram.
Air mata Tia tak dapat dibendung lagi menahan perih, dan aku semakin tak peduli. Semakin cepat aku memompa penisku dalam vaginanya, sambil aku terus meremas dan mencium buah dada Heni yang vaginanya masih terus dijilatin oleh Tia.

Sepuluh menit kemudian …..Crrooot ! spermaku tumpah didalam vagina Tia. Aku mengentikan aktivitas penisku didalam vagina Tia. Terasa berdenyut denyut nikmat dinding vagina Tia. Sementara aku berhenti kini rupanya giliran Heni yang tiba tiba mengejang …rupanya dia juga mengalami orgasme karena jilatan Tia pada vaginanya.

Melihat hal itu aku jadi kembali terangsang dan penisku bangkit berdiri lagi. Aku menyuruh mereka bertukar posisi. Sekarang posisi Tia ditempati oleh Heni begitu pula sebaliknya. sekarang vagina Tia-lah yang dijilatin oleh Heni. Darah keperawanan Tia masih meleleh dipahanya bercampur spermaku. Aku mmerintahkan Heni untuk menjilati bersih sperma bercampur darahku dipaha Tia. Heni yang ketakutan itu hanya menurut sambil menangis, sesekali terlihat dia seperti mau muntah namun ditahannya.

“Awas klo elo sampai muntah gue keluarin semua isi perut eloe..ngerti..?” ancamku pada Heni. Gadis itu semakin ketakutan.

Kini penisku sudah berada dibibir vagina Heni, sementara Heni masih menjilatin vagina milik Tia yang baru saja kehilangan keperawanannya , aku terus mencumbu dan meremas dada Tia.

vagina Heni rupanya memang lebih sempit, aku sampai kesulitan beberapa kali membobol keperawanan miliknya. Sampai aku akhirnya benar-benar memaksa penisku barulah aku dapat menembus vagina Heni. Jujur saja ketika memerawani Heni penisku agak sakit karena memang vagina Heni lebih sempit dari vagina milik Tia. Setelah beberapa saat setelah penisku berada dalam vagina Heni yang sudah berdenyut dari sejak awal perawannya kubobol, aku mulai menggerakkan penisku maju mundur . Gilaaa…!! vagina Heni lebih nikmat dari vagina Tia karena memang bentuk tubuh Heni lebih kecil dari bentuk tubuh Tia.

Setengah jam aku memompa vagina Heni sampai akhirnya aku memuntahkan spermaku jauh labih banyak daripada spermaku di vagina Tia. Setelah aku menghabiskan spermaku diliang vagina Heni , aku meyuruh Tia untuk kembali mengulum penisku membersihkan sisa darah keperawanan Heni yang masih melekat di penisku.

Lalu aku berpaling kepada ktiga temanku yang sudah menunggu dengan telanjang dan masing masing penis yang sudah ngaceng.

“Bagaimana..?” Tanyaku……”
“Hebat Jack…….sampai sampai gue ama Joni udah ga tahan niiih…!!!” Kata Bram

“sabar..sabar dulu ya kalian pasti akan menerima bagian masing masing..”
“biar mereka bersihkan vagina mereka dahulu ….ya..?” Kataku

Bram sudah tidak sabar lagi, namun aku mencegahnya.

“Coba lihat dulu ini…”

Lalu aku segera memerintahkan kedua gadis itu untuk saling menjilati vagina temannnya hingga bersih.

Bram tertawa lebar”ha.ha..ha..betul juga maksud elo jack..masa kami dikasih bekas kecap elo…ha..ha..ha”

Setelah mereka melihat kedua vagina milik Sinta dan Tia sudah terlihat bersih dari spermaku dan ceceran darah keperawanan mereka yang masih menempel dipaha. Bram dan joni segera menyergap dan meperkosa kedua gadis malang itu, dilanjutkan dengan acara bertukar pasangan dan tak ketinggalan pula Agus sang ‘kameramen’ yang merekam semua adegan pemerkosaan itu.

Setelah hari menjelang subuh kami menguras seluruh harta kedua gadis itu termasuk motor ATM dan nomer Pin serta perhiasan yang tidak sedikit jumlahnya. Maklum sepertinya mereka anak orang kaya. Sebelum meninggalkan mereka aku sempat mengancam, kalau berani amcam-macam, adegan pemerkosaan itu akan kami sebarluaskan. Setelah itu kami semua pergi meninggalkan mereka hingga beberapa bulan lamanya.

Rupanya rahasia itu masih tersimpan rapi oleh mereka, karena setelah sekian lama kami merantau dan memutuskan untuk pulang kampung ternyata tidak ada tanda tanda bahwa kami dicari oleh pihak kepolisian. Hanya saja Tia dan Heni sudah tidak bertempat tinggal dokostnya lagi, rupanya mereka telah pindah

Cerita Dikampus

Kampus jam 06.30 ternyata masih sepi banget. Sampai para satpam bilang, “mau ganti shift lo? hehe…” Hal itu udah biasa gw alamin, karena jarak rumah ke kampus lumayan jauh banget.

Kantin jadi tempat ternyaman setelah kelas siang ini. Mata kuliah hari ini bener-bener malesin, full teori. Untung yang masuk banyak, jadi yang senasib juga banyak, hehe… Lagi enaknya jalan sambil celingak-celinguk nyariin menu yang klop di setiap stand satu persatu, ternyata gw meleng dan…”bruuk…duh!” waduh, nyundul cewek nih, jatuh dia. Gw tolongin Dia, “gila lo, lokit-lokit donk klo jalan… Bar!”, koq kayak kenal, taunya si Virny. dia beda jurusan sama gw, cuma sering jalan bareng, apalagi klo udah urusan gambar sketsa dan komputer, pasti gw berduaan terus sama dia sampai sore bahkan cuma buat ngobrolin doank. “Sori, sori… Laper nih, binyun milih yang mana…” kata gw. “Ah, tumben amat lo milih-milih menu, lo kan pemakan segala, Bara gitu loh…” ya, itu nama gw. Akhirnya kita milih menu barengan.

Sekedar info, Virny itu orangnya hampir setinggi badan gw (gw 186cm), jadi enak klo ngomong gak kayak mesin ATM, kudu nunduk. Bodynya gak kurus-kurus amat, cuma pantat & airbag-nya itu loh, sekal & kenceng bikin gemes, gak kayak ce yang laen, ngondoy alias menggelayut, hiii…. Muka dia menarik dan cukup manis dengan rambut hitam ikal sebahu.

Setelah makan siang, gw pamitan duluan dan langsung masuk ke kelas. Ternyata kelas kosong, soalnya pada demen masuk rada telat sih, terus gw nanya akademis, “dosennya ga masuk, Bar, tolong sekalian kasih tau yang lain ya…” wah, asik… Gw sms salah satu temen sekelas gw supaya nyebarin berita ini ke yang lain. Nah, sekarang mau kemana ya? Baru jam 13.00 siang, panas pula, untung udah makan. Ah, iseng aja ke kantin lagi, sekalian beli rokok.

Ternyata si bodatok (bokong-dada-montok) masih dimeja yang tadi sambil sibuk dengan laptopnya. “”Wah… ada bahan tongkrongan nih… Kebeneran hari ini gw gak bawa tablet pc gw”" pikir gw. Gw samperin deh dia, “Tok, lagi paen?”. “Tak, Tok, Tak, Tok… Asem lo! Program gw ngadat lagi ne, tolongin donk…” keluhnya. Gw tolongin dia sambil gw jelasin letak masalahnya, gw lumayan encer soal komputer sih, hehe bukan nyombong ya… Waktu gw jelasin, kan dia disebelah gw duduknya sambil fokus ngeliatin layar laptopnya, timbul ide iseng gw untuk mundurin sedikit kepala gw sambil tetap ngejelasin. Wooow! Keliatan deh tuh toket sebelah kirinya lewat celah kerahnya. Eh!? Koq bisa langsung keliatan gitu, waduh, nih anak plasplong toh alias gak pake BeHa! Uhuuuy… Bikin konak aja! Lagi asik-asiknya ngintip barang bagus, tiba-tiba “Hoi! Dodol, jelasin ngalor ngidul! Ngapain sih lo pake mundur-mundur segala?”. Karena gugup takut ketauan, “eh, oh, gak… puyeng aja deket-deket liatnya, suer…”

Gak kerasa ternyata hari udah sore, jam 17.00! Itu juga jam wekernya abang kantin yang udah kesel ga bisa beres-beres gara-gara nungguin kita pulang. Karena gak enak, kita pindah ke kelas terdekat (terjauh dari gerbang depan). Waktu ada satpam lewat, gw sempet nanya, koq belum ditutup, ternyata ada gladi resik buat acara wisuda anak senior besok, jadi dibuka terus sampe besok.

Gw nanya sama Virny, “lo ga pulang? udah malem lho…”
“Gak ah, ntar aja, lagian kost gw campur, jadi ga ada jam malamnya, lo klo mau pulang, duluan aja…” jawabnya.
“Ng… Gak juga deh, lagian gw udah males pulang jam segini, mending malem banget sekalian, lagian besok kan kampus libur, ada wisuda” jawab gw enteng.

Malam semakin larut, si otong ternyata minta ke wc. Si Virny masih iseng didepan laptopnya. Dari wc kantin, keliatan para panitia yang lagi sibuk gladi resik di dekat ruang aula. Selesai dari wc, gw jalan santai balik ke kelas tadi. Karena kelas itu menghadap kedalam dengan dinding kaca agak gelap dibelakangnya, keliatan agak jelas apa yang ada dibaliknya. Gw intip si Virny. Lho dia kenapa, kayak masukkin tangannya yang satu ke kaosnya dan satunya lagi kedalam celananya, dengan kepala agak menunduk. Agak susah nyari sudut pandang yang jelas, sementara kedua tangan nutupin kiri-kanan muka supaya bisa ngeliat jelas. Apa yang gw liat bener-bener ngebuat gw melotot. Virny lagi nonton bokep sambil masturbasi, mantaaaaap… Dia sepertinya nikmatin banget apa yang dia lakukan saat itu. Antara nikmat bermasturbasi, dan tegang plus takut klo aja ada yang mergokin.

Diam-diam gw masuk, samperin Virny dari belakang. Pelan-pelan gw masukkin kedua tangan gw ngegantiin tangannya yang sedang meremas-remas payudaranya. Awalnya dia kaget, setelah dia tau ini gw, sepertinya dia ngasih lampu hijau benderang dengan balas mencium bibir gw. Untung aja kelas itu ada di lantai atas dan lampu yang nyala cuma sinar layar laptop. Cukup lama kita berpagutan, dengan tangan gw yang aktif meremas payudaranya dan memainkan vaginanya dari luar cdnya. Ternyata Virny gak mau kalah, dia langsung jongkok dan membuka resleting celana gw, ngeluarin penis gw yang sempat membuatnya terdiam sebentar karena ukurannya yang cukup besar (18×5). Tanpa ngasih kesempatan gw untuk napas, dia langsung mengulum penis gw dengan ganasnya. Rasanya bener-bener gokil! Kayaknya dia mahir karena sering liat bokep. Terasa cukup ‘menyiksa’ si otong, gw berdiriin lagi Virny terus gw sambar bibirnya lagi sambil gw gendong dia ke meja panjang didepan kelas. Disana gw kerahkan semua kemampuan mulut gw dalam melumat vagina seorang gadis. Virny menggelinjang gak tentu, mendesah dan melenguh sambil berteriak-teriak kecil keenakan. “Akh… Akhhh… Ouuuh… Mmmh… Terrusss, Bbaaarrrr… Oh yyeeeahh…”

Gw gak mau klo gw yang minta ML duluan, gw buat dia tersiksa rasa nikmat, sampai akhirnya dia yang meminta duluan. “Barrr… Udah… Ayyyooo ddooonkk… Mmmasssukkinhh…” rintihnya membuat si otong tambah ganas berdirinya.
“Apa, sayang? Gak kedengeran…” bener-bener gw siksa dulu dia.
“Ahhh… Ooooh… Ayaaaannkkhh… Pleasssee…” rengeknya memohon.
Gw buka lebar paha putih dan mulus luar biasa indahnya itu. Lalu, sambil bertumpu dengan dua tangan, gw arahkan penis gw yang udah luar biasa tegangnya itu ke lubang vaginanya yang sudah basah. Dengan cara ini, rasanya lebih mantap, karena gak ada tangan yang ikut campur mengarahkan penis. Kutegangkan lebih kuat sambil menekan vaginanya. Tapi susah masuk, pasti Virny masih perawan, ah, sebodo, dia yang minta toh, justru ini yang menjadikan ML klop awalnya. Akhirnya gw berhasil masukkin kepala penis gw. “Ssssakkiit… Pelan-pelan donk, yannkkhh…” rintihnya kesakitan, karena ukuran penis gw yang memang besar untuk ukuran vaginanya yang masih perawan itu. “Gak apa-apa koq, yank… Cuma sebentar aja koq sakitnya, lagian gw bakalan pelan-pelan koq, tahan yah…” gw berusaha menenangkannya.
Gw dorong lagi, pelan tapi pasti. Seret, rapet, anget, peret jadi satu plus nikmat luar biasa seperti disedot-sedot, semakin dalam semakin kuat dan nikmat. Akhirnya, gw ngerasa seperti ada lapisan yang ngehalangin mata bor perkasa gw, ini dia mahkotanya. Gw itung, 1…2…3…Hup! Gw dorong agak keras “Zzzlepp…”. “Ayyaaank, sssaaakkkiiiiittss…. Kammmu, jahaattt… Kataaanyahh peelannn…” rengeknya sambil menitikkan air mata.
Gw cium bibirnya mesra, dia membalas dengan ciuman yang sangat nikmat. Saat itu baru setengah dari panjang penis gw yang baru masuk. Sambil terus kucium dan kuremas payudaranya, dengan sisa tenaga awal, gw hujam dalam-dalam penis gw sampai pangkalnya kedalam vagina Virny. Pagutan bibirnya mengencang dan air matanya lebih deras mengalir, tapi tetap gak gw lepasin.

Oh my God! Bener-bener gak bisa diukirkan dengan kata-kata rasanya!
Perlahan gw tarik, lalu kumasukkan lagi, Virny masih meringis kesakitan. Terus-menerus dengan perlahan tapi pasti gw goyang pinggul gw. Semakin lama, akhirnya pinggulnya ikut nagih rasa yang sama seperti yang gw rasain dari vaginanya. Genjotan gw makin lama makin agresif. Gw ganti posisi-posisi yang gw hapal dari kamus Kamasutra, walaupun gak mungkin semuanya. Gw sering baca mengenai seks yang tahan lama, oleh karena itu Virny yang gw rasa udah multi orgasme sebanyak lebih dari 5x sejak tadi, tapi gw masih belum sampai juga.

Akhirnya gw merasa kasihan juga ngeliat Virny udah kewalahan mengimbangi kemampuan gw. Gw lepas aturan napas, gw genjot vagina Virny secara gak beraturan, dan semua yang bisa ngebuat ejakulasi lebih cepat sampai. Terasa kayak ada yang ngedorong saluran dalam penis gw, gak bisa gw bedung lagi. “Oh, Virnyyy! I love you so muchhhh! I’m cummmin!!!”, “Oh yeaaah, hunnyyy, inside me pleeaseeee!!!” Lalu, gw tancap dalam-dalam penis gw di vaginanya, gw lepasin semua sperma gw kedalam rahimnya, banyak sekali.
“Ghhaaaah!!! Ouuhh…” betapa nikmatnya.
“Oh… I love you…” Virny senang akan kehebatan gw.
Waktu udah nunjukkin jam 01.30 pagi, berarti tadi kita udah bergumul selama 5 jam! Mantaaap…

Setelah beres-beres dan bersihin bekas-bekas sperma, keringat, dan darah keperawanan Virny. Gw papah dia menuju tempat kostnya. Gw tidurin Virny diranjangnya, dia nampak kecapean banget setelah gw bantai. Karena gw juga udah cukup cape, gw tidur di karpet kamar kostnya, dengan tangan gw megang tangannya dengan mesra.
Sekitar jam 06.00 gw pulang, pamit lewat kertas yang gw selipin dibantalnya karena dia masih belum bangun saking capenya.

Dari situlah setiap gw ke kampus, gw maupun Virny pasti selalu ngajak untuk ‘bertempur’ lagi, tapi di tempat yang berbeda. Kadang di wc dosen (ga ada khusus co/ce-nya soalnya), kadang di kelas bawah, kadang di ruang lab, kadang di kostnya yang jadi tempat favorit kita. Untung aja kita ngerti masalah kehamilan dsb. Jadi bisa menghindari Virny dari kemungkinan untuk hamil.

Nafsu Sang Penjual DVD

Perkenalkan namaku Wawan. Umurku 23 tahun, dan aku adalah mahasiswa tingkat akhir sebuah PTS di Jakarta. Saat ini aku tinggal menyelesaikan skripsi, tetapi sampai sekarang masih belum selesai-selesai juga. Mungkin karena aku saat ini terlalu fokus pada bisnis wiraswastaku. Hasilnya sangat lumayan sih, jadi membuatku agak mengabaikan skripsiku itu. Tetapi aku berniat untuk mulai mengerjakannya lagi di tengah-tengah kesibukan mengerjakan proyek-proyek bisnisku. Bangga juga bila mempunyai gelar nanti, dan terlebih hal itu bisa membuat orang tuaku senang.

Semenjak aku kenal dengan Tante Sonya, seperti kuceritakan dulu di ‘Beli Mobil Berbonus Seks’, aku jadi ketagihan bermain seks. Aku selalu memikirkan hal itu, terutama bila setelah beberapa hari tidak ada penyaluran. Memang aku mempunyai pacar, tetapi dengan Monika pacarku itu, aku hanya bercumbu saja dan tidak sampai berhubungan lebih jauh. Dia memang ingin mempertahankan mahkotanya sampai menikah nanti.

Berhubung sekarang aku sudah mempunyai penghasilan, aku bisa menggunakannya sebagian sebagai ‘biaya’ kenakalanku. Kadang aku dan temanku pergi hunting ABG-ABG yang sering nongkrong di mall atau tempat nongkrong lainnya. Hanya saja aku lebih suka kalau mengencani Tante-Tante yang kesepian, selain banyak pengalaman, juga bebas risiko dari PMS. Aku juga masih sering berhubungan dengan Tante Sonya, dan juga teman-temannya. Memang Tante Sonya ini memperkenalkanku dengan beberapa temannya yang kesepian. Mungkin lain kali aku akan menceritakan pengalaman nikmatku dengan mereka, tetapi saat ini aku ingin menceritakan kejadian lain beberapa hari yang lalu.

Malam itu aku sedang suntuk di tempat kosku. Aku perlu refreshing setelah mengerjakan salah satu proyek pesanan klienku. Kutelepon Monika untuk kuajak nonton, tetapi ternyata dia bilang bahwa dia sedang sibuk mengerjakan tugas kuliahnya yang sudah mendekati deadline.

Akhirnya kuputuskan saja untuk membeli DVD sekalian makanan untuk malam nanti. Di dekat tempat kosku, memang terdapat penjual DVD bajakan. Sudah sering aku beli DVD di tempat itu, malahan aku sudah kenal cukup dekat dengan penjualnya. Kadang saat aku beli DVD, uang kembaliannya aku beri untuk dia. Umurnya sekitar 25 tahunan dan berbodi seksi. Namanya Sinta, dan orangnya memang agak genit. Kalau dilihat sekilas, ada miripnya dengan Della Puspita. Tidak mirip sekali sih, tapi lumayan cantik. Hanya bodinya jauh lebih seksi jika dibandingkan aktris sinetron itu.

“Hai.. Mbak. Ada film baru nggak?” tanyaku setelah sampai di tempatnya berjualan.
“Ada Wan.. Nih pilih aja sendiri” katanya sambil menyodorkan setumpuk DVD. Kulihat DVD tersebut satu persatu. Ada beberapa yang menarik, seperti ‘The Terminal’-nya Tom Hanks dan ‘Collateral’-nya Tom Cruise.
“Mbak, dicoba dulu dong” kataku sambil menyerahkan kedua DVD itu padanya.

Mbak Sinta pun kemudian mencoba DVD itu di playernya. Kuperhatikan malam itu dia tampak seksi sekali, dengan T-shirt ketat yang menonjolkan keindahan payudaranya. Tubuhnya tampak padat berisi, dengan rok mini dari bahan jeans yang semakin menambah keseksiannya.

“Ya udah deh.. Saya ambil Mbak”
“Sedang sendirian nih Wan? Nggak pergi sama pacar?” tanyanya.
“Iya Mbak. Sedang suntuk nih, makanya saya beli DVD” sahutku.
“Mau yang lebih seru nggak?” tanyanya lagi sambil tersenyum genit.
“Boleh.” jawabku.

Dia pun lalu mengambil bungkusan plastik hitam dari balik lacinya, dan menyerahkannya padaku. Kulihat isinya, ternyata DVD porno.

“Wah.. Kalau beli ini nontonnya nggak bisa sendirian nih” pancingku.
“Emang perlu Mbak temenin?” godanya.
“Siapa takut.. Bener nih?” tanyaku. Aku senang sekali mendengarnya. Aku merasakan penisku sudah mulai tegang membayangkan nikmatnya tubuh Mbak Sinta.
“Tapi nanti ya Wan.. Satu jam lagi aku off. Jemput aja aku nanti”

Akhirnya setelah janjian dan membayar DVD yang kuambil, 2 DVD biasa dan satu DVD porno, aku pun pergi dahulu untuk makan malam sambil menunggu Mbak Sinta pulang. Aku pergi ke restoran fast food yang berada tak jauh dari tempat penjualan DVD itu. Tak sabar aku menunggu satu jam lagi..

Singkat cerita, Mbak Sinta telah berada dalam mobilku. Aku pun memacu mobil kembali ke tempat kosku.

“Ih.. Kok ngebut sih Wan? Udah pengen ya?” godanya genit.
“Iya nih Mbak.. Wawan udah pengen diajarin Mbak” sahutku asal.
“Ah.. Pasti kau udah pinter kan..” jawabnya sambil menyilangkan kakinya. Paha mulusnya makin menambah gairahku.
“Kamu kalau main kuat berapa lama Wan? Jangan cepet lho.. Puasin Mbak dulu ya?” tanyanya lagi genit.
“Iya pasti Mbak puas deh..”
“Habis tunangan Mbak kalau main cepet banget..” katanya lagi. Pantas jadi genit begini, pikirku.

Sesampainya di tempat kosku, aku langsung masuk ke kamarku bersama Mbak Sinta. Memang di tempat kosku ini, kamarku agak terpencil hingga bebas saja membawa siapa pun masuk ke tempat kosku ini.

Kunyalakan AC dan TV-ku. Segera kupilih DVD porno yang berjudul ‘Sporty Babes 2′ dan kunyalakan DVD playerku. Aku pun kemudian beranjak menuju ranjang dimana Mbak Sinta telah menunggu. Kami kemudian menikmati tontonan seru itu. Di layar TV tampak seorang gadis bule cantik sedang disetubuhi di tempat permainan bowling. Desahan suara gadis itu begitu menggairahkan. Tampak lawan mainnya sangat menikmati keindahan tubuh gadis itu saat menyetubuhi sambil menghisapi payudaranya.

Nafas Mbak Sinta sudah memberat di sebelahku. Tangannya mulai meremasi tanganku. Kupalingkan wajahku menatapnya, dan Mbak Sinta langsung melumat bibirku. Diciuminya aku dengan penuh gairah. Lidahnya mulai menerobos masuk ke dalam rongga mulutku, yang kemudian kuhisap gemas. Tanganku pun mulai meremasi payudaranya yang kenyal dari balik T-shirtnya yang ketat.

“Sebentar.. Mbak buka dulu ya” katanya sambil melepaskan T-shirt putih yang dipakainya. Tampaklah payudaranya yang besar dibungkus BH berwarna krem. Puting payudaranya tampak menonjol di balik kain BH-nya itu.
“Ayo kamu yang buka BH-nya Wan” ujarnya menggoda.

Tanganku langsung membuka kaitan BH di punggungnya. Lalu kuturunkan tali penyangga dari pundaknya, dan terpampanglah payudara Mbak Sinta di depanku. Payudara yang ranum dan besar, dengan putingnya yang menonjol menantang. Kuusap-usap dan kupilin perlahan puting payudara Mbak Sinta yang manis ini, sambil kemudian kuciumi lagi bibirnya.

“Ayo Wan, tunggu apa lagi. Isap susu Mbak dong” pintanya. Sambil berkata demikian, tangan Mbak Sinta agak menekan kepalaku ke bawah menuju dadanya. Tanpa menunda waktu lagi kujilati seluruh permukaan payudaranya.
“Ohh..” lenguh Mbak Sinta ketika lidahku mengenai putingnya yang telah menonjol keras.

Erangannya semakin menjadi ketika kuhisap putingnya sambil sesekali kugigit perlahan. Sementara aku menghisapi payudaranya yang sebelah kiri, tanganku mempermainkan payudara yang sebelahnya. Tangan Mbak Sinta mengusap-usap rambutku sambil terus mengerang nikmat.

“Iya Wan.. Bener gitu.. Aduh.. Enak.. Oh..” erang Mbak Sinta sambil meliuk-liukkan badannya. Aku pun semakin bernafsu menghisapi dan menjilati payudaranya yang kenyal itu.

Kulirik layar TV, dan di layar terpampang adegan dimana seorang gadis bule berambut pirang sedang dijilati vaginanya di atas sebuah meja billiard. Erangan gadis tersebut dari suara TV bercampur dengan suara lenguhan Mbak Sinta yang sedang kulahap payudaranya.

“Ayo Wan.. Mbak ajari seperti itu” ujarnya sambil menarik rambutku dan menunjuk ke layar TV. Kemudian didorongnya pundakku menuju ke arah bawah.
“Cepet buka celana Mbak” katanya lagi.

Aku pun kemudian mengangkat rok jeans mininya dan tampaklah celana dalam warna krem berenda yang dipakainya. Kubuka celana dalam itu, dan tampaklah liang kewanitaannya dengan rambut yang tercukur rapi. Tangan Mbak Sinta mengelus-elus kemaluannya sendiri, sambil matanya menatapku genit.

“Ayo Wan. Mbak pengen ngerasain jilatanmu di sini” katanya lagi sambil tangannya masih sibuk mengusap-usap vaginanya.

Kudekatkan kepalaku ke liang kewanitaannya, dan kujulurkan lidahku. Perlahan kujilati vaginanya. Tubuh Mbak Sinta menggelinjang hebat kala itu, sambil mulutnya mengerang dan meracau nikmat.

“Ohh.. Wan.. Ya.. Jilati terus Wan.. Enak.. Ohh..”.

Sambil melenguh, tangannya menekan kepalaku ke selangkangannya, dan akupun dengan penuh gairah menikmati liang vagina Mbak cantik ini. Erangannya semakin keras dan tubuhnya meliuk-liuk liar ketika aku menghisapi klitorisnya.

“Terus Wan.. Oh.. Oh..” sambil mengerang Mbak Sinta meremas-remasi payudaranya sendiri.
“Ayo Wan, kamu tidur di sini” katanya sambil bangkit dari ranjang.
“Mbak ajari posisi yang lebih enak”

Aku pun patuh dan tidur telentang di ranjang. Sementara kulihat sekilas di TV, si gadis bule cantik sedang disetubuhi secara doggy style di atas meja billiard. Erangan suara dari TV menambah erotis suasana di dalam kamarku. Mbak Sinta kemudian naik ke atas wajahku. Diturunkannya tubuhnya, sehingga liang kewanitaannya tepat berada di atas mulutku. Kujulurkan lidah, dan Mbak Sinta kemudian menggoyang-goyangkan pantatnya di atas wajahku. Erangan Mbak Sinta kembali bersaing dengan erangan dari DVD porno di TV.

“Oh.. Oh..” erang Mbak Sinta sambil pantatnya terus bergoyang-goyang mencari kepuasan.

Kujilat dan kuciumi dengan penuh gairah vagina Mbak manis ini. Tangan Mbak Sinta memegang pinggiran ranjang di atas kepalaku, sementara tubuhnya terus bergoyang mencari kepuasan birahi. Beberapa lama kemudian, goyangan pantat Mbak Sinta semakin menjadi.

“Oh.. Wan.. Mbak hampir sampai.. Ohh..” lenguhnya panjang. Tubuhnya menegang, dan saat itu banyak cairan nikmat keluar dari vaginanya. Kuhisap habis cairan kewanitaan itu, dan tak lama Mbak Sinta pun menjatuhkan tubuhnya di sebelahku.
“Kamu hebat Wan.. Dengan Mas Joko belum pernah aku orgasme seperti tadi” katanya sambil tangannya mengusap-usap dadaku.
“Mbak istirahat sebentar ya” katanya lagi.

Sebenarnya nafsuku sudah memuncak, tetapi aku tak mau memaksa Mbak seksi ini untuk melayaniku saat itu juga. Kami pun lalu kembali menonton DVD porno yang masih terpampang di layar TV. Di layar tampak sekarang seorang gadis bule berambut pirang sedang bermain tenis dengan seorang pria. Setelah bermain, mereka beristirahat dan mulai bercumbu. Si gadis bule tersebut lalu membuka celana si pria dan tampak terkejut melihat ukuran penisnya yang besar.

“Oh.. my god.. I love it.. So big” desah si gadis sebelum memasukkan penis itu ke dalam mulutnya.

Tampak gairah Mbak Sinta kembali bangkit melihat adegan itu.

“Punyamu besar begitu nggak Wan?” tanyanya sambil tangannya mulai meraba kemaluanku.
“Lumayan deh Mbak. Memang Mbak suka yang besar ya?”
“Iya. Semakin besar Mbak semakin suka” jawabnya genit.
“Ya udah Mbak lihat aja sendiri” kataku.

Mbak Sinta tersenyum dan mulai membuka celana panjangku.

“Ih.. Besar juga punyamu Wan. Sampai celananya nggak cukup tuh”

Memang karena nafsuku sudah memuncak, kepala penisku tampak mencuat keluar tak tertampung celana dalamku. Mbak Sinta tak sabar membuka celana dalamku. Tangannya kemudian mengocok perlahan senjata kelelakianku itu.

“Ih.. Keras banget.. Mbak suka kontol yang kayak gini. Besar, panjang, dan keras. Pasti cewek kamu puas ya.” katanya lirih.

Wajah Mbak Sinta kemudian mendekati selangkanganku. Hembusan nafasnya terasa hangat di kulit kemaluanku ketika dia mengamati penisku dengan pandangan gemas. Rasa nikmat yang luar biasa menjalar tubuhku ketika lidah Mbak Sinta yang cantik ini mulai menari di kepala penisku. Dijilatinya kepala penisku berikut batangnya. Setelah itu dengan rakus dikulumnya batang kemaluanku. Srrpp.. Srpp.. Bunyi itu yang terdengar ketika Mbak Sinta memaju-mundurkan kepalanya menghisapi penisku.

“Ahh.. Kontolmu enak Wan.. Mbak suka.. Hmm” desah Mbak Sinta ketika dia menghentikan kulumannya untuk menjilati batang kemaluanku.

Sesaat kemudian, penisku kembali menyesaki mulutnya yang haus kejantanan lelaki itu. Sementara mulutnya menikmati kejantananku, tangan Mbak Sinta mengelus-elus buah zakarku. Aku tak kuasa lagi untuk menahan erangan nikmatku. Tanganku pun meremas-remas rambut Mbak Sinta gemas.

Mbak Sinta semakin cepat menghisapi penisku. Kadang mulutnya dimiringkan, sehingga penisku membuat pipinya tampak menggelembung. Tangannya pun semakin cepat mengocok batang kemaluanku. Kemudian dikeluarkannya penisku dari mulutnya, dan kembali dijilatinya seluruh permukaan penisku sambil tangannya mengurut-urut buah zakarku.

“Keluarin di mulut Mbak Wan.. Mbak pengen minum spermamu..” katanya dengan nada memerintah.

Aku tentu tak menolak perintahnya. Memang aku sudah tidak tahan lagi. Sambil mengerang nikmat, aku pun mengalami ejakulasi. Saat itu, Mbak Sinta malah kembali mengulumi kemaluanku, sehingga spermaku pun masuk ke dalam mulutnya. Mbak Sinta kemudian menjilati kemaluanku sampai bersih.

“Enak Wan..?” tanyanya sambil menjilati spermaku di sudut bibirnya.
“Enak Mbak..” jawabku lemas.

Kami pun lalu kembali beristirahat sambil menonton tayangan DVD. Kali ini dilayar tampak seorang gadis ABG bule berambut coklat sedang belajar memancing. Tak lama gadis itu sudah bercumbu dengan pelatihnya. Si gadis ABG menaiki tubuh lawan mainnya, dan mulai memompa tubuhnya naik turun. Sementara si aktor, seorang lelaki setengah baya, meremasi payudara gadis tersebut yang bergelantungan indah. Adegan persetubuhan lalu dilanjutkan dengan gaya doggy style. Tak lama kami pun kembali terangsang.

“Wan.. Mbak pengen seperti itu. Mbak pengen ngerasain ngentotin kontolmu. Pasti lebih enak daripada punyanya Mas Joko” katanya sambil meraba kemaluanku dan mulai menciumi bibirku.

Mbak Sinta melepaskan rok mininya yang masih tersisa, lalu menaiki tubuhku dan mengarahkan kemaluanku pada lubang kewanitaannya.

“Ohh..” desahnya saat penisku mulai menerobos liang vaginanya.

Dia pun mulai memompa kemaluanku naik turun. Terkadang dia pun mengoyang-goyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan. Suara deritan ranjang, erangan Mbak Sinta, serta erangan suara dari DVD memenuhi kamar kosku. Walaupun AC kamar telah dinyalakan, tetap saja tubuh kami berkeringat. Tetesan peluh itu mengalir dari wajah Mbak Sinta membasahi payudaranya. Aku segera membuka T-shirt yang masih aku pakai, ingin memamerkan tubuhku yang tekun kupahat di gym. Sementara itu, Mbak Sinta terus bergoyang menikmati kejantananku. Tanganku tak ketinggalan meremasi payudaranya yang kenyal. Cukup lama kami bersetubuh dengan gaya ini.

“Ayo Wan.. Sekarang Mbak pengen dientotin dari belakang” katanya setelah dia keluar untuk yang kedua kalinya, sambil bangkit dari tubuhku. Dia kemudian menungging sambil tangannya memegang ujung ranjang. Aku pun segera memasukkan penisku kembali ke dalam vaginanya.
“Ohh.. Enak Wan.. Terus Wan.. Ohh.. Yang cepat.. Ohh” desah Mbak Sinta saat kupompa tubuhnya. Tanganku meremasi payudaranya yang bergoyang menggemaskan. Terkadang kuremas pula pantatnya yang bulat padat menantang.
“Ayo Wan.. Mbak hampir sampai.. Terus wan.. Oh.. Ohh.. Ohh..”

Tubuh Mbak Sinta kembali mengejang, lalu rebah lemas di atas ranjang. Kali ini aku tak mau lagi ‘menggantung’. Kubalikkan badan Mbak Sinta dan kuarahkan penisku kembali ke liang vaginanya yang telah licin oleh cairan orgasmenya. Kugenjot tubuh Mbak yang seksi ini dengan gaya missionary.

“Eh.. Eh..” demikian erangan yang keluar dari mulutnya seirama dengan genjotan tubuhku.
“Hisapi putingku Mbak” kataku.

Mulut Mbak Sinta pun kemudian menghisapi puting dadaku sementara aku menggenjot tubuhnya. Tak lama Mbak Sinta pun keluar untuk yang ketiga kalinya, dan aku memberikannya kesempatan sessat untuk beristirahat. Lalu kuminta lagi berganti posisi. Masih di atas ranjang, kubuka kakinya yang indah itu lebar-lebar, lalu kutumpangkan ke bahu bidangku. Lalu dengan dituntun tangannya, kudorong penisku masuk kembali ke liang surganya, dan mulai kupompa dia seperti tadi. Gerakan pompaanku semakin keras, liar, dan bertenaga seiring dengan mulai basahnya kemaluannya.
Dalam posisi ini, aku memegang kakinya erat-erat, sementara Mbak Sinta asyik mengerang-erang kenikmatan. Cukup lama menggenjotnya di posisi ini. Tak lama aku pun tak tahan lagi menahan ejakulasiku yang kedua. Wajah cantik Mbak Sinta ditambah dengan erangannya setelah orgasmenya yang keempat, serta jepitan vaginanya yang nikimat di kelaminku membuatku segera mencapai puncak.

“Aku sampai Mbak.. Ahh” jeritku tertahan ketika aku menyemburkan spermaku dalam rahimnya.

Kami pun terbaring lemas di atas ranjang. Puas sekali rasanya menyetubuhi Mbak Sinta nan ayu ini. Kunyalakan sebatang rokok untuknya. Kami kemudian mengobrol dan bercanda sambil tiduran di atas ranjang.

“Wan.. Anterin aku pulang ya” katanya setelah dia menghabiskan rokoknya.
“Lho.. Udah malam Mbak nanggung. Nginep di sini aja”
“Wah jangan Wan.. Besok pagi Mas Joko mau jemput aku berangkat kerja. Aku juga nggak bawa pakaian ganti” jawabnya.

Akhirnya, aku mengantar dia ke rumahnya. Cuma aku menurunkannya agak sedikit jauh dari rumahnya agar tetangganya tidak curiga. Enak juga nonton DVD bareng Mbak Sinta. Mungkin aku akan semakin sering beli DVD XXX nantinya.

Cerita Nurul Suhana

Namaku Nurul Suhana bt Ariffin. aku adalah seorang wanita Melayu yang
bergelar seorang suri rumah yang taat kepada suami dan boleh dikatakan
juga ketaatan kepada Tuhan yang lebih penting tetap tidak kuabaikan.
Umurku 27 tahun. Tinggiku lebih kurang 160 cm dan berbadan yang
sederhana seperti rata-tata wanita Melayu lain iaitu dengan potongan
badan 34 ?28 – 36 yang tetap menjadikan aku menjadi perhatian lelaki
yang mempunyai mata-mata yang jalang terhadap badanku. Namun itu dapat
ketutupi dengan pakaianku yang sentiasa berpakaian menutup aurat dan
memakai tudung apabila setiap kali keluar rumah.

Namun, awal tahun ini kedudukan kewangan keluargaku goyah apabila
syarikat suamiku telah mengalami kemerosotan dalam perniagaannya. Untuk
itu, aku memberi alternatif untuk menambahkan pendapatan keluarga kami
dengan untuk mencuba nasib dalam jualan langsung (menjual barangan
elektrik, pinggan mangkuk dan pelbagai jenis makanan kesihatan) iaitu
pergi rumah ke rumah dalam kawasan perumahan tersebut. Suamiku bersetuju
dengan usulku kerana keadaan keluarga kami yang banyak dihimpit dengan
hutang-hutang rumah, kereta, perabot dan barangan elektrik lain yang
dibeli secara ansuran selain untuk membesarkan cahaya mata kami yang
telah berusia 5 tahun.

Pada suatu pagi selepas menghantar anakku ke tadika, aku telah mencuba
nasib pergi ke taman perumahan sebelah kanan yang terletak agak jauh
beberapa taman dari rumah ku. Jam ditangan yang dihadiahkan sempena
perkahwinan kami oleh suamiku baru menunjukkan pukul 8.40 pagi. Diluar
pintu pagar rumah yang terletak di hujung sekali itu telah terbuka luas.
Kulihat ada dua buah kereta mewah di situ. Aku pun memberanikan diri
untuk masuk ke dalam pagar untuk memberi salam dengan lebih dekat lagi.
Biar sopan lah katakan. Kusangka rumah ini ada dua keluarga yang
tinggal, kata hatiku. Pasti mereka akan termakan ayat-ayat pujukan yang
telah kusediakan untuk memujuk mereka membeli baranganku sama ada secara
tunai atau ansuran.

揂ssalammualaikummmm…..?suara lembutku kedengaran berkumandang di
depan pintu rumah itu.

揌ello…..?kedengaran suara garau seorang lelaki menjawab dari dalam
rumah itu.

Tidak lama selepas itu ada seorang lelaki India dalam lingkungan awal 30
an yang berbadan tegap tanpa baju cuma berseluar pendek membuka
pintu.擜lahhh.. rumah India la pula厰 getus hatiku. Aku juga sedikit
tersentak sedikit melihat rupanya yang berbulu dada lebat dan telah
menimbulkan keadaan seram sejuk di badanku. Namun keadaan itu tetap
dapat kuelakkan dengan memberikan senyuman yang agak menawan kerana ku
tahu niatku adalah untuk mencari rezeki tambahan untuk keluargaku. Lalu
lelaki itu pun bertanya kepadaku akan tujuanku itu dan menerangkannya
secara ringkas.

Lelaki itu pun mempelawa aku duduk di kerusi sofa di ruang tamu. Dia
memperkenalkan namanya Balakrishnan. Aku pun membuka beberapa katalog
barangan dengan tambahan ayat-ayat manis kepadanya untuk memujuk dia
membeli. Dia meminta untuk membuatkan aku air minuman walaupun aku
membantah. Sebenarnya tekak ku memang kering ketika itu kerana penat dan
asik bercakap dari tadi. Sebelum ke dapur lelaki itu telah singgah ke
dalam bilik seperti mengambil sesuatu dan selepas itu barulah dia ke
dapur membuatkan aku minuman oren. Rupanya lelaki itu telah membangunkan
kawannya yang sedang tidur untuk meminta pil hayal dan menyuruh dia
bersedia dengan kemera digitalnya untuk satu projek dan memerintahkannya
jangan keluar bilik dulu sehingga dia memanggil.

揓emputlah minum Puan Nurul…?kata Balakrishnan mempelawaku merasa
minuman yang dibuatnya. ?Isteri saya dah keluar ke pasaraya tadi??
bohong Balakrishnan.

Untuk mengambil hati lelaki India itu aku pun minum air oren itu tanpa
menyedari bahawa ianya telah dicampur dengan pil hayal tersebut yang
akan membawa padah dan permulaan detik hitam kepada diriku. Dengan
beberapa kali teguk saja terus habis segelas dan lelaki itu telah
mengisikan lagi segelas air oren yang ada di jag tanpa menunggu lama
gelas ku kosong. Lalu aku menyambung lagi promosi barang-barangku itu..

Aku sempat melihat jam di tanganku menunjukkan pukul 9.10 pagi. Tidak
lama kemudian penglihatanku seperti berbayang-bayang dan gelas yang
kupegang seperti ada dua. Aku lihat Balakrishnan seperti mengukir
senyuman kepadaku. Tapi rasa kepalaku cukup berat untuk membalas
senyumannya. Mula-mula gelas yang kupegang pun jatuh ke sofa tempat ku
duduk. Tanganku seperti tidak lagi mampu ku angkat. Badanku terasa berat
dan tidak lama selepas itu aku pun jatuh terbaring di sofa separuh
sedar. Kedengaran selepas itu suara Balakrishnan yang bersuara garau itu
memanggil kawannya yang berada di dalam bilik tadi yang telah siap sedia
dengan kemeranya.

揝uresh…Suresh? Hurry Up….. Malay chick厰 laung Balakrishnan sambil
ketawa.

Suresh yang berbadan agak kurus sedikit itu telah pun mula merakam
keadaanku yang tengah khayal terbaring di atas sofa empuk itu.
Balakrishnan tanpa berlengah terus mengucup bibirku dengan rakusnya
sekali. Mulanya aku melawan kucupannya. Tapi lama kelamaan aku pula
seperti bertindak membalas kucupan rakusnya itu walaupun hati ku tidak
berniat untuk membuat perkara itu. Tangan Balakrishnan terus liar
meramas buah dadaku yang kental dari luar baju kurungku. Dari sebelah
buah dadaku ke sebelah dadaku habis di ramasnya seperti mencari sesuatu
barang yang hilang tenggelam di pasir. Buah dadaku pula seperti disuruh
terus saja tegang kerana terangsang dengan sentuhan-sentuhan tersebut.
Aku pula ketika ini tiada dapat melawan lelaki yang sasa itu dan hanya
bertindak menurut saja kemahuannya kerana terlalu khayal dengan minuman
yang diberikan tadi.

Kemudian, Balakrishnan segera membuka tudungku. Baju kurungku terus saja
dilucutkan dengan ganasnya dan telah menampakkan kedua buah gunungku
yang telah mekar indah dengan tegangnya seperti terkeluar daripada bra
hitam jenama Triumph yang kupakai.. Lelaki sasa itu kemudian menurunkan
bra itu ke bawah buah dadaku. Maka ketika itu lah terpecahlah rahsia
kewanitaanku yang selama ini kusimpan hanya untuk suamiku saja seorang.
Seperti bayi kehausan Balakrishnan terus mengisap kedua-dua belah puting
buah dada ku dengan pelbagai gaya sedutan dan aku pula merasa kenikmatan
yang sungguh sedap yang tidak dapat kurasakan sebelum ini bersama
suamiku yang terlalu pasif diranjang.

Aku dapat rasakan badanku menjadi kejang dan seluar dalamku mula basah
dengan air nikmat hingga aku terjerit kecil menahan kerakusan isapan dan
gigitan di puting susuku itu. Kemudian Balakrishnan telah melucutkan
seluar dalamku. Keindahan kemaluanku yang tembam dengan bulunya yang
halus itu mula semakin menarik nafsu Balakrishnan. Si Suresh pula tak
henti-henti terus merakamkan detik-detik tersebut. Balakrishnan tanpa
berlengah terus menukar sasarannya ke atas kelantit ku. Dia
menggetel-getel kelantit ku itu dengan lembut sekali. Ini mengjadikan
nafsuku semakin meningkat lagi. Kemudian Balakrishnan terus mengisap
kelantit ku dengan manjanya. Sesekali dia mengigit manja, punggungku
pasti akan terangkat menahan kenikmatan tersebut.

Kemudian, Balakrishnan terus membuka seluar pendeknya yang tanpa
berseluar dalam itu. Aku terkejut melihat zakarnyanya yang panjangnya 8
inci dan besarnya 3 inci itu. Kepala zakarnya juga merah seperti
cendawan tumbuh mekar selepas hujan. Badanku yang terkulai itu
direbahkan di kerusi sofa itu dan kedua belah kakiku terkangkang hingga
hampir menceceh ke dua buah susuku yang tegang itu. Balakrishnan terus
mengeselkan kepala zakarnya ke alur bibir kemaluanku. Dia mula menekan
kepala zakarnya masuk ke lubang kemaluanku yang sempit itu. Balakrishnan
menarik kembali zakarnya yang baru separuh tenggelam di dalam lubang
nikmatku itu. Kemudian dia menyorong kembali zakarnya sehingga hampir
tenggelam mencecah ke bijinya. Dia mula menggayakan aksi sorong tariknya
dengan perlahan-lahan. Mulutku tanpa ku sedari pula tak henti-henti
merenggek bunyi kesedapan setiap kali zakar Balakrishnan disorong tarik.

揂hh…ahhh…uhh…aaahh…ahhh…?mulutku tanpada sedar tak
henti-henti melafaskan ayat kenikmatan hasil zakar Balakrishnan yang
mengetatkan lubang kemaluan ku itu. Punggungku terus turun naik turun
naik ke atas zakar Balakrishnan. Kali ini aku pula yang melajukan ayunan
punggun ku ketika kurasakan air nikmatku hendak terpancut lagi. Sebanyak
dua kali lagi kemaluan terpancut dengan aksi begini hinggakan membasahi
zakar Balakrishnan. Titisan-titisan air nikmatku ini pasti dirakam oleh
Suresh.

Kemudian, aku rasakan Balakrishnan semakin hampir kepada kemuncak
pancutanya. Dinding kemaluan semakin merasa geselan demi geselan dari
zakarnya itu. Kemutan kemaluan ku juga semakin rancak yang menandakan
aku juga hendak terpancut lagi. Tujahan-tujahan keras dan bertenaga dari
Balakrishnan tidak dapat kebendung lagi. Dalam beberapa kali sorong
tarik yang padu dari zakar Balakrishnan itu, aku telah terpancut lagi
air nikmatku yang sungguh sedap itu. Dan Balakrishnan juga mencabut
zakarnya dari kemaluan ku lalu ditujukan ke muka ku dan akhirnya lebih
sepuluh kali ledakkan air maninya terpancut keseluruh mukaku. Aku berasa
sungguh puas persetubuhan kali ini walaupun hatiku berasa takut akan
diketahui oleh suami. Pening kepalaku pun beransur-ansur hilang kesan
aksi-aksi kami itu tadi.

Melihat aku yang telah sedar sepenuhnya, Si Suresh telah menggugut aku
dengan pita rakamannya yang telah dirakamnya tadi supaya aku merahsiakan
perkara ini. Jika tidak dia akan menyebarkan pita rakaman itu seluruh
kawasan perumahan tersebut. Aku pun bersetuju kerana takut diketahui
perbuatan ku ini oleh suamiku dan kepada kenalanku di seluruh taman
perumahan tersebut. Pasti akan membawa sesuatu bencana kepada diri ku
kata ku dalam hati jika tidak memberi kerjasama kepada mereka. Mereka
juga berjanji tidak akan menyebarkan pita tersebut dan akan menyimpannya
sebagai koleksi peribadi mereka dan aku pula disuruh berjanji akan terus
melayan mereka apabila diperlukan dan akan diberi bayaran sebanyak RM
100.00 untuk setiap kali melayan kehendak mereka.

Aku memikirkan risikonya jika aku enggan menerima tawaran tersebut. Jika
enggan aku takut pita rakaman tadi akan dihebohkan, suamiku pula pasti
akan menceraikan ku dan semua jiran perumahan akan memandang serong
kepadaku. Tetapi jika aku menerimanya, aku akan dapat sedikit wang yang
mana akan dapat membantu kewangan keluargaku. Aku pun akhirnya bersetuju
dengan syarat-syarat tersebut dan yang pasti suamiku tidak akan tahu
akan hal ini.

Inne Tersayang

Namaku Andi, aku mahasiswa di salah satu PTN top di Bandung. Sekarang umurku 20 tahun. Jujur saja, aku kenal seks baru sejak SMP. Aku senang sekali ada situs khusus buat bagi-bagi pengalaman seperti ini, sehingga apa yang pernah kita lakukan bisa dibagi-bagi.

Awal aku mengenal seks yaitu saat secara tidak sengaja aku buka-buka lemari di rumah teman SMP-ku dan menemukan setumpukan Video VHS tanpa gambar di dalam sebuah kotak. Karena penasaran film apa itu, kuambil satu dan langsung kucoba di video temanku di kamar itu yang kebetulan sepi, karena temanku sedang les.

Kusetel film yang berjudul… apa ya? aku lupa, ternyata itu film dewasa (waktu itu aku belum banyak tahu). Aku cuma pernah dengar teman-temanku pernah nonton film begituan, tapi aku tidak begitu penasaran. Nah, saat itu aku baru tahu itu loh yang namanya BF. Kebetulan itu film seks tentang anak kecil yang masih mungil bercinta dengan bapaknya, oomnya, temannya dan lain-lain.

Dan aku ingin cerita nih pengalaman pertamaku. Kejadian ini terjadi ketika aku masih SMA, di rumahku ternyata ada pembantu baru. Orangnya masih lumayan kecil sekitar 12 tahun lah, tapi itu dia yang membuatku suka. Aku itu suka sama wanitae imut-imut yang masih agak kecil mungkin gara-gara video waktu itu (aku suka begitu melihat situs-situs tentang Lolita, soalnya cewek-cewek di situs-situs itu masih imut-imut). Dan yang paling membuatku terangsang adalah payudaranya yang masih baru tumbuh, masih agak runcing (tapi tidak rata).

Setiap hari itu dia kerjaannya, biasalah kerjaan pembantu rumah tangga, ya ngepel, ya mencuci dan lain-lain. Kalau aku sarapan, kadang suka melihat dia yang sedang ngepel and roknya agak terbuka sedikit, jadi tidak konsentrasi deh sarapannya karena berusaha melihat celana dalamnya, tapi sayang susah. Untuk awal-awal aku hanya bisa minta dibuatkan teh atau susu.

Lambat laun karena aku sudah ingin begitu melihat tubuhnya itu, kuintip saja dia kalau sedang mandi. Tapi sayang karena lubang yang tersedia kurang memadai, yang terlihat hanya pantatnya saja, soalnya terlihat dari belakang. Kadang-kadang terlihat depannya hanya tidak jelas, payah deh. Nah pada suatu hari aku nekat. Kupanggil dia untuk pijati aku, oh iya nama dia Ine.
“Ine.. pijitin saya dong, saya pegel banget nih abis maen bola tadi”, kataku.

“Iya Mas, sebentar lagi ya. Lagi masak air nih, tanggung”, jawabnya.
“Iya, tapi cepet ya. Saya tunggu di kamar saya.”
Cihuy, dalam hati aku bersorak. Nanti mau tidak dia ya aku ajak begituan. Lalu kubuka bajuku sambil menuggu dia. Lalu pintuku diketok,
“Permisi Mas”, ketoknya.
“Masuk aja Ne, nggak dikunci kok”, lalu dia masuk sambil bawa minyak buat mijit.
Mulailah dia memijatku. Mula-mula dia memijat punggungku dan sambil kuajak ngobrol.
“Kamu sekolah sampai kelas berapa Ne?” tanyaku.
“Cuma sampai kelas tiga aja Mas, soalnya nggak ada biaya”, jawab dia.
“Sekarang kamu umur berapa?” tanyaku lagi.
Dia menjawab, “Umur saya baru mau masuk 12 Mas.”
“Udah gede dong ya”, kataku sambil tersenyum.

Lalu aku membalikkan badan, “Pijitin bagian dadaku ya…” pintaku sambil menatap memohon. “Iya mas”, katanya. Dia memijati dadaku sambil agak menunduk, jadi baju yang dia pakai agak kelihatan longgar jadi aku bisa melihat bra yang dia kenakan yang menutupi dua buah payudara yang masih baru tumbuh. Wah, kemaluanku jadi tidak karuan lagi rasanya. Dan aku juga menikmati wajahnya yang masih polos itu. Begitu dia selesai memijati dadaku, aku langsung bilang, “Pijitan kamu enak”, terus aku nekat langsung meraba payudara dia yang imut itu, tapi ternyata dia kaget dan langsung menepis tanganku dan langsung lari dari kamarku. Aku kaget dan jadi takut kalau dia minta berhenti dan bicara dengsn ibuku. Gimana nich? aku langsung dihantui rasa bersalah. Ya sudah ah, besok aku minta maaf saja dengan dia dan berjanji tidak akan mengulangi lagi.

Benar saja, besok itu dia ternyata agak takut kalau lewat depanku. Aku langsung bicara saja dengan dia.
“Ne… yang kemaren itu maaf ya… Saya ternyata khilaf, jangan bilang sama Ibu ya.”
“Iya deh Mas, tapi janji nggak kayak gitu lagi khan, abis Ine kaget dan takut”, kata dia.
“Iya saya janji”, jawabku.

Sebulan setelah peristiwa itu memang aku tidak ada kepikiran untuk menggituin dia lagi. Dan dia juga sudah mulai biasa lagi. Tapi pada suatu hari pas aku sedang mencari celanaku di belakang, mungkin celanaku sedang dicuci. Soalnya itu celana ada duitku di dalamnya. Yah basah deh duitku. Eh, pas aku lewat kamar si Ine, kelihatan lewat jendela ternyata dia lagi tidur. Rok yang dia pakai tersibak sampai ke paha. Yah, timbul lagi deh ide setan untuk ngerjain dia. Tapi aku bingung bagaimana caranya. Akhirnya aku menemukan ide, besok saja aku masukkan obat tidur di minumannya. Dan aku menyusun rencana, bagaimana caranya untuk memberi dia obat tidur.

Besok pas sedang makan dan kebetulan rumah sedang sepi, aku minta dibuatkan teh. Setelah selesai dia buat dan diberikan ke aku. Kumasukkan saja obat tidur ke teh itu. Terus manggil dia,
“Ne… kok tehnya rasanya aneh sih?”
“Masa sih Mas?” kata dia.
“Cobain saja sendiri”, dia langsung minum sedikit.
“Biasa saja kok Mas…” katanya.
“Coba lagi deh yang banyak”, kataku.
Dia minum setengah, terus aku bilang,
“Ya udah yang itu kamu abisin saja, tapi buatin yang baru.”
“Iya deh Mas, maaf ya Mas kalo tadi tehnya nggak enak”, jawabnya.
“Nggak apa-apa kok”, jawabku lagi.

Aku tinggal tunggu obat tidur itu bekerja. Ternyata begitu dia mau buat teh baru, eh dia sudah ambruk di dapur. Langsung saja kuangkat ke kamarku. Begitu sampai di kamarku, kutiduri di kasurku. Berhasil juga aku bisa membawa dia ke kamarku, pikirku dalam hati. Lalu aku mulai membukan bajunya, gile… aku deg-degan, soalnya pertama kali nich! Kelihatan deh branya, dan di dalam bra itu ada benda imut berupa gundukan kecil yang bisa membuatku terangsang berat. Lalu kubuka roknya, kelitan CD-nya yang berwarna krem. Tubuhnya yang tinggal memakai bra dan CD membuat kemaluanku semakin tidak tahan. Tubuhnya lumayan putih. Dalam keadaan setengah telanjang itu, posisi dia kuubah menjadi posisi duduk, lalu kuciumi bibirnya, sambil meremas-remas payudaranya yang masih agak kecil itu. Dan tanganku yang satu lagi mengusap CD-nya di bagian bibir kemaluannya. Kumasukkan lidahku ke mulutnya dan aku juga berusaha menghisap dan menjilati lidahnya. Sekitar 10 menitan kulakukan hal itu. Setelah itu kubuka branya dan CD-nya. Wow, pertama kalinya aku melihat seorang gadis dengan keadaan telanjang secara langsung. Payudaranya terlihat begitu indah dengan puting yang kecoklatan baru akan tumbuh. Bagian kemaluannya belum ditumbuhi rambut-rambut dan terlihat begitu rapat.

Langsung kujilati dan kuhisapi payudaranya. Dan payudara yang satu lagi kuremas dan kuusap-usap serta kupilin-pilin putingnya. Putingnya tampak agak mengeras dan agak memerah. Setelah aku mainkan bagian payudaranya, kujilati dari dada turun ke arah perut dan terus ke arah bagian kemaluannya. Bagian itu kelihatan masih sangat polos, dan terlihat memang seperti punya anak kecil. Kubuka kedua pahanya dan belahan kemaluannya, begitu kudekati ingin menjilati. Tercium bau yang tidak kusuka, ah kupikir peduli amat, aku sudah nafsu sekali. Kutahan nafas saja. Kubuka belahan kemaluannya dan aku melihat apa yang di namakan klitoris, yang biasanya aku melihat di situs-situs X, akhirnya kulihat secara langsung. Lalu kujilati bagian klitorisnya itu. Tiba-tiba dia mengerang dan mendesah, “Sshh…” begitu. Aku kaget hampir kabur. Ternyata dia hanya mendesah saja dan tetap terus tidur. Ketika aku jilati itu, ternyata ada cairan yang meleleh keluar dari kemaluannya, kujilati saja. Rasanya asin plus kecut.

Nah sekarang aku dalam keadaan yang amat terangsang, tapi begitu kuperhatikan wajahnya dan ke seluruh tubuhnya aku jadi tidak tega untuk merebut keperawanannya. Aku kasihan tapi aku sudah dalam keadaan yang amat terangsang. Akhirnya kuputuskan untuk masturbasi saja. Soalnya aku tidak tega. Aku pakaikan dia baju lagi dan menidurkan di kamarnya. Yah, aku melepaskan pengalaman pertamaku untuk bercinta dengan seorang gadis mungil berumur 12 tahun! Tidak tahu deh aku menyesal atau tidak.

Setelah melepas kesempatan untuk bercinta dengan Ine. Aku jadi kepikiran terus. Setiap aku apa-ngapain, selalu ingat sama payudara mungilnya Ine dan daerah kemaluannya yang masih polos itu. Untungnya si Ine tidak pernah merasa pernah di apa-apain sama aku. Dia selalu bersikap biasa di depanku tapi akunya tidak biasa kala melihat dia. Soalnya pikiranku kotor melulu.

Pelampiasannya paling aku masturbasi sambil melihat gambar-gambar XXX yang aku dapatkan dari situs-situs lolita. Tapi aku bosan juga dan hasrat ingin nge-gituin si Ine semakin besar saja. Sepertinya aku sudah tidak tahan.

Akhirnya pada suatu waktu, aku mendapat kabar yang amat sangat bagus, ternyata orangtuaku mau pindah ke luar negeri, karena bapakku ditugasi ke luar negeri selama 2 tahun. Jadi, aku tidak perlu takut dia mengadu sama ibuku, paling aku ancam sedikit dan aku kasih duit dia diam. Setelah kepergian orangtuaku ke luar negeri, aku langsung punya banyak planning untuk ngerjain dia. Yang pasti aku sudah malas membius-bius segala. Soalnya dia diam saja, tidak seru! Ya sudah aku merencanakan untuk memaksa dia saja (eh, kalau ini termasuk pemerkosaan tidak sih?).

Pada suatu hari, ketika Ine sedang mandi. Kuintip dia. Biasalah, cuma kelihatan belakangnya saja, tapi aku jadi bisa mengantisipasi kalau dia sudah selesai mandi langsung aku sergap saja. Untungnya setelah dia selesai mandi, keluar kamar mandi menuju kamarnya hanya memakai handuk saja tidak pakai apa-apa lagi. Begitu keluar kamar mandi langsung kututup mulutnya dan kupeluk dari belakang, dia-nya meronta-ronta. Cuma tenagaku sama tenaga anak umur 12 tahun menang mana sih. Kubawa masuk ke kamar dia saja. Soalnya kalau ke kamar aku jauh. Nanti kalau dia meronta-ronta malah lepas lagi. Pas masuk kamar dia kujatuhkan dia ke kasur sambil menarik handuknya. Dia kelihatan ketakutan sekali dengan tubuh tidak mengenakan apa-apa.
“Mas Andi, jangan Mas” mohonnya.
“Tidak apa-apa lagi Ne… Paling sakitnya sedikit entar kamu pasti akan ngerasain enaknya”, kataku.
Dia kelihatan seperti mau teriak, langsung saja kututup mulutnya.
“Jangan coba-coba teriak ya!” hardikku.
Dia mulai menangis. Aku jadi sedikit kasihan, tapi setan sudah menguasai tubuhku.
“Cobain enaknya deh…” kataku.
Sambil tetap menutup mulutnya kuraba dan kuelus payudaranya itu.
“Santai aja, jangan nangis. Nikmati enaknya kalo payudara kamu di elus-elus”, kataku.

Setelah kulepas tanganku dari mulut dia, langsung kucium bibirnya. Ternyata dia lumayan menikmati ciuman sambil payudaranya tetap kuremas-remas. “Enak kan?” kataku. Dia diam saja. Terus kubuka CD-ku. Kukeluarkan batang kemaluanku. Dia kaget dan takut.
“Tolong pegangin anuku donk… dipijitin ya…” pintaku.
Pertama-tama dia takut-takut untuk memegang anuku, tapi setelah lama dipegang sama dia, dia mulai memijiti. Wah, rasanya enak sekali anuku dipijiti sama dia. Setelah itu dia kusuruh tiduran,
“Mas mau ngapain?” tanyanya.
“Aku mau ngasih sesuatu hal yang paling enak, kamu nikmatin aja” jawabku.
Kubuka belahan pahanya, pertama dia tidak mau buka, tapi setelah kubujuk dia akhirnya membuka pahanya dan kujilati kemaluannya sampai ke klitorisnya. Dia mendesah-desah keenakan. “Tuh kan enak”, kataku. Kujilati sampai keluar cairannya.

Aku merasa pemanasan sudah cukup, begitu kusiapkan batang kemaluanku ke depan liang kemaluannya dia menangis lagi dan berbicara,
“Jangan Mas, saya masih perawan.”
“Saya juga tau kok kamu masih perawan”, jawabku.
Aku tetap bersikeras untuk menyetubuhinya. Pas aku mau mendorong kemaluanku masuk ke dalam liang kemaluannya, eh dia meronta dan mau lari. Dengan cepat kutangkap. Wah, susah nih pikirku. Kebetulan di kamar dia kulihat ada tali untuk jemuran, kuambil dan kuikat saja tangan dan kakinya ke tempat tidur.
“Aku tahu kamu masih perawan, abis gimana lagi aku udah amat terangsang”, kataku.
Dia memandangku dengan tatapan memohon dan sambil dengan keluar air mata.
“Atau kamu lebih suka lewat pantat, biar perawan tetap terjaga?” tanyaku.
“Iya deh Mas, lewat pantat aja ya… tapi tidak apa-apa kan Mas? Nanti bisa rusak tidak pantat saya?” jawabnya.
“Tidak apa-apa kok”, jawabku.
Ya, sudah kulepaskan talinya. Aku tanya sama dia, dia punya lotion atau tidak, soalnya kalau lewat pantat harus ada pelicinnya. Terus dia bilang punya. Kuambil dan kuolesi ke pantatnya dan kuolesin juga ke kemaluanku.

Langsung saja aku ambil posisi dan si Ine posisinya menungging dan pantatnya terlihat jelas. Aku mulai masukkan ke pantatnya. Pertama agak susah, tapi karena sudah diolesi lotion jadi agak lancar.
“Sslleb… ahhh… enak sekali”, jepitan pantatnya sangat kuat.
“Aduh… Mas, sakit Mas…” rintihnya.
“Tahan sedikit ya Ne…” kataku.
Langsung saja kugenjot. “Gile banget, enaknya minta ampun…” Terus aku berfikir kalau lewat kemaluannya lebih enak apa tidak ya? masih perawan lagi. Ah, lewat kemaluannya saja dech, peduli amat dia mau apa tidak. Kulepaskan batang kemaluanku dari pantatnya. Aku membalikkan badannya terus kuciumi lagi bibirnya sambil meremas payudaranya.
“Udahan ya Mas, saya sudah cape…” pintanya.
“Bentar lagi kok”, jawabku.
Setelah itu langsung kutindih saja badannya.
“Lho Mas mau ngapain lagi?” tanyanya sambil panik tapi tak bisa ngapa-ngapain karena sudah kutindih.
“Tahan dikit ya Ne…” kataku.
Langsung kututup mulutnya pakai tanganku dan batang kemaluanku kuarahkan ke liang kemaluannya. Dia terus meronta-ronta. Ine menangis lagi sambil berusaha teriak tapi apa daya mulutnya sudah kututup. Akhirnya batang kemaluanku sudah sampai tepat di depan lubang kemaluannya.

Aku mau masukkan ke lubangnya susahnya minta ampun, karena masih rapat barangkali ya? Tapi akhirnya kepala kemaluanku bisa masuk dan begitu kudorong semua untuk masuk, mata Ine terlihat mendelik dan agak teriak tapi mulutnya masih kututup dan terasa olehku seperti menabrak sesuatu oleh kemaluanku di dalam liang kemaluannya. Selaput dara mungkin, kuteruskan ngegituin dia walaupun dia sudah kelihatan sangat kesakitan dan berurai air mata. Kucoba lepas tanganku dari mulutnya. Dia menangis sambil mendesah, aku makin terangsang mendengarnya. Kugenjot terus sambil kupilin-pilin putingnya. Pada akhirnya aku keluar juga. Kukeluarkan di dalam luabang kemaluannya. Pas kucabut kemaluanku ternyata ada darah yang mengalir dari liang kemaluannya. Wah, aku merenggut keperawanan seorang anak gadis.
“Ine… sorry ya… tapi enak kan. Besok-besok mau lagi kan…” tanyaku.
Dia masih sesenggukan, dia bilang kalo kemaluannya terasa sakit sekali. Aku bilang paling sakitnya cuma sehari setelah itu enak.

Besok-besok dia aku kasih obat anti hamil dan aku bisa berhubungan dengan dia dengan bebas. Ternyata setelah setahunan aku bisa bebas berhubungan dengan dia, dia minta pulang ke kampung katanya dia dijodohi sama orangtuanya. Kuberikan uang yang lumayan banyak. Soalnya dia tidak balik lagi.
“Inget ya Ne… kalo kamu lagi pingin begituan dateng aja ke sini lagi ya…”

Begitulah kisahku dan aku tetap suka sama cewek yang imut-imut. Kenapa ya? apa aku fedofil? Tapi sepertinya tidak deh, Soalnya yang kusuka itu harus punya payudara walaupun kecil. Jadi sepertinya aku bukan pedofil, Ok.

Mbak Lala Tercinta

Bekerja sebagai auditor di perusahaan swasta memang sangat melelahkan. Tenaga, pikiran, semuanya terkuras. Apalagi kalau ada masalah keuangan yang rumit dan harus segera diselesaikan. Mau tidak Mau, aku harus mencurahkan perhatian ekstra. Akibat dari tekanan pekerjaan yang demikian itu membuatku akrab dengan gemerlapnya dunia malam terutama jika weekend. Biasanya bareng teman sekantor aku berkaraoke untuk melepaskan beban. Kadang di ‘Manhattan’, kadang di ‘White House’, dan selanjutnya, benar-benar malam untuk menumpahkan “beban”. Maklum, Aku sudah berkeluarga dan punya seorang anak, tetapi mereka kutinggalkan di kampung karena istriku punya usaha dagang di sana.

Tapi lama kelamaan semua itu membuatku bosan. Ya…di Jakarta ini, walaupun aku merantau, ternyata aku punya banyak saudara dan karena kesibukan (alasan klise) aku tidak sempat berkomunikasi dengan mereka. Akhirnya kuputuskan untuk menelepon Mas Adit, sepupuku. Kami pun bercanda ria, karena lama sekali kami tidak kontak. Mas Adit bekerja di salah satu perusahaan minyak asing, dan saat itu dia kasih tau kalau minggu depan ditugaskan perusahaannya ke tengah laut, mengantar logistik sekaligus membantu perbaikan salah satu peralatan rig yang rusak. Dan dia memintaku untuk menemani keluarganya kalau aku tidak keberatan. Sebenernya aku males banget, karena rumah Mas Adit cukup jauh dari tempat kostku Aku di bilangan Ciledug, sedangkan Mas Adit di Bekasi. Tapi entah mengapa aku mengiyakan saja permintaannya, karena kupikir-pikir sekalian silaturahmi. Maklum, lama sekali tidak jumpa.

Hari Jumat minggu berikutnya aku ditelepon Mas Adit untuk memastikan bahwa aku jadi menginap di rumahnya. Sebab kata Mas Adit istrinya, mbak Lala, senang kalau aku mau datang. Hitung-hitung buat teman ngobrol dan teman main anak-anaknya. Mereka berdua sudah punya anak laki-laki dua orang. Yang sulung kelas 4 SD, dan yang bungsu kelas 1 SD. Usia Mas Adit 40 tahun dan mbak Lala 38 tahun. Aku sendiri 30 tahun. Jadi tidak beda jauh amat dengan mereka. Apalagi kata Mbak Lala, aku sudah lama sekali tidak berkunjung ke rumahnya. Terutama semenjak aku bekerja di Jakarta ini Ya, tiga tahun lebih aku tidak berjumpa mereka. Paling-paling cuma lewat telepon

Setelah makan siang, aku telepon mbak Lala, janjian pulang bareng Kami janjian di stasiun, karena mbak Lala biasa pulang naik kereta. “kalau naik bis macet banget. Lagian sampe rumahnya terlalu malem”, begitu alasan mbak Lala. Dan jam 17.00 aku bertemu mbak Lala di stasiun. Tak lama, kereta yang ditunggu pun datang. Cukup penuh, tapi aku dan mbak masih bisa berdiri dengan nyaman. Kamipun asyik bercerita, seolah tidak mempedulikan kiri kanan.

Tapi hal itu ternyata tidak berlangsung lama Lepas stasiun J, kereta benar-benar penuh. Mau tidak mau posisiku bergeser dan berhadapan dengan Mbak Lala. Inilah yang kutakutkan…! Beberapa kali, karena goyangan kereta, dada montok mbak Lala menyentuh dadaku. Ahh…darahku rasanya berdesir, dan mukaku berubah agak pias. Rupanya mbak Lala melihat perubahanku dan ?ini konyolnya- dia mengubah posisi dengan membelakangiku. Alamaakk.. siksaanku bertambah..! Karena sempitnya ruangan, si “itong”-ku menyentuh pantatnya yang bulat manggairahkan. Aku hanya bisa berdoa semoga “itong” tidak bangun. Kamipun tetap mengobrol dan bercerita untuk membunuh waktu. Tapi, namanya laki-laki normal apalgi ditambah gesekan-gesekan yang ritmis, mau tidak mau bangun juga “itong”-ku. Makin lama makin keras, dan aku yakin mbak Lala bisa merasakannya di balik rok mininya itu.

Pikiran ngeresku pun muncul, seandainya aku bisa meremas dada dan pinggulnya yang montok itu.. oh… betapa nikmatnya. Akhirnya sampai juga kami di Bekasi, dan aku bersyukur karena siksaanku berakhir. Kami kemudian naik angkot, dan sepanjang jalan Mbak Lala diam saja. Sampai dirumah, kami beristirahat, mandi (sendiri-sendiri, loh..) dan kemudian makan malam bersama keponakanku. Selesai makan malam, kami bersantai, dan tak lama kedua keponakanku pun pamit tidur.

“Ndrew, mbak mau bicara sebentar”, katanya, tegas sekali.
“Iya mbak.. kenapa”, sahutku bertanya. Aku berdebar, karena yakin bahwa mbak akan memarahiku akibat ketidaksengajaanku di kereta tadi.
“Terus terang aja ya. Mbak tau kok perubahan kamu di kereta. Kamu ngaceng kan?” katanya, dengan nada tertahan seperti menahan rasa jengkel.
“Mbak tidak suka kalau ada laki-laki yang begitu ke perempuan. Itu namanya pelecehan. Tau kamu?!”
“MMm.. maaf, mbak..”, ujarku terbata-bata.
“Saya tidak sengaja. Soalnya kondisi kereta kan penuh banget. Lagian, nempelnya terlalu lama.. ya.. aku tidak tahan”
“Terserah apa kata kamu, yang jelas jangan sampai terulang lagi. Banyak cara untuk mengalihkan pikiran ngeres kamu itu. Paham?!” bentak Mbak Lisa.
“Iya, Mbak. Saya paham. Saya janji tidak ngulangin lagi”
“Ya sudah. Sana, kalau kamu mau main PS. Mbak mau tidur-tiduran dulu. kalau pengen nonton filem masuk aja kamar Mbak.” Sahutnya. Rupanya, tensinya sudah mulai menurun.

Akhirnya aku main PS di ruang tengah. Karena bosan, aku ketok pintu kamarnya. Pengen nonton film. Rupanya Mbak Lala sedang baca novel sambil tiduran. Dia memakai daster panjang. Aku sempat mencuri pandang ke seluruh tubuhnya. Kuakui, walapun punya anak dua, tubuh Mbak Lala betul-betul terpelihara. Maklumlah, modalnya ada. Akupun segera menyetel VCD dan berbaring di karpet, sementara Mbak Lala asyik dengan novelnya.

Entah karena lelah atau sejuknya ruangan, atau karena apa akupun tertidur. Kurang lebih 2 jam, dan aku terbangun. Film telah selesai, Mbak Lala juga sudah tidur. Terdengar dengkuran halusnya. Wah, pasti dia capek banget, pikirku.

Saat aku beranjak dari tiduranku, hendak pindah kamar, aku terkesiap. Posisi tidur Mbak Lala yang agak telungkup ke kiri dengan kaki kana terangkat keatas benar-benar membuat jantungku berdebar. Bagaimana tidak? Di depanku terpampang paha mulus, karena dasternya sedikti tersingkap. Mbak Lala berkulti putih kemerahan, dan warna itu makin membuatku tak karuan. Hatiku tambah berdebar, nafasku mulai memburu.. birahiku pun timbul..

Perlahan, kubelai paha itu.. lembut.. kusingkap daster itu samapi pangkal pahanya.. dan.. AHH… “itong”-ku mengeras seketika. Mbak Lala ternyata memakai CD mini warna merah.. OHH GOD.. apa yang harus kulakukan… Aku hanya menelan ludah melihat pantatnya yang tampak menggunung, dan CD itu nyaris seperti G-String. Aku bener-bener terangsang melihat pemandangan indah itu, tapi aku sendiri merasa tidak enak hati, karena Mbak Lala istri sepupuku sendiri, yang mana sebetulnya harus aku temani dan aku lindungi dikala suaminya sedang tidak dirumah.

Namun godaan syahwat memang mengalahkan segalanya. Tak tahan, kusingkap pelan-pelan celana dalamnya, dan tampaklah gundukan memeknya berwarna kemerahan. Aku bingung.. harus kuapakan.. karena aku masih ada rasa was-was, takut, kasihan… tapi sekali lagi godaan birahi memang dahsyat.Akhirnya pelan-pelan kujilati memek itu dengan rasa was-was takut Mbak Lala bangun. Sllrrpp.. mmffhh… sllrrpp… ternyata memeknya lezat juga, ditambah pubic hair Mbak Lala yang sedikit, sehingga hidungku tidak geli bahkan leluasa menikmati aroma memeknya.

Entah setan apa yang menguasai diriku, tahu-tahu aku sudah mencopot seluruh celanaku. Setelah “itong”-ku kubasahi dengan ludahku, segera kubenamkan ke memek Mbak Lala. Agak susah juga, karena posisinya itu. Dan aku hasrus ekstra hati-hati supaya dia tidak terbangun. Akhirnya “itongku”-ku berhasil masuk. HH… hangat rasanya.. sempit.. tapi licin… seperti piston di dalam silinder. Entah licin karena Mbak Lala mulai horny, atau karena ludah bekas jilatanku.. entahlah. Yang pasti, kugenjot dia.. naik turun pelan lembut.. tapi ternyata nggak sampai lima menit. Aku begitu terpukau dengan keindahan pinggul dan pantatnya, kehalusan kulitnya, sehingga pertahananku jebol. Crroott… ccrroott.. sseerr.. ssrreett.. kumuntahkan maniku di dalam memek Mbak Lala. Aku merasakan pantatnya sedikit tersentak. Setelah habis maniku, pelan-pelan dengan dag-dig-dug kucabut penisku.

“Mmmhh… kok dicabut tititnya..” suara Mbak Lala parau karena masih ngantuk.
“Gantian dong..aku juga pengen..”
Aku kaget bukan main. Jantungku tambah keras berdegup.
“Wah.. celaka..”, pikirku.
“Ketahuan, nich…” Benar saja! Mbak Lala mambalikkan badannya. Seketika dia begitu terkejut dan secara refleks menampar pipiku. Rupanya dia baru sadar bahwa yang habis menyetubuhinya bukan Mas Adit, melainkan aku, sepupunya.
“Kurang ajar kamu, Ndrew”, makinya.
“KELUAR KAMU…!”

Aku segera keluar dan masuk kamar tidur tamu. Di dalam kamar aku bener-bener gelisah.. takut.. malu.. apalagi kalau Mbak Lala sampai lapor polisi dengan tuduhan pemerkosaan. Wah.. terbayang jelas di benakku acara Buser… malunya aku.

Aku mencoba menenangkan diri dengan membaca majalah, buku, apa saja yang bisa membuatku mengantuk. Dan entah berapa lama aku membaca, aku pun akhirnya terlelap. Seolah mimpi, aku merasa “itong”-ku seperti lagi keenakan. Serasa ada yang membelai. Nafas hangat dan lembut menerpa selangkanganku. Perlahan kubuka mata.. dan..

“Mbak Lala..jangan”, pintaku sambil aku menarik tubuhku.
“Ndrew..” sahut Mbak Lala, setengah terkejut.
“Maaf ya, kalau tadi aku marah-marah. Aku bener-bener kaget liat kamu tidak pake celana, ngaceng lagi.”
“Terus, Mbak maunya apa?” taku bertanya kepadaku. Aneh sekali, tadi dia marah-marah, sekarang kok.. jadi begini..
“Terus terang, Ndrew.. habis marah-marah tadi, Mbak bersihin memek dari sperma kamu dan disiram air dingin supaya Mbak tidak ikutan horny. Tapi… Mbak kebayang-bayang titit kamu. Soalnya Mbak belum pernah ngeliat kayak punya kamu. Imut, tapi di meki Mbak kerasa tuh.” Sahutnya sambil tersenyum.

Dan tanpa menunggu jawabanku, dikulumnya penisku seketika sehingga aku tersentak dibuatnya. Mbak Lala begitu rakus melumat penisku yang ukurannya biasa-biasa saja. Bahkan aku merasakan penisku mentok sampai ke kerongkongannya. Secara refleks, Mbak naik ke bed, menyingkapkan dasternya di mukaku. Posisii kami saat ini 69. Dan, Ya Tuhan, Mbak Lala sudah melepas CD nya. Aku melihat memeknya makin membengkak merah. Labia mayoranya agak menggelambir, seolah menantangku untuk dijilat dan dihisap. Tak kusia-siakan, segera kuserbu dengan bibirku..

“SSshh.. ahh.. Ndrew.. iya.. gitu.. he-eh.. Mmmffhh.. sshh.. aahh” Mbak Lala merintih menahan nikmat. Akupun menikmati memeknya yang ternyata bener-bener becek. Aku suka sekali dengan cairannya.
“Itilnya.. dong… Ndrew.. mm.. IYAA… AAHH… KENA AKU… AMPUUNN NDREEWW..”
Mbak Lala makin keras merintih dan melenguh. Goyangan pinggulnya makin liar dan tak beraturan. Memeknya makin memerah dan makin becek. Sesekali jariku kumasukkan ke dalamnya sambil terus menghisap clitorisnya. Tapi rupanya kelihaian lidah dan jariku masih kalah dengan kelihaian lidah Mbak Lala. Buktinya aku merasa ada yang mendesak penisku, seolah mau menyembur.

“Mbak… mau keluar nih…” kataku.
Tapi Mbak Lala tidak mempedulikan ucapanku dan makin ganas mengulum batang penisku. Aku makin tidak tahan dan.. crrootts… srssrreett… ssrett… spermaku muncrat di muutu Mbak Lala. Dengan rakusnya Mbak Lala mengusapkan spermaku ke wajahnya dan menelan sisanya.

“Ndrewww.. kamu ngaceng terus ya.. Mbak belum kebagian nih…” pintanya.
Aku hanya bisa mmeringis menahan geli, karena Mbak Lala melanjutkan mengisap penisku. Anehnya, penisku seperti menuruti kemauan Mbak Lala. Jika tadi langsung lemas, ternyata kali ini penisku dengan mudahnya bangun lagi. Mungkin karena pengaruh lendir memek Mbak Lala sebab pada saat yang sama aku sibuk menikmati itil dan cairan memeknya, aku jadi mudah terangsang lagi.

Tiba-tiba Mbak Lala bangun dan melepaskan dasternya.
“Copot bajumu semua, Ndrew” perintahnya.
Aku menuruti perintahnya dan terperangah melihat pemandangan indah di depanku. Buah dada itu membusung tegak. Kuperkirakan ukurannya 36B. Puting dan ariolanya bersih, merah kecoklatan, sewarna kulitnya. Puting itu benar-benar tegak ke atas seolah menantang kelelakianku untuk mengulumnya. Segera Mbak Lala berlutut di atasku, dan tangannya membimbing penisku ke lubang memeknya yang panas dan basah. Bless… sshh…
“Aduhh… Ndrew… tititmu keras banget yah…” rintihnya.
“kok bisa kayak kayu sih…?”
Mbak Lala dengan buasnya menaikturunkan pantatnya, sesekali diselingi gerkan maju mundur. Bunyi gemerecek akibat memeknya yang basah makin keras. Tak kusia-siakan, kulahap habis kedua putingnya yang menantang, rakus. Mbak Lala makin keras goyangnya, dan aku merasakan tubuh dan memeknya makin panas, nafasnya makin memburu. Makin lama gerakan pinggul Mbak Lala makin cepat, cairan memeknya membanjir, nafasnya memburu dan sesaat kurasakan tubuhnya mengejang.. bergetar hebat.. nafasnynya tertahan.

“MMFF… SSHSHH.. AAIIHH… OUUGGHH… NDREEWW… MBAK KELUAARR… AAHHSSHH…”
Mbak Lala menjerit dan mengerang seiring dengan puncak kenikmatan yang telah diraihnya. Memeknya terasa sangat panas dan gerakan pinggulnya demikian liar sehingga aku merasakan penisku seperti dipelintir. Dan akhirnya Mbak Lala roboh di atas dadaku dengan ekspresi wajah penuh kepuasan. Aku tersenyum penuh kemenangan sebab aku masih mampu bertahan…

Tak disangka, setelah istirahat sejenak, Mbak Lala berdiri dan duduk di pinggir spring bed. Kedua kakinya mengangkang, punggungnya agak ditarik ke belakang dan kedua tangannya menyangga tubuhnya.
“Ndrew, ayo cepet masukin lagi. Itil Mbak kok rasanya kenceng lagi..” pintanya setengah memaksa.
Apa boleh buat, kuturuti kemauannya itu. Perlahan penisku kugosok-gosokkan ke bibir memek dan itilnya. Memek Mbak Lala mulai memerah lagi, itilnya langsung menegang, dan lendirnya tampak mambasahi dinding memeknya.
“SShh.. mm.. Ndrew.. kamu jail banget siicchh… oohh…” rintihnya.
“Masukin aja, yang… jangan siksa aku, pleeaassee…” rengeknya.

Mendengar dia merintih dan merengek, aku makin bertafsu. Perlahan kumasukkan penisku yang memang masih tegak ke memeknya yang ternyata sangat becek dan terasa panas akibat masih memendam gelora birahi. Kugoyang maju mundur perlahan, sesekali dengan gerakan mencangkul dan memutar. Mbak Lala mulai gelisah, nafasnya makin memburu, tubuhnya makin gemetaran. Tak lupa jari tengahku memainkan dan menggosok clitorisnya yang ternyata benar-benar sekeras dan sebesar kacang. Iseng-iseng kucabut penisku dari liang surganya, dan tampaklah lubang itu menganga kemerahan.. basah sekali..

Gerakan jariku di itilnya makin kupercepat, Mbak Lala makin tidak karuan gerakannya. Kakinya mulai kejang dan gemetaran, demikian pula sekujur tubuhnya mulai bergetar dan mengejang bergantian. Lubang memek itu makin becek, terlihat lendirnya meleleh dengan derasnya, dan segera saja kusambar dengan lidahku.. direguk habis semua lendir yang meleleh. Tentu saja tindakanku ini mengagetkan Mbak Lala, terasa dari pinggulnya yang tersentak keras seiring dengan jilatanku di memeknya.

Kupandangi memek itu lagi, dan aku melihat ada seperti daging kemerahan yang mencuat keluar, bergerinjal berwarna merah seolah-olah hendak keluar dari memeknya. Dan nafas Mbak Lala tiba-tiba tertahan diiringi pekikan kecil.. dan ssrr… ceerr.. aku merasakan ada cairan hangat muncrat dari memeknya.

“Mbak.. udah keluar?”, tanyaku.
“Beluumm.., Ndreew.. ayo sayang.. masukin ****** kamu… aku hampir sampaaii..” erangnya.
Rupanya Mbak Lala sampai terkencing-kencing menahan nikmat.
Akibat pemandangan itu aku merasa ada yang mendesak ingin keluar dari penisku, dan segera saja kugocek Mbak Lala sekuat tenaga dan secepat aku mampu, sampai akhirnya..

“NDREEWW… AKU KELUAARR… OOHH… SAYANG… MMHH… AAGGHH… UUFF…”, Mbak Lala menjerit dan mengerang tidak karuan sambil mengejang-ngejang.
Bola matanya tampak memutih, dan aku merasa jepitan di penisku begitu kuat. Akhirnya bobol juga pertahananku..

“Mbak.. aku mau muncrat nich..” kataku.
“Keluarin sayang… ayo sayang, keluarin di dalem… aku pengen kehangatan spermamu sekali lagi…” pintanya sambil menggoyangkan pinggulnya, menepuk pantatku dan meremas pinggulnya.
Seketika itu juga.. Jrruuoott… jrroott… srroott..
“Mbaakk.. MBAAKK… OOGGHH… AKU MUNCRAT MBAAKK…” aku berteriak.
“Hmm.. ayo sayang… keluarkan semua… habiskan semua… nikmati, sayang… ayo… oohh… hangat… hangat sekali spermamu di rahimku.. mmhh…” desah Mbak Lala manja menggairahkan.
Akupun terkulai diatas tubuh moleknya dengan nafas satu dua. Benar-benar malam jahanam yang melelahkan sekaligus malam surgawi.

“Ndrew, makasih ya… kamu bisa melepaskan hasratku..” Mbak Lala tersenyum puas sekali..
“He-eh.. Mbak.. aku juga..” balasku.
“Aku juga makasih boleh menikmati tubuh Mbak. Terus terang, sejak ngeliat Mbak, aku pengen bersetubuh dengan Mbak. Tapi aku sadar itu tak mungkin terjadi. Gimana dengan keluarga kita kalau sampai tahu.”
“Waahh.. kurang ajar juga kau ya…” kata Mbak Lala sambil memencet hidungku.
“Aku tidak nyangka kalau adik sepupuku ini pikirannya ngesex melulu. Tapi, sekarang impian kamu jadi kenyataan kan?”
“Iya, Mbak. Makasih banget.. aku boleh menikmati semua bagian tubuh Mbak.” Jawabku.
“Kamu pengalaman pertamaku, Ndrew. Maksud Mbak, ini pertama kali Mbak bersetubuh dengan laki-laki selain Mas Adit. tidak ada yang aneh kok. Titit Mas Adit jauh lebih besar dari punya kamu. Mas Adit juga perkasa, soalnya Mbak berkali-kali keluar kalau lagi join sama masmu itu” sahutnya.
“Terus, kok keliatan puas banget? Cari variasi ya?” aku bertanya.
“Ini pertama kalinya aku sampai terkencing-kencing menahan nikmatnya gesekan jari dan tititmu itu. Suer, baru kali ini Mbak sampai pipisin kamu segala. Kamu nggak jijik?”
“Ooohh.. itu toh..? Kenapa harus jijik? Justru aku makin horny..” aku tersenyum.

Kami berpelukan dan akhirnya terlelap. Kulihat senyum tersungging di bibir Mbak Lalaku tersayang…

Cerita Populer