Cerita Seks Bugil Gairah Pasangan Seks

Cerita Seks Bugil Gairah Pasangan Sex. Dan kutarik bajunya. Kancing-kancing itu berserakan di permukaan lantai. Kupandangi buah dada yang bergelayutan di depanku. Tanpa terasa air liurku menetes ke dagu. Gadis ini begitu menyelerakan. Kujambak poni di kepalanya yang terkulai dan kutarik ke atas. Dapat kurasakan nafas lembut itu. Ia masih hidup, dan itu sesuatu yang menggembirakan. Kuamati bibirnya yang berdarah dan kantung matanya yang lebam. Mempesona. Kucium bibir itu, menggigitnya dengan gemas. Dan darah semakin banyak mengalir. Anyir. Kubiarkan cairan kental itu memenuhi rongga mulutku. Perlahan mata gadis itu semakin berkerut sebelum akhirnya membuka. Seperti yang kuduga. Gadis itu menjerit keras-keras menyadari ketelanjangannya. Menyenangkan. Kujilat bibir bawahnya serentak memegangi kepalanya supaya tidak berpaling. Gadis itu menggeliat, mencoba meronta melepaskan belenggu di tangannya. Tapi tentu saja usaha yang sia-sia. Kuangkat rok biru gadis itu. Pahanya yang tercancang membuka, membuatku leluasa untuk menyentuh dan memainkan lipatan vaginanya. Gadis itu melenguh dan jejak-jejak air mata mulai tampak di pipinya yang lembut.

Aku semakin bergairah saat gadis itu mengerang. Kuangkat tubuhku dan berdiri di belakangnya. Kubuka reitsleting celanaku dan membiarkan penisku yang menegang keluar. Gadis itu terus menggeliat. Menggeliat saat kutarik celana dalamnya menelusuri kulit kakinya yang putih mulus. Kugenggam penisku, menggerakkannya dengan cepat. Kurasakan nafsu sudah mencapai ubun-ubun kepalaku. Kujulurkan jemariku dan meraba liang vagina gadis itu. Si gadis meronta, mengejang sesaat, mengerang dan menjerit. Namun aku terlalu bergairah untuk memperhatikan ceceran darah di lantai yang membentuk pola tak menentu.

Dengan gerakan perlahan kuturunkan pinggulku dan menyusupkan batang penisku di lipatan pahanya. Gadis itu menjerit tertahan dan berusaha memalingkan wajahnya ke belakang. Matanya mendelik menatap senyumku. Aku menyukai kengerian yang terpancar darinya. Kulihat butir keringat mulai keluar dari pori-pori di kulit pantatnya. Indah sekali.

Kutekan batang penisku perlahan dengan gerakan vertikal. Sempit sekali. Kepala gadis itu terjatuh ke depan seiring rintihan tak jelas yang keluar dari bibirnya. Kuperhatikan batang penisku yang perlahan namun pasti menghilang di balik celah pantatnya. Geraman dan desahan keluar dari bibirku. Nikmat sekali. Gadis itu masih berusaha menggoyangkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan. Masih berusaha menghindar. Tapi tidakkah itu justeru menambah kenikmatan yang kurasakan di ujung penisku? Tubuh gadis itu mulai melemas. Kugoyangkan pinggulku semakin cepat. Aliran darah membantuku memasuki liang vaginanya. Gemerincing rantai memenuhi ruangan. Hasratku semakin memuncak.

Dan kini ia memandangiku dengan sinis. Seperti biasanya. Lamunanku buyar seketika.
"Ngapain lihat-lihat?"

"Mel. Jangan ketus seperti itu."
"Biar saja. Lagian siapa yang mau dilihati olehnya."
Ah sudahlah. Jangan bertengkar. Kupalingkan saja wajahku menatap buku yang terbuka di bawah mataku. Angka-angka serasa menari-nari di hadapanku. Kudengar Mela mendengus kesal sebelum berlalu dari hadapanku. Yah, sudahlah. Lagipula aku masih punya urusan penting yang harus kuatasi sekarang juga. Penisku mengeras. Sampai terasa sakit terjepit meja.

"Whoi, si Helm lagi on!!" Suara teriakan itu mengejutkanku.
Anak-anak yang lain mulai berkerumun dan bergunjing di sebelahku. Beberapa dari mereka tertawa dan menudingku seraya mengeluarkan kata-kata cemoohan.
"Pasti kamu lagi membayangkan Mela. Iya kan?"
Aku membenci anak-anak sok tahu itu. Tapi mereka jauh lebih kuat dariku. Dan sekarang. Aku merasa wajahku panas seperti udang rebus. Beberapa anak memegangi kedua lenganku dan menarikku berdiri, seolah ingin memperlihatkan 'barang'ku yang menegang. Aku ingin menangis seketika itu juga. Kurasakan Mela menatapku.

Plakk!!
"Kurang ajar."
"Sudah, Mel. Ayo kita keluar."

Cerita Dewasa - Mama. Aku ingin pulang. Kurontakan lenganku dan berlari sekencang mungkin menuju gerbang sekolah. Aku tak perduli seruan beberapa siswa dan guru di belakangku. Aku tak perduli tawa mereka yang begitu menyakitkan. Tapi mengapa suara-suara itu justru menukik di gendang telingaku, walau sudah kututup rapat-rapat? Kutubruk jeruji gerbang yang terkunci itu. Air mataku sudah terlalu banyak untuk kubendung.
Mama. Aku ingin pulang. Sekarang juga.

"Nih. Jangan cengeng. Lelaki harus tegar."
Sebuah sapu tangan coklat menempel di punggung lenganku.
Kak Ray??

Anak itu tertawa dengan gaya begitu menyebalkan.
"Lalu begitu saja kamu menangis? Hahahaha. Alangkah tololnya."
"Tapi, Kak," aku mulai bergumam.
"Sini, aku ajak kamu menemui seseorang."
Wah. Ini sesuatu yang tak pernah kusangka. Kapten tim basket mengajakku pergi bersamanya? Tapi ini masih jam sekolah.
"Cuek saja. Ayo."
Kak Ray membisikkan beberapa kata kepada penjaga sekolah yang lalu memandangiku dengan penuh perhatian. Ketakutan mulai menyelubungiku. Tapi Mas pejaga sekolah itu malah tersenyum padaku dan membuka gembok gerbang.
"Ayo. Sebelum orang-orang usil itu datang."
Tanpa berpikir panjang kuikuti langkah Kak Ray keluar.

Dan kini aku bersama Kak Ray di atas Tiger-nya. Benar-benar merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagiku dapat memeluk pinggangnya dan merasakan rambut tebalnya menyapu wajahku. Seandainya anak-anak itu dapat melihatku sekarang. Seandainya Mela melihatku sekarang.Dia pasti akan menaksirku tanpa banyak cing-cong.
"Kita ke mana, Kak?"
"Ke rumah teman."
"Oh." Dan bahkan kini aku bisa mencium bau asap rokok itu menyerang hidungku. Ini benar-benar luar biasa. Aku dan Kak Ray. Di atas motor kesayangannya. Koboi sekolah. Aku seolah dapat merasakan kenikmatan yang pasti dirasakan juga oleh Kak Ray.

"Sinting. Ngapain kamu di sini?"
Kupandangi anak-anak bercelana abu-abu itu dengan was-was. Bagaimana kalau mereka mengompasiku? Tapi Kak Ray malah tampak tenang-tenang saja. Senyum masih mengembang di bibirnya.
"Ini namanya Warung Ibu," Kak Ray menatapku tanpa menghiraukan sapaan sinis dari beberapa anak. Sinis, setidaknya menurutku.
"Hoy, Ray. Ngapain ke sini?"
"Heheh," Kak Ray tertawa," mana Kak Kemal?"
Beberapa anak yang lain tertawa. Salah seorang yang paling dekat dengan Kak Ray merogohkan jemarinya ke kantung baju Kak Ray dan mengambil sebungkus Marlboro.
Setelah menyalakan rokoknya, anak yang barusan berteriak.
"Mal!"
Seraut wajah menoleh dari samping warung. Sekejap aku terkesiap merasakan kemiripan wajah itu dengan wajah Kak Ray. Bukan wajahnya, tapi pandangan matanya. Setengah terkatup, nakal dan menggoda. Kulirik Kak Ray yang tersenyum simpul. Orang yang duduk lesehan di samping warung itu juga tersenyum.

"Hik hik hik, sini Ray."
Cerita Dewasa - Tawa itu sedikit menyeramkan. Tapi getarannya penuh daya tarik. Aku jadi teringat cersil Kho Ping Hoo, tentang semacam tenaga dalam yang bisa tersalurkan lewat getaran suara. Tapi aku tak bisa tersenyum saat itu. Hanya mengikuti langkah Kak Ray. Aku bahkan tak berani duduk lesehan di atas trotoar dimana orang itu duduk. Aku memilih duduk di pinggir trotoar, setengah menggantungkan pantatku.
Kulihat Kak Ray tertawa-tawa dengan orang itu, mengatakan hal-hal yang tak jelas di telingaku, sambil sesekali melirikku penuh arti.
"Hik hik hik, jadi begitu ceritanya. Hey, sini kamu."
Tawa seram itu lagi. Tapi kali ini aku seperti tertarik mendekati orang itu. Lagipula, ia memanggilku. Kak Ray hanya tersenyum. Orang itu menatapku. Kulihat lingkaran tengah matanya yang kecoklatan seakan berusaha menelanjangiku. Lalu orang itu terkekeh.
"Hik hik hik, persis Ray dua tahun yag lalu. Kacangan."
Kulihat Kak Ray tertawa sambil menggaruk-garuk rambutnya.
"Jangan begitu ah, Kak."
"Benar, kok. Lengkap dengan sisa air matanya."
Air mata?
Jadi dulu Kak Ray..

"Kita perkosa saja rame-rame."
"Telanjangi, perkosa, potong tujuh.."
"..buang ke semak-semak."
"Gantung, diperkosa. Pokoknya 'salome'."
"Sodomi."
"Ah, dasar maniak."
Kulihat wajah-wajah itu seolah menjadi begitu liar. Dan Kak Ray duduk diantara mereka seolah-olah merupakan bagian dari kerumunan itu. Aku sebenarnya tak menyukai suasana buas ini, tapi kupaksakan diriku untuk tetap tertawa. Lagipula aku sempat membayangkannya pagi tadi.Kulihat Kak Kemal--kami sudah berkenalan tadi-- menghisap rokoknya dan menghembuskan asap dari sudut bibirnya.

"Bagaimana, Rik? Kamu mau?"
"T..tidak usah r..repot-repot, Kak."
Aku ingin memaki diriku sendiri, mengapa aku bisa membuat mereka tertawa saat itu. Termasuk Kak Ray.
"Hey," salah seorang dari kakak-kakak itu berseru, "Tak perlu sungkan dengan kami. Teman Ray berarti teman kami juga."
"I..iya, K..kak."
Aku sangat ingin memaki diriku.
"Kamu mau tahu apa yang dibuat Ray tempo dulu?"
"Wah, ini off the record, Kak."
Nada Kak Ray terdengar memprotes. Tapi mataku yang memancarkan sinar keingintahuan tak bisa menipu mereka.

Kak Kemal mendekatiku dan berbisik lirih.
"Ia menelanjangi mereka semua. Satu demi satu. Helai demi helai.."
"Kak!!"
"..lalu.. menjilati kemaluan mereka dan meminum cairan mereka sepuasnya. Bergantian. Dari hari ke hari. Dan mereka begitu terpesona, bahkan kami sendiri nyaris tak kebagian."
Kerumunan anak SMA itu tertawa bersamaan, salah seorang dari mereka menimpali, "Nyaris semua. Kecuali kamu, Mal." Dan yang ditimpali hanya terkekeh. Seolah merasa bangga. Wajah Kak Ray terlihat memerah.
"Tentu, dong. Mana mungkin murid mengalahkan gurunya, hik hik hik."
Kutatap Kak Kemal dengan penuh kekaguman. Bahkan Kak Ray yang selalu gonta-ganti pacar masih mempunyai seorang guru.
"Aaahh.." tanpa sadar desahan itu keluar dari mulutku.
"Kamu mau seperti dia, Rik?"
Mendadak suasana menjadi begitu khidmat. Semua mata --termasuk Kak Ray-- menatapku dengan penuh tanda tanya. Kurasa jawabanku sudah jelas.

Cerita Seks Bugil Gairah Pasangan Seks 2

Cerita Seks Bugil Gairah Pasangan Sex. "Pertama, jangan pakai poni. Menjijikkan."
Aku hanya bisa mengiyakan saat Kak Ray membawaku ke salon. Beberapa saat kemudian aku sudah memandangi rambutku yang baru. Cepak dan berdiri seperti kaktus. Wajahku malah nampak bundar. Kak Ray tersenyum menatapku.
"Begini lebih bagus."
Masa?

"Kedua, berpakaian lebih funky. Jangan semua dimasukkan seperti anak kura-kura." Kak Ray menarik baju belakangku dan menyelipkan sedikit ujung baju ke celanaku. Aku yakin, kalau mama melihatku saat ini, pasti beliau akan sangat marah.

"Ketiga, tunjukkan bahwa kamu memiliki jati diri yang pasti." Kak Ray memasangkan gelang-gelang kain itu ke pergelanganku. Kuhitung-hitung semuanya berjumlah lima biji. Tiga di kanan, dan dua di kiri.

"Keempat, ayo ikut aku."
"Ke mana, Kak?"
"Ekskul Basket. Khusus kakak kelasmu."
"Hah?"
Dan baru aku ketahui bahwa basket itu menyenangkan. Kak Ray meyakinkan sahabat-sahabatnya bahwa aku 'harus' diterima mulai saat itu. Kurasakan keringat menetes membanjiri sekujur tubuhku saat aku berlari, melompat. Kakak-kakak yang lain dengan ramah mengajariku cara melakukan dribbling, pivot, shooting, dan berbagai atraksi lainnya. Aku sedikit kecewa saat ekskul berakhir. Sementara aku masih belum menghapal benar setiap gerakan yang mereka ajarkan.
"Nih. Bawa pulang. Main di rumah saja."
Kutangkap bola basket itu. Luar biasa. Semua kakak pelatih menatapku dan tersenyum mengangguk.Aku kini salah seorang dari mereka. Luar biasa.

Setelah mengantarku sampai ke depan rumah, Kak Ray menyodorkan tas sekolahku. Katanya, tas ini tadi dititipkannya pada salah seorang sahabatnya. Mungkin lebih tepat disebut 'bawahannya'?
"Di sini pelajaran ke lima, jangan lupa mempelajarinya di rumah nanti." Kutatap pandangannya yang ramah. Sekejap aku mulai merasa ingin menangis. Tapi Kak Ray meninju lenganku dengan keras.
"Pelajaran selingan, jangan menangis seperti banci."
Kubusungkan dadaku dan berusaha menahan air mataku. Kak Ray tertawa dan berlalu sambil melambaikan tangannya.
"Jangan lupa, pelajari baik-baik."
Tentu saja, Kak.

Mama sekejap merasa heran dengan penampilanku yang begitu aneh. Tapi beliau lebih memilih untuk menggelengkan kepalanya. Papa malah menatapku dengan tersenyum.
"Kamu tampak seperti laki-laki."
Dan aku merasa benar-benar bangga. Ingin rasanya aku berteriak sekeras mungkin. Tapi aku segera berlari ke kamar dan membuka tasku dengan penuh penasaran.

"Teka-teki Kepribadian oleh bla bla bla."
Hanya ini?? Sebersit rasa kecewa merasukiku. Kubuka halaman pertama. Dan secarik kertas terjatuh. Segera kupungut dan kubaca. Akhirnya. Aku ingin menangis lagi. Tapi kubusungkan dadaku dan berlari ke depan cermin. Kutiru gerakan Kak Ray saat menjadi guard di ekskul basket tadi sore.
"Dan kalian gadis-gadis. Akan segera kujilat. Satu-persatu."

Cerita Dewasa - Rasa percaya diriku terasa surut seketika saat menyaksikan bayangan di depan cermin itu. Awut-awutan mungkin sebuah kata yang tepat. Tapi seperti kata buku semalam. Aku seorang sanguinis. Penuh percaya diri. Tapi mama tak boleh melihatku. Jadi kularikan saja tubuhku keluar tanpa berpamitan. Di sepanjang trotoar kupraktekkan gaya berjalan John Travolta dalam film Grease--persis gaya berjalan Kak Ray saat menelusuri lorong sekolah. Stylish. Penuh gaya. Kukunyah permen karet di mulutku dengan berirama.
It's a new me.
Ray Junior.
Si pewaris.
"Hahahaha.. huahahaha.."
Gendang telingaku terasa sakit. Semua anak menatapku dengan tertawa. Mata mereka menyipit seperti mata setan. Aku gila. Aku gila. Kulihat Mela menutupi mulutnya dan terbahak-bahak sampai mengeluarkan selembar tissue dari tasnya. Apakah aku sekonyol itu? Apakah kakak-kakak itu mempermainkanku? Tak mungkin. Kak Ray begitu baik. Buku itu. Aku harus cuek. Kutegakkan tubuhku dan melangkah mendekati salah seorang anak yang tertawa paling keras. Kudekatkan wajahku dan mendesis.

"Kamu..sirik, ya?"
Tawa-tawa itu terhenti seketika. Aku merasa sedikit lebih tangguh dari yang kukira. Tentu saja sebelum lengan-lengan itu meraihku dan menempelkan punggungku ke tembok.
"Heheh.. si Helm.. eh.. Kaktus ini sudah mulai rewel."
Aku tak boleh gemetar sekarang. Aku harus berani. Kuayunkan dengkulku sekuat tenaga dan menyaksikan anak di depanku terjatuh. Darahku tersirap, sejenak keringat dingin menyeruak tengkukku. Kurasakan anak-anak lain yang memegangiku sejenak ikut terdiam melihat reaksiku yang tak terduga. Mendadak suasana menjadi riuh rendah. Kupejamkan mataku saat kepalan tangan itu terangkat.

"Hey, Rik. Kok tidak segera datang? Kamu ditunggu loh."
Kubuka mataku perlahan. Kerumunan anak itu mendadak menyeruak. Seseorang berdiri dan bersandar di ambang pintu.
"Ayo, tunggu apa lagi?"
Kukembangkan senyumku melihat Kak Ray yang mengerutkan alisnya tak sabar. Beberapa gadis mulai kasak-kusuk di sebelahku. Anak yang terjatuh tadi tak mengucapkan sepatah katapun. Begitupula anak-anak yang memegangiku. Kalian baru tahu, ya? Aku salah seorang dari mereka. Kulangkahkan kakiku keluar kelas, bergabung dengan Kak Ray dan teman-temannya. Tak berapa jauh dari kelas, Kak Ray berbisik di telingaku.
"Bodoh. Jangan pernah memejamkan mata."
Beberapa kakak yang menguping tertawa. Kurasakan wajahku memerah.

Hubunganku dengan Kak Ray semakin dekat. Kak Ray mulai menjemputku sebelum ekskul basket, dan mengantarku pulang setelahnya. Aku sangat mengagumi kemampuan Kak Ray berkomunikasi dengan papa dan mama. Kedua orang tuaku sering membincangkan kebaikan-kebaikannya di meja makan. Aku merasa semakin bangga saat mereka menganjurkanku untuk bisa menjadikan Kak Ray sebagai teladanku.Anak-anak itu? Mereka tak pernah lagi mencemoohku setelah kejadian itu. Mereka justeru berubah seratus delapan puluh derajat. Anak-anak pria selalu mengerubungiku dan bertanya-taya tentang informasi terbaru di dunia elite kakak kelas. Gadis-gadis mulai melirik ke arahku dengan malu-malu. Beberapa dari mereka bahkan mulai dijodoh-jodohkan denganku. Aku sendiri tak menyadari perubahan yang terjadi padaku. Semenjak ikut ekskul basket beratku berkurang jauh. Pipiku yang semula seperti bakpao sekarang sudah mengempis--setidaknya istilah yang tepat menurutku. Buku yang diberikan Kak Ray padaku tempo hari sangat bermanfaat. Apalagi setelah aku berhasil memasuki kamarnya --yang ternyata sangat berantakan-- aku bisa membaca apapun yang aku inginkan. Mulai dari cara menjadi pendengar yang baik, cara berkomunikasi dengan orang-orang dengan keaneka ragaman mereka. Aku mulai bisa membuat mereka tertawa. Aku mulai bisa memberikan nuansa kehadiranku di tengah-tengah mereka. Dan itu sungguh menceriakan hidupku dari sisi yang belum pernah kualami sebelumnya. Sampai tiba pelajaran ke-enam. Wanita dan Cinta.

"Ehm, Rik. Mau temani aku ke tata usaha?"
"Huh?" Kupandangi wajah gadis itu dengan seksama. Dalam hati aku tertawa. Alangkah konyolnya gadis ini. Ternyata masih banyak gadis yang lebih cantik darimu. Lalu kenapa aku harus mau?
"Aku ma.."
"Please."
Dan kini aku berjalan mengiringinya ke ruang tata usaha. Menyebalkan. Mengingat betapa enam bulan lalu gadis ini menamparku di depan teman-temannya. Dan inilah. Dan itulah. Konyol benar.

"Rik, maafkan aku waktu itu."
"Oh, yang mana?"
"Jangan menggodaku," Mela menundukkan kepalanya, "Kamu tahu."
"Aku sudah lupa."
"Rik."
"Yang kamu menamparku? Wah, aku barusan lupa."
Kubiarkan gadis itu mencubit lenganku dan berlari malu-malu. Mendadak rasa suka itu datang lagi.

Cerita Dewasa - Pelajaran ke-enam kuhabiskan semalaman bersama Kak Ray di kamarnya. Kak Ray menunjukkan foto-foto gadis yang pernah dikencaninya. Aku terkagum-kagum melihat beberapa gadis yang berasal dari SMP lain. Selebihnya, aku berusaha keras mencerna semua yang dikatakannya dalam otakku. Semua. Sampai aku hapal.

Inikah rasanya?
Kubuka perlahan kancing baju gadis itu. Menelan air liurku saat menatap buah dada yang menyembul dari balik bra itu. Ingatanku melayang pada selorohan Kak Ray, "Payudara yang paling asyik adalah payudara muda yang sama sekali belum pernah tersentuh."
Itu sebuah kenyataan.
Kugerakkan lenganku dan menekan kulit payudara itu, merasakan kekenyalannya di jemariku. Mela mendesah dan meraba punggungku. Kujulurkan lidahku dan menjilat apapun yang bisa kujilat. Kususupkan jemariku ke balik cup bra-nya dan bergetar saat merasakan puting susunya. Luar biasa. Inikah yang dinamakan payudara? Inikah yang disebut puting susu? Kutarik cup itu ke atas dan membuka mataku lebar-lebar, mengamati setiap lekuk payudara di hadapanku. Mela mendesah saat kukecup puting susunya. Gadis itu menggeliat penuh kenikmatan. Kugerakkan lidahku seperti yang diajarkan Kak Ray padaku semalam. Letter U. Letter S. Letter O. Dan dapat kudengar desahan itu keluar dari bibirnya.

Itu yang pertama.
Sebulan berikutnya aku mulai sedikit jarang menghabiskan waktu bersama Kak Ray, kecuali saat ekskul basket seminggu dua kali. Aku lebih banyak menghabiskan waktuku bersama Mela. Menjelajahi dan menemukan apa yang belum pernah kualami sebelumnya. Saat itu aku sudah mulai berani menelanjangi tubuh atasku dan tubuh atasnya, menempelkan ketelanjangan dada kami satu dengan lainnya. Jemariku mulai beraksi dengan lebih mahir. Aku mulai bisa memagut bibirnya sementara tanganku beraksi di dadanya. Jilatan-jilatanku pada puting susunya mulai terasa mengalir seperti kebiasaan sarapan pagi.

Bulan kedua.

Aku mulai berani mempertontonkan kemaluanku padanya. Bersama kami mempelajari cara-cara melakukan masturbasi satu dengan lainnya. Ketakjubanku saat melihat vagina untuk yang pertama kalinya di depan mataku menjadi sebuah kenangan yang tak terlupakan. Aku menyukai kelembaban liang itu saat jemariku menyentuh dan memainkan bibir-bibirnya. Aku menikmati setiap desahan yang keluar dari bibirku saat jemari Mela memainkan batang penisku. Mela sempat menjerit kaget saat spermaku menyembur dan membasahi telapak tangannya. Tepat di minggu ke tiga bulan kedua aku bersamanya, aku sudah memberanikan diri untuk menjilat kemaluannya. membiarkan wajahku dibasahi oleh cairannya. Kata-kata Kak Kemal selalu terngiang di telingaku.
"..lalu.. menjilati kemaluan mereka dan meminum cairan mereka sepuasnya. Bergantian. Dari hari ke hari. Dan mereka begitu terpesona.."
Dan aku mengerang saat Mela mencium kemaluanku dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Benar-benar sebuah perasaan yang luar biasa. Apakah gadis-gadis yang lain juga serupa? Bergantian. Aku juga menginginkan mereka.

Bulan ketiga minggu kedua.

Cerita Dewasa - Saat itu aku bahkan masih bisa terkagum-kagum dengan Kak Ray, guruku dan sahabatku. Bahkan dengan kebengalannya, ia masih bisa menduduki rangking di sepuluh besar danem tertinggi di SMP kami. Walaupun bukan tiga besar, tapi tetap sebuah prestasi yang mengagumkan. Saat itu aku sudah positif memenangkan pemilihan Ketua OSIS. Temanku sudah begitu banyaknya. Mela juga semakin dekat denganku. Gadis-gadis sudah mulai bersuit saat aku lewat. Tak ada yang kurang dalam hidupku. Apalagi setelah papa membelikanku sebuah Honda Tiger hijau metalik. Persis seperti kepunyaan Kak Ray. Kudengar Kak Kemal juga sudah lulus dengan nilai memuaskan. Aku juga harus bisa. Kutekadkan itu. Pandai dalam bergaul dan cerdas akademik.

"Rik, mulai sekarang kamu sendiri. Sanggup?"
"Sanggup, Kak." Kupandangi STTB dan Danem yang terselip di lengannya. Aku ingin memeluknya saat itu juga.
"Aku setelah ini di kompleks. Kalau ada apa-apa, aku di Warung Ibu."
"Ya, Kak."
"Pelajaran selingan, jangan menangis."
Ia tahu. Tapi aku tak perduli. Kak Ray tersenyum dan menyeka air mata di pipiku, "Bodoh. Oh, ya. Pelajaran ketujuh. Tentang berhubungan seksual.."
"Aku tahu, Kak. Aku tahu," isakku.
"Oh, baguslah."
"Aku sudah melakukannya. Dengan Mela. Luar biasa."
Aku tersenyum, mengharapkan pujian darinya.
Tapi Kak Ray mengangkat lengan kanannya dan menepukkannya di dahinya sendiri. Wajahnya terlihat pucat dan matanya membelalak.
"K..kenapa, Kak?"

"Pelajaran terakhir.. jangan sampai terjebak dan terikat."
Kudengar Kak Ray mendesah menatapku.
Kurasakan jantungku berdegup kencang.

"Jangan terjebak. Jangan terikat."
Satu-satunya jurus yang tersisa.
Satu-satunya yang terlewatkan.

Masa depan mendadak terbentang terlalu jelas di depan mataku.

Cerita Seks Bugil Pengalaman Pertama Bercinta

Cerita Seks Bugil Pengalaman Pertama Bercinta. Sebut saja aku arif,aku 18 tahun sekarang dan pengalaman pertamaku terjadi sekitar bulan juni lalu waktu itu adalah masa2 menegangkan dimana aku sedang menunggu hasil ujianku.Aku mempunyai seorang pacar sebut saja nina,kami saling kenal karena pamanku dan bibinya menikah,jadi sebenarnya kami masih terhitung saudara,aku dan nina menjadi begitu akrab setelah pernikahan pamanku bahkan sudah seperti sepasang kekasih tapi diantara kami masih belum ada ikatan, hingga akhirnya dia yang menembakku tepat 1minggu sebelum dia berangkat ke tempat karantina,karna dia ingin pergi bekerja ke luar negeri.

Aku selalu datang ke tempatnya setiap ada waktu,dan kami tetap berkomunikasi walau hanya melalui telepon genggam, hanya pada saat hari minggu saja kami bisa jalan bersama.Berawal dari jalan2 ke tempat yang dipilihnya, yang ternyata menjadi tempat pilihan para pasangan yang ingin mendapatkan kebebasan inilah aku mulai berani merealisasikan khayalanku tentang seorang wanita, bagaimana tidak 1hal yang q takutkan akan merenggangkan hubungan kami seperti penolakan sama sekali tidak ia perlihatkan, bahkan dialah yang menuntun tanganku untuk menjamah payudaranya, mengajari bibirku agar lincah bercumbu dan menarik lidahku agar merogoh kerongkongannya setelah "insiden" ditempat itu obrolan kami baik langsung maupun melalui telepon selalu mengarah ke hubungan sex. Sangat terasa kekecewaanku saat begitu banyak rencana yang telah ku siapkan gagal karna dia akan dikunjungi keluarganya.Saat malam senin aku hanya melamun membayangkan ide2 gilaku yang tak terwujud,sampai akhirnya sebuah sms membangunkanku dari lamunanku, ya itu Nina.


"mas(begitu caranya memanggilku)besok aku pulang karna akan ada razia di tempat karantina,mas bisa datang kerumah kan?" ya pada saat itu gadis dibawah 20 tahun memang tidak di perbolehkan berada di karantina, maka dg hati gembira aku menjawab. "tentu saja".

Cerita Dewasa - Singkat cerita q dan nina selalu bersama d saat ia di rumah, hingga akhirnya aku harus mengantarnya kembali saat ia harus kembali ketempat karantina,waktu itu selepas magrib aku dan nina berangkat kekarantina menggunakan motorku sepanjang jalan ia terus berkata bahwa ia masih merindukan keluarganya dan benar saja, ketika kami hampir sampai di tempat karantina dia menangis,karna tak tega maka aku memintakan izin untuk nina berlibur 1hari lagi, akhirnya kami kembali ketika kami hampir sampai dia kembali menangis "sebenarnya aku masih kangen sama kamu mas" katanya, karna merasa di permainkan akupun marah dan berkata "baiklah puaskan kangenmu dan kita pulang"

Berkali2 dia minta maaf karna dia tahu aku marah hingga akhirnya akupun terlarut dalam svasana dan akhirnya kami berhenti di tengah jalan dan saling melepas rindu.
Hingga akhirnya aku tersadar bahwa waktu menunjukkan pukul 23.00 di saat itu aku benar2 bingung kemana aku harus membawanya hingga akhirnya terbesitlah pikiran bejatku,ku bawa dia kerumahku yang memang sepi karna hanya di huni 4 orang aku,adik perempuanku, pamanku serta istrinya yang sebenarnya adalah bibi nina.

Dengan perasaan was2 kubawa nina ke kamarku di lantai 2 sedangkan pamanku dan istrinya berada di ruang tengah. Sampai di kamarku terbesitlah pikiran jahat ku untuk memperkosanya toh,sepertinya dia memberiku peluang itu. Tapi pikiran itu terkalahkan oleh ketakutanku akan teriakannya yang pasti akan mengundang pamanku. Akhirnya aku memaksakan diri untuk terpejam walaupun emosi dan gelora seks ku membara, hingga akhirnya kurasakan hembusan nafas di leherku walaupun kaget tapi aku mencoba untuk tetap tenang,tanpa sepatah katapun keluar kurasakan tangannya membelai2 rambutku dan turun ke wajahku lalu dadaku yang masih terbungkus kaos dan selangkanganku yang masih bahkan makin tegang, kurasa dia tahu bahwa aku hanya pura2 tidur, tanpa membuka mata kurasakan payudaranya menindih dadaku,badannyapun berada di atas badanku dengan lembut ia mencium dahiku kedua pipiku dan akhirnya bibirku, saat itu aku merasa bahwa nafasku sudah tak lagi stabil dan pasti dia sudah menyadarinya maka kubuka mataku dan tanpa berkata akupun melumat bibirnya cukup lama kami berpagutan hingga saat tersadar kami sudah tak lagi memakai pakaian kami sudah telanjang langsung saja kuremas dan kukulum payudaranya kurasa ia mendesis tapi dia menahannya yang kudengar hanya nafas yang memburu keluar dari mulutnya, langsung saja kubuka kedua pahanya yang mulus dan kulakukan hal yang selama ini ku khayalkan. kujilati, kusedot kemaluannya dengan ganas hanya suara kecipak yang terdengar dan akupun merasakan cairan yang agak asin tapi tak lagi ku pedulikan,hingga akupun ingin merasakan kemaluanku dikulum saat kusodorkan "milik"ku entah karna begitu bernafsu atau apalah nina menarik kemaluanku dengan kasar hingga aku mengaduh dia minta maaf dan mulai mengulum kemaluanku sebenarnya aku menyukainya, tapi aku sudah tak tahan ingin merasakan kemaluannya maka kutarik dan kuarahkan milikku ke kemaluannya tapi aku sempat bertanya "bolehkah?"

Cerita Dewasa - Dia tak menjawab dan hanya mengangguk,akhirnya ku mulai mencoba memasukkan milikku tapi aku cukup kesulitan mencari lubang itu, hingga akhirnya tangannya bergerak menggapai kemaluanku dan membimbingku ke arah yang benar dan seketika itu juga aku mengetahui bahwa ia tak lagi perawan. Tapi ia sempat mengaduh pelan dan meringis ketika milikku masuk seluruhnya, akhirnya kudiamkan milikku didalam kemalvannya beberapa saat, yang ku tahu kemaluan wanita membutuhkan waktu untuk beradaptasi.

Cerita Seks Bugil Perselngkuhan Seorang PNS

Cerita Seks Bugil . Perkenalkan Namaku Agus seorang PNS di Bali, untuk kerahasiaan aku tidak akan menuliskan tahun terjadinya peristiwa ini dan nama asli. Namun cerita ini adalah benar adanya.

Bulan November aku mengikuti prajabatan PNS, yah tak ada yang kukenal di prajabatan ini, karena itu aku berusaha untuk mencari teman sebanyak-banyaknya. Pagi itu adalah jam pertama, aku duduk di bangku kelas bagian tengah, kulirik kiri dan kanan. tak ada yanmg kukenal, namun ada satu yang menarik perhatianku, seorang gadis cantik duduk tak jauh dariku, dia nampak ramah dan selalu tersenyum, kulitnya sawo matang, namun bagiku dia terlihat yang paling cantik di kelas. Dia lalu memperkenalkan diri.

Nama saya Ni Ketut Dede Ariyani, aku guru tari Bali, nama kamu siapa? kok ngeliatin terus sih?
Aku jadi salah tingkah, lalu aku menjawab,
Maaf ya mbok tut, nama saya Agus, abis ga ada yang dikenal sih
Sekarang kan udah kenal,emang umur kamu berapa? kok manggil mbok
25 mbok, emang kenapa?
oh, emang bener kamu manggil aku mbok, umur aku 28.
Oh

Meskipun dia bilang umurnya 28 tapi dia tidak terlihat setua itu, perawakannya lebih pendek dari aku dan badannya sintal. Sejak perkenalan itu kami sering ngobrol berdua pada waktu prajabatan selama 2 minggu itu, smsan dan telpon-telponan, dia juga sering ditengok sama cowok yang sama temen-temen aku dipanggil raksasa, Dede bilang sih itu tunangannya, aku kesel juga tapi apa daya aku cuma bisa senyum, tapi memang pada waktu itu aku belum merasakan apa-apa.
Pada waktu sehari sebelum penutupan dia bilang begini,
Gus, nanti abis penutupan kita jalan-jalan yuk!?
ayuk, kataku dengan senang hati, emang mau kemana mbok?
yah, ke bioskop atau kemana gitu.
oke..

saat itu tiba, aku dah siap-siap untuk penutupan dan tak lupa aku membawa pakaian ganti, begitu selesai penutupan kami pergi ke bioskop, kami nonton dan sengaja memilih bangku paling pinggir, entah kenapa aku mulai berpikiran kotor, lalu aku memeluk dia, dia tidak menolak. Lalu aku beranikan diri untuk mencium dia, dia malah menyambut ciumanku dengan hangat. Kami berciuman lama sekali, aku melumat bibirnya dengan penuh nafsu, setelah beberapa menit dia berkata,
ternyata perasaan gak bisa bohong ya.
iya

Aku tak ragu lagi untuk memeluk dan menciumnya bahkan aku berani memegang payudaranya dari dalam bajunya sementara dia juga memegang dadaku, akhirnya kami selesai nonton film lalu aku berkata,
De..putusin cowok kamu ya, trus nikah ma aku.
Ga bisa gus, aku ma dia dah lebih dari pacaran kami dah biasa begituan, tinggal dibantenin aja kami dah jadi suami istri
Aku kecewa dan marah tapi ga bisa apa-apa, akhirnya aku bilang,
Terserah.

Cerita Dewasa -Aku tidak pernah ngehubungi dia selama beberapa hari, akhirnya aku berpikir normal aku tidak mungkin masuk ke dalam kehidupannya, yah aku akhirnya menghubungi dia lagi dan kami ngobrol seperti biasa tanpa ada masalah lagi dan pada suatu saat dia mengajak aku makan di ayam wong Solo.
Aku sebagai orang yang lebih miskin dari dia jelas tidak menolak. Kami pergi kesana terus kami memesan meja di tempat bebas rokok yang sepi dan tertutup.
Setelah selesai makan, aku dan dia yang duduk bersebelahan menumpahkan rasa kangen. Kami saling mencium, saling melumat dan saling memegang. Aku berkata padanya,
De, aku pingin buat cupang di leher kamu.
Coba aja!
Aku mencoba menghisap lehernya untuk membuat cupang tetapi gagal, dia lalu tertawa sambil berkata,
He he he bukan gitu caranya, nih aku contohin, dia mulai beraksi. Entah bagaimana caranya dia mengisap, yang jelas rasanya aku melayang-layang, aku cuma mendesah,
Ah ah
Tuh kan, dah merah, kata dia sambil menunjuk leher aku.
Dasar De, kita pulang yuk.
ayuk.
Dede lalu membayar makanan sementara aku langsung menuju mobilnya.

Sesampai di rumah, pikiranku kacau karena cupang itu, aku langsung nge-sms dia,
De aku kepingin cupangnya bukan di leher, aku pingin di dada, aku juga pingin buat cupang di dada kamu.
Aku kira dia marah, tapi dia malah ngebalas,
Gus, aku sayang ma kamu, kalau kamu buat cupang di dadaku boleh kok, selain itu sebagai tanda sayang aku, aku pingin 3d.
Apaan tuh 3d?, balasku.
Diputer, Dijilat trus Dicelupin.
Hah!! Beneran? Atau becanda nih?
beneran, masak aku main-main.
Kapan kamu mau? Tapi aku belum pernah lho sayang, apa mesti pake pengaman?
Aku pinginnya ga pake, tapi kalau kamu ragu lebih baik pake aja, waktunya nanti aja kalau ada kesempatan, gimana?
Oke deh, met istirahat ya sayang
Istirahat apaan aku kan harus nari di Hotel sayang, nanti kalau aku ga balas berarti aku masih sibuk atau ada si dia sama aku.
Ya deh, met kerja ya sayang.

Yah, ini adalah jadwal harian dia, dia adalah seorang penari Bali dan kadang dia nari di hotel kadang malah sampai ke luar negeri.
Lama aku menunggu waktu itu, akhirnya aku mendapat kesempatan pelatihan 4 hari. Tetapi karena kecerdikan panitia pelatihan itu hanya 3 hari. Berarti aku hanya punya waktu 1 hari. Aku langsung nge-sms dia,
De besok ga ngajarkan? Kita laksanakan rencana kita yuk?
ayuk, nanti aku jemput dimana?
Jemput aku ditempat pelatihan di Jalan Hayam wuruk.
Oke!

Besoknya aku sudah menunggu dia di tempat pelatihan. Beberapa menit kemudian dia tiba. Aku langsung naik ke mobilnya dan ganti baju di dalamnya. Aku yang udah nafsu lalu bilang,
Kita mau kemana? ayuk, Dede memakai baju yang agak ngepres di badannya, sementara di bagian bawah dia hanya mengenakan kain pantai, ketika aku lirik ternyata dia tidak mengunnakan apa-apa selain kain pantai dan tentu saja cd.
Jangan gitu, kita makan dulu yuk
Kami lalu makan, selanjutnya kami menuju bungalow di Kuta, namun sebelumnya kami sudah membeli makan siang terlebih dahulu.
Sesampainya di kamar bungalow, dia lalu menutup pintu, aku yang udah nafsu langsung menyerbunya. Dia lalu berkata,
Ga jadi ah
Trus kita ngapain kesini?
ngobrol sambil tiduran.
Enak aja, aku langsung menyerbu dia berusaha melepas bajunya dan kain pantainya, lalu dia bilang,
Sabar dong sayang.

Dede lalu mematikan lampu, lalu menutup korden yang tadi belum tertutup, aku memang udah nafsu liat kemolekan dia jadi ga memperhatikan itu. Akhirnya aku menyerbu dia, kali ini aku tidak menemuka perlawanan berarti, dia udah siap. Aku mencium dia dengan nafsu, lalu melepas bajunya dan kain pantainya, tubuhnya kini hanya ditutupi BH dan CD. Dia lalu bilang,
Gus Aku pernah dioperasi di payudara dulu ada tonjolannya.
BHnya aku lepas lalu aku menciumi payudaranya dengan lembut,
ehm ehm
Gus ka mu be.bbener lembut ah ah ahh..
Desahannya membuat aku bernafsu, lalu aku melepas bajuku dan celana ku sehingga aku telanjang di depan dia, CD diapun kulepas, dia lalu berkata,
Gus pake kondom dulu ya sayang
Dia lalu memakaikan aku kondom, aku yang masih awam langsung saja memasukkan punyaku ke dalam vaginanya. Beberapa menit kemudian aku udah keluar, yah karena aku belum pengalaman, dia melepas kondomku dan berkata,
Ga apa-apa kan baru pertama.
Belum berapa menit nafsuku naik lagi. Aku langsung menyentuh payudaranya, kali ini dia lebih pintar dia lalu berkata,
Gus sekarang kamu di bawah ya, aku yang di atas.
aku rebah di bawah, dia pelan-pelan memasukkan penisku ke vaginanya,
uh enak sekali, aku mendesah.
Diapun mendesah,
Ah ah nikmat sekali.ah ah
Goyangannya betul-betul luar biasa, aku sampai merem melek, bodynya yang sintal bergoyang di atasku, aku memegang payudaranya sambil sesekali menciumnya,
ah nikmat sekali rasanya, ditengah-tengah kenikmatan itu tiba-tiba dia mengejang dan melepaskan vaginanya sambil terengah-engah.
Aku belum keluar kok dah selesai De?
Cape dan kayanya dah keluar Gus.
Aku langsung menindihnya dan memasukkan penisku ke vaginanya dan mengocoknya dengan cepat karena tanggung pkirku, akhirnya,
ah
Spermaku tumpah, aku langsung menarik penis ku keluar dan langsung mengeluarka spermaku di perutnya. Dede lalu berkata,
Sekarang gantian, aku yang belum keluar nih.
Yah
Aku lalu memasukkan jariku ke vaginanya dan mengocoknya.
ah..ahahah, Dede mendesah keras.
gimana De, enak kan?
enak banget ahah ah
Tiba-tiba dia memeluk aku erat sekali sambil mencium dada aku hingga cupang.
Kamipun tertidur, dan sorenya pulang.

Cerita Dewasa -Kami masih kontak beberapa minggu, hingga ada satu kejadian jelek yang aku dan dia alami. Kami nonton di bioskop berdua dan disudut seperti biasa, selanjutnya kami berciuman, lalu tanganku bergerilya ke selangkangannya, tangan dia pun juga sama. Aku memasukkan tanganku ke vaginanya dan tangannya juga mulai mengocok penisku
Ah ah ah Desahan kami berdua berirama.
Akhirnya tanganku terasa basah dan dia mengejang Aku sama sekali belum keluar tapi film keburu selesai. Di perjalanan pulang akhirnya kami ribut, karena dia ingin pisah dariku dan kembali ke tunangannya. Aku berusaha membela diri tapi dia sudah berketetapan.
Akhirnya kami berpisah dan aku tidak pernah bertemu dengan dia sampai akhirnya dia menikah dengan tunangannya yang juga penari.

Cerita Seks Bugil Pengalaman Dokter Handayani

Cerita Seks Bugil Pengalaman Dokter Handayani. Suasana kebun raya Bogor sangat asri, angin bertiup perlahan mengiringi sarapanku di salah satu rumah makan setempat. BT banget rasanya setelah perutku dikocok-kocok oleh kondisi jalan sekitar puncak. Hari ini aku akan menemui dokter Handayani salah seorang kolegaku di Bogor. Dia dokter spesialis anak. Sesuai dengan profesinya, orangnya sangat ramah dan mungil seperti sosok ideal malaikat kebaikan bagi anak-anak, pasiennya. Yani nama yang singkat, sesuai dg cirinya dalam berkata-kata. Tingginya hanya 158 cm dengan berat 60 kg.

Sore itu aku menunggu di depan ruang prakteknya sambil membaca majalah kesehatan. Setelah memasuki menit ke 118 barulah pintu terbuka wanita mungil itu keluar.. Dengan memakai baju putihnya yang panjang dr. Yani begitulah para pasien dan asistennya memanggil. "Bagaimana Han kabarnya?" tanyaku. "Baek!" katanya. "Mari masuk ke ruanganku.."

Senja..
Didalam ruang praktek dokter, berdua saja..

Tak terasa sudah 1 jam lebih kita mengobrol, dia masih cantik saja seperti dulu walaupun usianya sudah memasuki masa "injury time" 35 tahun dan belum menikah. Mungkinkah dia masih mengharapkan diriku kekasih lepasnya yang sudah terkenal dekat dengan banyak wanita. Dunia ini memang aneh kami berbeda 8 tahun dari faktor usia namun kami bisa berjalan beriringan sampai saat ini. Sore itu aku minta ditensi.

Masih seperti dulu dengan cerewetnya dia marahi aku saat dia tahu diriku memiliki tensi drop. Hypotensi itu memang laggananku sejak aku smp dulu. Maklum aku orangnya suka tidur larut dan kurang olahraga. Ketika dia hampir selesai membereskan perlengkapannya. Kugenggam tangannya yg halus dan wangi khas hand body dengan merek yang masih saja sama seperti saat kita bertemu dulu. Tiba-tiba aku sudah memeluknya dengan lembut. Dia tampaknya masih canggung, sampai akhirnya bibirku sudah menjelajahi jalan-jalan "daerah puncak" aku merasa menyetir mobil sendiri sementara Han (nama mesra yang kuucapkan untuk memanggil dirinya) berada disebelahku.

Kami sudah memasuki KM ke 12 saat tiba-tiba dia melenguh pelan dari tengkuk terus merambat, kini bibir kami telah berpagut saling melepaskan kerinduan. Lidahku bermain dalam mulutnya, kita saling beradu dengan kelembutan. Tangan kananku bergerak perlahan menyingkirkan baju dokternya yg putih. Baju putih itu tidak sampai terbuka. Kemudian mulai kujelajahi pegunungan puncak, melanjutkan perjalananku yang tadi terhenti di KM 12.

Sambil masih menciumnya aku membuka baju yang dipakai Han. Kancingnya kubuka satu-persatu, dengan susah-payah setelah terbuka..ohh! Lagi-lagi masih seperti dulu. Didalam bajunya sebelum bra pasti Han masih memakai singlet sebelum kemudian branya yang berwarna cream serasi dengan warna kulitnya yang kuning. Aku masih ingat ketika kita sedang bermesraan aku tidak berhasil memegang payudaranya secara langsung hanya gara-gara pengait branya tersangkut di singletnya sementara dia tidak bersedia membuka bajunya karena posisi kami saat itu di dalam bis malam yang banyak orang. Han si wanita puritan.

Salatiga, 30 Januari
Sore..
Disebuah warnet didepan kampus swasta di Salatiga.

Cerita Dewasa -Aku turun di Poltas. Sebuah perhentian bis kota dari Semarang. Kemudian mencari sebuah hotel untuk mandi, makan dan istirahat setelah sehari ini aku berputar-putar dikota ATLAS. Sekedar menjumpai kolega-kolegaku dari kawan kampus sampai kawan di internet, seharian lamanya. Aku ingin sekali ke Salatiga karena disana salah satu angelku menetap untuk menyelesaikan studynya. Dari Warnet XX tempat dia biasa ngobrol denganku, hingga 10 hari yang lalu tiba era dimana percakapan kami tidak hanya asl pls.. Ato IC, ok gtg dulu dan sebagainya.. i

Inilah percakapan pertama sebagai awal perjumpaan kami di sebuah channel di dal.net..

+ hi
+ :)
= hi
+ pakabar
= baik, thx
= kamu?
+ baek juga, asl pls
= 20/f/sala3
+ ic
= asl kamu?
+ udah khan
+ 24 m mlg
= kerja?
+ yup..

Setelah itu sering kami bertemu dalam waktu-waktu berikutnya. Macam-macam yang kami bicarakan. Kami kondisikan diri kami sebagai sepasang kekasih, tentunya dengan segala kerumitannya. Setelah berjalan beberapa hari dengan intensif, sampailah pada suatu malam aku merasa BT banget. Jadi di papan chat pun diriku tetap ogah-ogahan chat dengannya.

= kamu koq diem
+ ga juga
= khan diem lagi
= kamu pemalu yach!?
+ yup
+ :)
= knp pemalu!?
+ :)
= koq cuman senyum?!
+ yup
+ gpp
= tuch khan jawabnya cuman sedikit2
+ apa tho sayang
+ minta jawaban yg kaya apa?
+ kalo banyak2 saru
+ :)
= saru gimana say?
+ ada aja
= kasih tau donk
+ kamu asli org surabaya
+ pa jkt
= jakarta
+ knapa
+ ko chat ma org sby
+ khan jauh
+ :)
= bukannya kamu yg click aku
+ :)
+ knapa ga kejauhan sayang
= nggak
+ syukurlah
= khan diem lagi
+ abis loe sih ngga ngerangsang gue
+ jadi ya diem aja
= ngerangsang yg gimana say!?
+ ya loe
+ cewek
+ masa ga tau
= cium bibir kamu..
+ whhmm
+ pelan2
= cium bibirmu sambil melumat2 lidah mu..
+ oowwhh
= raba2 dada kamu
+ mang gue cewek
+ dada gue ga ada toketna tau
+ cuman bulu aja
= khan tetep ada dada khan
+ wah loe cowok ternyata
= khan belum selesai ngerabanya..
= sambil menciumi bibirmu, tanganku turun ke bawah..meraba2 punyamu
+ oww
+ aku buka baju kamu
+ kaosmu keatas
+ tampaklah bukit kembarmu
= buka celana kamu..
+ pelan2
+ tongkatku saket neh
= ciumin dada kamu.. sambil terus turun ke bawah
+ aku remas dada kamu
+ kamu menggelinjang
= mmhh
+ aku buka pengait bra kamu di belakang..
+ owww..
+ payudaramu besar skali.. Bagaikan buah mangga yang ranum ..

Braakk!! Meja di komputer ruang sebelah terantuk sesuatu. Aku mengintip dari balik bilikku. Ow ada raksasa yang duduk menempati ruang bilik sebelah. Pembatas ruangan yang tingginya hanya sebatas paha, sehingga memungkinkan diriku untuk melihat sebuah tubuh besar milik user di sebelahku. Dia memakai jeans ketat. Aku taksir beratnya sekitar 80 kilo-an. Walaupun begitu tidak tampak darinya sesuatu yang menunjukkan tanda bahwa mahluk itu wanita atau pria.

Cerita Dewasa -Sialan, khayalanku tentang bertemu dengan bidadariku jadi kabur.. padahal aku tadi sudah sampai ke payudaranya.. Shit!! Aku check HP ku, ow ternyata SMS ku sudah dibalas. Ternyata dia tidak menginginkan aku menjemputnya. Dia malah ingin cybersex dulu denganku, before we have a real making love. Gadis gila pikirku. Aku mengiyakan saja. Tapi aku tak yakin bisa leluasa bermain dengan si "dandy" jika itu kulakukan di luar rumah. "By the way the show must go on".

Shit, aku kesal sekali.. ternyata dal.net tidak bisa dipakai, sedangkan HP si Ane gak bisa dihubungi. Akhirnya aku buka situs sumbercerita.com membaca beberapa kisah baru. Di Bagian eksibisi aku tertarik "Kisah di Dalam Bis Kota". Timbul pikiran gila untuk menjadi tokoh laki-laki yang membawa gunting. Kubuka tasku, tidak kudapati gunting yang ada hanyalah cutter tajam memang tapi agak karatan. Sialan!! Gerutuku, CD siapa yg dikorbankan untuk eksibisi gila ini. Masalah kedua timbul, karena aku sebagai sutradara sekaligus produser harus mencari tokoh sentral wanita.

Aku tengok kanan kiri mungkin ada wanita. Ternyata tidak ada seorang wanitapun. Aku sudah memeriksa setiap sudut. Tinggal satu saja yang terlewati yaitu meja sebelahku. Meja si raksasa itu. Aku masih belum tau apakah ini raksasa betina atau jantan. Hingga nada getar yg kupasang di HPku bekerja. Ow ternyata my angel "Ane". Dia bilang kalo kita menggunakan server undernet saja cybernya. Suaranya terdengar merdu sekali disana bak seorang bidadari atau penyiar radio pramborslah paling tidak, tapi sepertinya aku kenal suara itu. Aku bingung suaranya dekat sekale yah.. sampai aku tersadar suara itu pada saat siempunya suara bathuk keras sekali. Dan suara batuk itu tiada lain adalah suara Miss Giant disebelahku.

Surabaya, 1 Februari
Bungurasih, siang hari..

Akhirnya tiba juga diriku di kota tempat aku terlahir. Enam bulan lagi aku genap berusia 28 tahun. Sebuah usia laki-laki dewasa untuk menikah. Tapi itu belum terjadi kepada diriku, fantasiku masih melambung tinggi. Hal tersebut ditunjang dengan beberapa kali keberhasilanku menggaet gadis-gadis muda usia, yang memiliki rasa ingin tahu yang cukup besar tentang hubungan sex.

Tak lama kemudian aku sudah terlelap dengan nyaman di pundak gadis Kupang yang akan melanjutkan tujuannya ke Tanjung Perak. Aku bangun begitu dia menggeliat merasa keberatan dengan menyandarnya kepalaku dipundaknya, atau lebih tepatnya agak kedepan yaitu di atas bukit payudaranya sebelah kiri. Posisi kami berdua adalah aku berada di sebelah kanannya. Untung dia diam saja, sehingga aku bisa tenang turun dari bis setelah semalaman aku tertidur pulas diatas payudara seorang gadis. Rejeki, pikirku.

Sore hari..
Junggo Batu, di tengah-tengah perkebunan apel yang akan segera dipanen..

Posisiku sudah diatas si Yuke. Butuh waktu lama untuk menstimulasi gadisku yang satu ini hingga membuat dia akhirnya bertekuk lutut. Mulai dari mencumbunya di belakang telinga, menciumi kening, pipi hingga akhirnya berhasil kulumat habis bibirnya yang merekah. Hangat dan basah.

Putingnya yang berwarna coklat kemerahan sudah keras sekali saat aku memainkannya dengan tanganku perlahan. Sebagai unsur stabilisator kukulum lembut-lembut putingnya yang berada di sisi lain. Aku tidak tahu sudah berapa ratus kali namaku disebutnya untuk mengapresiasikan kenikmatan-kenikmatan yang dia dapatkan, dari kejutan-kejutan di kedua payudaranya.

Kini di posisi pamungkas, kubiarkan Yuke membuat formasi "lotus" yang terkenal itu. Aku duduk dengan kedua kaki melebar ke sisi luar. Sedangkan Yuke sedang berusaha keras untuk menembuskan vaginanya pada penisku yang berdiri tegak ke samping. Setelah beberapa kali terpelanting. Espanola gurl inipun berhasil menembuskan benteng terakhirnya hingga amblas. "Mecky-nya" sudah sangat basah. Maklum saja kami sudah melalui fase empat ronde. Sebelum menutupnya dengan Lotus senjata andalan Kamasutra.

Cerita Dewasa - Gaya Berdiri dengan memangku Yuke sambil kita berjalan memutar di sekitar pondokan di tengah kebun apel yang dingin dan sunyi. Doggystyle, konvensional, sampai dengan bermain dibawah siraman shower sekaligus kami tujukan untuk recovery tenaga kami. Bagi orang awam apa yang kami lakukan adalah gila. Maklum siapapun tidak akan mau mandi di tengah kebun apel jam sembilan malam seperti apa yang barusan kami lakukan. Bukan karena kami manusia super-yang kuat menahan dingin. Sesungguhnya itu bisa terjadi karena air yang kugunakan di shower sudah kuhangatkan dengan heater. Sebagai seorang mantan mahasiswa elektro dari sebuah perguruan tinggi andalan Indonesia di masa mendatang, tidaklah sulit untukku merakit semuanya itu.

"Ehm.. ehm.. ehm.., gak tau sudah berapakali Yuke melenguh seperti itu. Aku merasa cukup beruntung. Yuke termasuk gadis yang cukup tenang, dan tidak gaduh kalau sedang bermain. Sehingga tdak pernah aku kebingungan membagi konsentrasiku untuk memaksa dia untuk tidak berteriak. Dengan payudaranya yang hanya berukuran 32B sesungguhnya dia tidaklah istimewa. Satu hal yang kusuka darinya. Pertama, dia adalah salah satu violinist favoritku. Setelahnya barusan Vanessa Mae dan Hendry Lamiri. Bond ataupun The Corrs tidak masuk disini, karena kemampuan mereka bermain masih juga ditopang oleh kelebihan fisiknya. Sehingga kalaupun nada yang mereka mainkan fals kita masih terhibur oleh kecantikan wajah para personilnya. Yuke yang blasteran Spanyol dari Mamanya, dan Papanya yang orang Madura, terlahir sebagai seorang gadis yang jangkung.

Tingginya 173 cm melebihi tinggiku yang berkisar hanya 171 cm. Dia mulai mempercepat kocokannya kedalam "penisku" yang bersiap-siap meledakkan senjatanya yang paling mutakhir. Kalau mau mengikuti trend muthakhir senjata James Bond 007, berarti walaupun kondisi di luar sedingin dunia esnya "lawan" Pierce Brosnan maka sperma yang akan kumuncratkan kualitasnya adalah sekuat laser yang bisa menghancurkan kebekuan di sekitar pondokan kebun apel. Atau paling tidak kalau sperma itu berhasil membuahi sel telur Yuke maka juniorku akan menjadi seorang bocah yang "mantap" punya. Fisik seperti mamanya, tinggi dan bersih kulitnya. IQ serta EQ-nya seperti diriku yang orang Jawa. Ow Hans.. itulah kata yang diucapkan Yuke saat menyentuh klimaks di sessi "Lotus", aku sudah tidak dapat berkata banyak seperti menyumpah ato memaki, selain menggigitkan keras gigi-gigiku yang tajam kepada bantal busa yang ada di sebelahku. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana rupa payudara Yuke, jika bantal yg kugigit itu adalah payudaranya yang mungil..

Malang, 2 Februari
Tepat pukul 21.00 disebuah kafe di kawasan Tlogomas..
Iringan musik live, membawakan lagu stranger by the day, berturut-turut dengan Sacrifice-nya the Creed

Ambasuli tampak bangga menggandeng diriku, "bajingan kecil"-nya ini. Dikenalkannya diriku kepada teman-teman kampusnya yang kebetulan malam itu ada di sana bersama pasangannya. Dari seberang sana tampak beberapa cowok dengan pandangan mata sinis dan "mata-mata tidak pandai", mungkin mata-mata para cowok yang melihat kami dengan bertanya-tanya. Suli.., suli apa yang kamu dapatkan dari seorang "bandit kecil" itu sebagai cowokmu? Aku hanya membalas pertanyaan itu dengan senyumanku yang dingin dan dengan menampakkan sedikit gigi-gigiku yang tajam.

Ambasuli, mungkin diri bajingan kecilmu ini malam nanti sudah harus segera berkaca untuk membersihkan muka-muka kotor hati dan fisiknya dari jerawat, debu dan asap bis Bogor-Salatiga maupun saputan kabut insektisida apel Junggo.

Cerita Seks Bugil Sopir Bu Nani Yang Nakal

Cerita Seks Bugil Ini adalah kisah nyata sepupuku Renal yang di ceritakan kepadaku dan dia memintaku untuk mengirim ke  situs yang pertama kali aku kenali kepadanya, situs khusus dewasa waktu ia belum bekerja. Sekarang dia kerja jadi supir pribadi di tempat Bu Nani yang usianya sekitar 30 tahunan, Janda beranak satu yang di tinggal mati suaminya empat tahun yang lalu.

Berikut ini adalah kisahnya:

Setelah tamat dari sekolah, aku mencoba merantau ke Jakarta. Aku berasal dari keluarga yang tergolong miskin. Di kampung orang tuaku bekerja sebagai buruh tani. Aku anak pertama dan memiliki seorang adik perempuan, yang masih sekolah di SMP.

Aku ke Jakarta hanya berbekal ijazah SMU. Dalam perjalanan ke Jakarta. Di Jakarta aku numpang di rumah sepupu, yang kebetulan orangtuanya punya Usaha warteg. Dan mereka sudah punya rumah sendiri, sepupuku yang terpaut usia 1 tahun denganku sedang kuliah di salah satu PTS Jakarta selatan. Selain berbekal ijazah yang nyaris tiada artinya itu, aku memiliki keterampilan hanya sebagai supir angkot. Aku bisa menyetir mobil, karena aku di kampung, setelah pulang sekolah selalu diajak Bapakku untuk narik angkot. Aku menjadi keneknya, Bapak supirnya. Tiga tahun pengalaman menjadi awak angkot, cukup membekal aku dengan keterampilan setir mobil.

Aku hampir putus asa tatkala tinggal di Jakarta, karena setelah tinggal tiga bulan aku belum juga dapat kerja. Aku malu kalau harus ngerepotin Bude dan pakde ku. Yah walaupun aku tinggal gak hanya diam aja, aku ikut Bantu-bantu di warteg.
Hingga Pada suatu hari, yakni hari selasa, ketika aku sedang bantu-bantu di warteg, aku dipanggil Pakde yang menawarkanku menjadi supir pribadi Bu Nani. Dia adalah bos pak Nuridin yang biasa makan di warteg Pakdeku. Aku langsung menyanggupi tawaran itu, dan segera ganti baju untuk ikut dengan pak Nuridin ke Rumahnya Bu Nani. Ketika memasuki halaman rumah yang besar seperti istana itu, hatiku berdebar tak karuan. Kami dipersilahkan duduk oleh seorang pembantu muda di ruang tamu yang megah itu, tak lama kemudian muncul seorang wanita yang tampaknya muda. Kami memberi hormat pada wanita itu. Wanita itu tersenyum ramah sekali dan mempersilahkan kami duduk, Pak Nuridin dipersilahkan kembali ke kantor oleh wanita itu, dan di ruangan yang megah itu hanya ada aku dan dia si wanita itu.

"Benar kamu mau jadi supir pribadiku?", tanyanya ramah seraya melontarkan senyum manisnya.
"Iya Nyonya, saya siap menjadi supir nyonya.", jawabku.
"jangan panggil Nyonya, panggil saja saya Ibu Nani.", sergahnya halus.
Aku mengangguk setuju.
"Kamu masih kuliah ?"
"Tidak nyonya eh...Bu?!", jawabku.
"Saya baru tamat SMU, tapi saya berpengalaman menjadi supir sudah tiga ahun", sambungku.

Wanita itu menatapku dalam-dalam. Ditatapnya pula mataku hingga aku jadi slah tingkah. Diperhatikannya aku dari atas sampai ke bawah.
"Kamu masih muda sekali, ganteng, nampaknya sopan, kenapa mau jadi supir?" tanyanya.
"Saya butuh uang untuk kuliah Bu", jawabku.
"Baik, saya setuju, kamu jadi supir saya, tapi harus ready setiap saat. Gimana, okey?"
"Saya siap Bu.", jawabku.
"Kamu setiap pagi harus sudah ready di rumah ini pukul enam, lalu antar saya ke tempat saya Fitness, setelah itu antar saya ke salon, belanja, atau kemana saya suka. Kemudian setelah sore, kamu boleh pulang, gimana siap?"
"Saya siap Bu", jawabku.
"Oh... ya, siapa namamu?" Tanyanya sambil mengulurkan tangannya.
Spontan aku menyambut dan memegang telapak tangannya, kami bersalaman.
"Saya Renal Bu, panggil saja saya Renal.", jawabku.

Dirumah yang sebesar itu, hanya tinggal Ibu Nani dan Sonia anaknya yang berumur 8 tahun serta seorang pembantu yang bernama Iis, janda juga, suaminya sudah meninggal empat tahun yang lalu karena kecelakaan.

Setahun berlalu tak terasa sudah memasuki tahun pertama aku kerja jadi supir bu Nani. Dan di awal tahun pelajaran aku masuk ke PTS di Jakarta. Keakraban dengan Bu Nani semakin terasa. Setelah pulang Fitness, dia minta jalan-jalan dulu. Yang konyol, dia selalu duduk di depan, disebelahku, hingga terkadang aku jadi kagok menyetir, tapi lama lama biasa.


Suatu hari kami melakukan perjalanan ke puncak, bahkan sampai jalan-jalan sekedar putar-putar saja di kota Sukabumi, hari sudah mulai gelap dan kami kembali meneruskan perjalanan ke Jakarta. Ditengah perjalanan di jalan yang gelap gulita, Bu Nani minta untuk berbelok ke suatu tempat. Aku menurut saja apa perintahnya. Aku tak kenal daerah itu, yang kutahu hanya berupa perkebunan luas dan sepi serta gelap gulita. Ditengah kebun itu bu Nani minta aku berhenti dan mematikan mesin mobil. Aku masih tak mengerti akan tingkah Bu Nani.
Tiba-tiba saja tangan BuMaya menarik lengaku.
"Coba rebahkan kepalamu di pangkuanku Nal?", pintanya.

Aku menurut saja, karena masih belum mengerti. Astaga... setelah aku merebahkan kepalaku di pangkuan Bu Nani dengan keadaan kepala menghadap keatas, kaki menjulur keluar pintu, Bu Nani menarik kaosnya ketas.
Wow... samar-samar kulihat buah dadanya yang besar dan montok. Buah dada itu didekatkan ke wajahku. Lalu dia berkata:
"Cium nal Cium... isaplah, mainkan sayang...?", pintanya.
Baru aku mengerti, Bu Nani mengajak aku ketempat ini sekedar melampiaskan nafsunya. Sebagai laki-laki normal, karuan saja aku bereaksi, kejantananku hidup dan bergairah.

Kupegangi tetek Bu Nani yang montok itu, kujilati putingnya dan kuisap-isap. Tampak nafas Bu Nani terengah-engah tak karuan, menandakan nafsu biarahinya sedang naik. Aku masih mengisap dan menjilati teteknya. Lalu Bu nani minta agar aku bangun sebentar.

Dia melorotkan celana trainingnya hingga kebawah kaki. Bagian bawah tubuh Bu Nani tampak bugil. Samar-samar oleh sinar bulan di kegelapan itu.

"Jilat Nal jilatlah, aku nafsu sekali, jilat sayang", pinta Bu nani agar aku menjilati memeknya.

Oh... memek itu besar sekali, menjendol seperti kura-kura. Tampaknya dia sedang birahi sekali, seperti puting teteknya yang ereksi. Aku menurut saja, seperti sudah terhipnotis. Memek Bu Nani wangi sekali, mungkin sewaktu di restauran tadi dia membersihkan kelaminnya dan memberi wewangian. Sebab dia sempat ke toilet untuk waktu yang lumayang lama. Mungkin disana dia membersihkan diri. Dia tadi ke toilet membawa serta tas pribadinya. Dan disana pula dia mengadakan persiapan untuk menggempur aku. Kujilati liang kemaluan itu, tapi Bu Nani tak puas. Disuruhnya aku keluar mobil dan disusul olehnya. Bu Nani membuka bagasi mobil dan mengambil kain semacam karpet kecil lalu dibentangkan diatas rerumputan. Dia merebahkan tubuhnya diatas kain itu dan merentangnya kakinya.
"Ayo Nal, lakukan, hanya ada kita berdua disini, jangan sia-siakan kesempatan ini Nal, aku sayang kamu Nal", katanya setengah berbisik.
Aku tak menjawab, aku hanya melakukan perintahnya, dan sedikit bicara banyak kerja. Ku buka semua pakaianku, lalu ku tindih tubuh Bu nani.

Dipeluknya aku, dirogohnya alat kelaminku dan dimasukkan kedalam memeknya. Kami bersetubuh ditengah kebun gelap itu alam suasana malam yang remang-remang oleh sinar gemintang di langit. Aku menggenjot memek Bu Nani sekuat mungkin.

"Jangan keluar dulua ya? Saya belum puas", pintanya mesra.
Aku diam saja, aku masih melakukan adegan mengocok dengan gerakan penis keluar masuk lubang memek Bu Nani. Nikmat sekali memek ini, pikirku. Lalu Bu Maya pindah posisi, dia diatas, dan bukan main permainannya, goyangnyanya.

"Remas tetekku Nal, remaslah... yang kencang ya?", pintanya.
Aku meremasnya.
"Cium bibirku Nal..cium!"
Aku mencium bibir indah itu dan kuisap lidahnya dalam-dalam, nikmat sekali, sesekali dia mengerang kenikmatan.

"Sekarang isap tetekku, teruskan... terus... Oh... Ohhhh... Nal... Renal... Ohhh.... aku keluar nal... aku kalah..."
Dia mencubiti pinggulku, sesekali tawanya genit.

"Kamu curang... aku kalah", ujarnya.
"Sekarang gilirang kamu nal... keluarkan sebanyak mungkin ya?", pintanya.
"Saya sudah keluar dari tadi Bu, tapi saya tetap bertahan, takut Ibu marah nanti", jawabku.
"Oh Ya?... gila... kuat amat kamu?!", balas Bu Nani sambul mencubit pipiku.

"Kenapa Ibu suka main di tempat begini gelap?"
"Aku suka alam terbuka, di alam terbuka aku bergairah sekali. Kita akan lebih sering mencari tempat seperti alam terbuka. Minggu depan kita naik kapal pesiarku, kita main diatas kapal pesiar di tengah ombak bergulung. Atau kita main di pinggir sungai yang sepi, ah... terserah kemana kamu mau ya Nal?"

Selesai main, setelah kami membersihkan alat vital hanya dengan kertas tisue dan air yang kami ambil dari jerikan di bagasi mobil, kami istirahat. Bu Nani yang sekarang tidur di pangkuanku. Kami ngobrol panjang lebar, ngalor-ngidul. Setelah sekian lama istirahat, kontolku berdiri lagi, dan dirasakan oleh kepala Bu nani yang menyentuh batang kejantananku. Tak banyak komentar celanaku dibukanya, dan aku dalam sekejap sudah bugil. Disuruhnya aku tidur dengan kaki merentang, lalu Bu nani membuka celananya yang tanpa celana dalam itu. Bu nani mengocok-ngocok penisku, mengurut naik-turun. Karuan saja penisku semakin membesar dan membesar. Diisapnya penisku yang sudah ereksi besar sekali, dimainkannya lidah Bu Nani di ujung penisku. Setelah itu, Bu nani menempelkan buah dadanya yang besar itu di penisku. Dijepitkannya penisku kedalam tetek besar itu, lalu di goyang-goyang seperti gerakan mengocok.

"Giaman Nal? Enah anggak?"
"Enak Bu, awas lho nanti muncrat Bu", jawabku...
"Enggak apa, ayo keluarkan, nanti kujilati pejumu, aku mau kok!"

Bu nani masih giat bekerja giat, dia berusaha untuk memuaskan aku. Tak lama kemudian, Bu nani naik keposisi atas dan seperti menduduki penisku, tapi lobang memeknya dimasuki penisku. Digoyang terus... hingga aku merasakan nikat yang luar biasa. Tiba-tiba Bu nani terdiam, berhenti bekerja, lalu berkata:
"Rasakan ya Nal? Pasti kamu bakal ketagihan."
Aku membisu saja. dan ternyata Ohh... memek Bu nani bisa melakukan gerakan empot-empot, menyedot-nyedot dan mengurut-urut batang kontolku dari bagian kepala hingga ke bagian batang bawah, Oh... nikmat sekali, ini yang namanya empot ayam, luar biasa kepiawaian Bu nani dalam bidang seksual.
"Enak sayang?", tanyanya.
Belum sempat aku menjawab, yah... aku keluar, air maniku berhamburan tumpah ditenga liang kemaluan Bu nani.

"Itu yang namanya empot-empot Nal, itulah gunanya senam sex. Berarti aku sukses latihan senam sex selama ini", katanya bangga.
"Sekarang kamu puasin aku ya ?", Kata Bu nani seraya mengambil posisi nungging.
Kutancapkan lagi kontolku yang masih ereksi kedalam memek Bu Nani, Ku genjot terus.
"Yang dalam Nal... yang dalam ya... teruskan sayang...? oh....enak sekali penismu... oh... terus sayang ?!" Pinta Bu Nani.

Aku masih memuaskan Bu Nani, aku tak mau kalah, kujilati pula lubang memeknya, duburnya dan seluruh tubuhnya. Ternyata Bu Nani orgasme setelah aku menjlati seluruh tubuhnya.
"Kamu pintar sekali Nal? Belajar dimana?"
"Tidak bu, refleks saja", jawabku.

Sebelum kami meninggalkan tempat itu, Bu Nani masih sempat minta satu adegan lagi. Tapi kali ini hanya sedikit melorotkan celana trainingnya saja. Demikian pula aku, hanya membuka bagian penis saja. Bu Nani minta aku melakukanya di dalam mobil, tapi ruangannya sempit sekali. Dengan susah payang kami melakukannya dan akhirnya toh juga mengambil posisinya berdiri dengan tubuh Bu Nani disandarkan di mobil sambil mengangkat sedikit kaki kanannya.

Sejak saat malam pertama kami itu, aku dan Bu Nani sering bepergian keluar kota, ke pulau seribu, ke pinggir pantai, ke semak-semak di sebuah desa terpencil, yah pokoknya dia cari tempat-tempat yang aneh-aneh. Tak kusadari kalau aku sebenarnya menjadi gigolonya Bu nani. Dan beliau pun semakin sayang padaku, uang mengalir terus ke kocekku, tanpa pernah aku meminta bayaran. Dia menyanggupi untuk membiayai kuliah hingga tamat, asal aku tetap selalu bersama Bu Nani yang cantik itu.

Cerita Seks Bugil Annaku Tersayang

Cerita Seks Bugil yang dituangkan di sini adalah kisah nyata dan bagi yang kebetulan merasa sama nama atau kisahnya mohon dimaafkan. Diawali dengan masuknya aku ke salah satu kampus yang kebetulan memang tempat cita-citaku sebagai ahli komputer. Pada tahun 1994, kepindahanku dari Jakarta Barat ke Bandung, tepatnya aku tinggal di daerah perumahan yang dulu pernah ditinggali kedua orang tuaku, dan sekarang aku tinggal bersama pembantu dan seorang anak kecil.

Beranjak dari kehidupanku yang jauh dari kedua orang tua dan aku baru saja memiliki motor untuk mendukungku berangkat ke kampus. Aku mulai terbiasa dengan kehidupan bertetangga dan aku sering dipanggil untuk membantu tetangga dekat yang kadang kuperhatikan sepertinya adalah seorang wanita beranak satu dan suaminya jarang di rumah. Usianya kira-kira 32 tahun, di sini namanya aku samarkan saja yaitu Anna. Aku memanggilnya Tante Anna.

Satu tahun sudah aku tinggal, di akhir tahun 1995 aku mulai merasakan gejolak nafsu yang amat sangat terhadap wanita. Pada suatu malam aku mulai merasa ingin sekali bermain/bertamu ke rumah tante Anna namun aku selalu tidak berani dan merasa takut kalau nanti suaminya akan datang dan aku akan dikomentari tidak baik.

Bulan itu adalah bulan Januari 1996, usiaku pada saat itu baru 19 tahun dan tepat pada bulan Januari tanggal 20 aku genap 20 tahun. Di sini aku mengkisahkan hal sangat nyata yang terjadi dalam diriku. Malam itu malam Jum'at, cuaca sangat tidak mendukung dan tiba-tiba hujan sangat deras dengan diikuti angin kencang.

Aku sangat sedih dengan kesendirianku, karena malam ini adalah malam kelahiranku. Aku duduk-duduk seorang diri sambil menghisap rokok kesukaanku, namun malam semakin tidak mendukung karena cuacanya. Aku berusaha mencari kesibukan dengan membaca-baca buku pelajaran, tiba-tiba aku dikejutkan dengan bunyi pagar samping yang khas, seorang wanita menghampiriku yang ternyata adalah tetangga sebelahku (Tante Anna).

"Ada apa tante?" aku mulai bertanya.
"Bob, (namaku) tolong dong pasangin lampu kamar saya di rumah,"

Ternyata lampu kamar tante Anna putus dan aku disuruh memasangkannya. Lalu aku mengikutinya dari belakang menuju rumahnya melalui pintu belakang. Di saat aku mengikutinya aku sempat terangsang dengan sentuhannya pada saat memasuki pintu belakang, karena ternyata dia tidak menggunakan bra dan aku sempat gemetar.

Sementara ini aku berkonsentrasi dengan permintaanya agar aku memasangkan lampu di dalam kamarnya. Setelah selesai kukerjakan, cepat-cepat aku keluar kamarnya dan berusaha tenang, kemudian aku diminta untuk duduk dulu minum kopi karena kopinya sudah disuguhkan. Aku duduk sambil melihat tayangan TV dan aku lihat anaknya yang baru satu sedang tidur pulas di depan TV. Kemudian tidak berapa lama baru anaknya dipindahkan ke kamar. Sekarang tinggal aku dan tante Anna berdua di ruangan tengah.

Waktu sudah menunjukkan pukul 22.30 dan aku minta izin untuk pulang namun aku dicegah, ia memintaku menemaninya ngobrol. Lama kelamaan aku mulai mengantuk dan dimintanya aku untuk rebahan dan diambilkannya bantal dan aku menurut saja. Ia bercerita bahwa tadi ada telepon dari temannya, katanya ia ditakut-takuti karena sekarang malam Jum'at ada hantu kalau sendirian di rumah.

Asyik juga lama-lama acara mengobrolnya hingga tanpa kusadari tante Anna mulai mendekatiku dan meletakkan kepalanya di paha sebelah kiriku, karena aku rebahan agak di belakang dari tante Anna. Perasaanku mulai tak karuan, jantungku berdebar sangat keras serta sekujur tubuhku dingin. Karena baru pertama kali ini aku diperlakukan seperti itu (aku masih perjaka). Tiba-tiba tangan tante Anna mulai bergerak menuju selangkanganku, dan meremasnya kemudian mengusapnya. Saat itu aku memakai celana pendek berbahan lemas.

"Hei, Bob!, ini kamu kok bangun?" tanya tante Anna.

Saat itu aku sangat malu dan tidak bisa berkata-kata lagi. Kemudian Tante mematikan lampu dan memintaku pindah ke kamarnya dengan menarikku ke atas tempat tidur. Pikiranku sangat kacau dan sangat gugup saat tiba-tiba aku dipeluk dan ditindih kemudian diciumi. Hingga pada saat bibirku dikulumnya aku mulai panas dan terangsang amat sangat.

Lama aku dibuatnya terlena dalam kemelut yang dibuatnya. Hingga tante itu mulai menuruni lekuk tubuhku sampai pada selangkanganku dan membuka celanaku. Sesaat kemudian seluruh pakaianku sudah terlepas dan apa yang terjadi ternyata penisku dimasukkan ke mulutnya. Aku merasa sangat tegang dan memang baru pertama kali aku mengalami hal seperti ini. Dengan lembut dan penuh penghayatan, penisku dipegangnya, kadang dijilatnya kadang dihisapnya namun juga kadang digigitnya hingga sampai pada buah zakarku juga di kulumnya.

"Bob, jangan keluar dulu ya?" ujarnya dengan mulutnya yang tertutup oleh penisku.
"Akh.. Mmnyamm"

Aku sudah dapat membaca bahwa tante sangat haus akan sex. Seperti orang yang lama tidak bersetubuh hingga dengan ganasnya aku mulai ditindihnya dan aku mulai merespons. Dengan naluri rangsangan, aku dorong Tante Anna kemudian aku buka pakaiannya secara perlahan sambil menciuminya, kemudian kulumat teteknya yang tidak begitu besar namun masih kencang. Aku hisap dan kumain-mainkan lidahku di sekitar puting susunya, Tante Anna mulai terangsang sambil menggeliat-geliat dan menekan kepalaku agar aku lebih keras lagi menghisapnya.

Lama aku bermain di sekitar payudaranya sampai akhirnya aku disuruh menjilat bagian yang sensitif di antara selangkangannya. Aku mulai sedikit mengerti. Dengan dibantu tangannya, aku mengerti yang mana yang harus aku jilat dan kulumat. Hingga pada akhirnya aku ditariknya kembali ke atas sampai aku menindihnya dan dadaku menekan toketnya yang semakin agak keras. Lalu aku didorong ke sampingnya dan aku mulai ditindihnya kembali namun sekarang tante Anna memegang penisku yang semakin keras kemudian dengan perlahan tante Anna membimbingnya memasuki liang kenikmatannya.

Posisi tante Anna berada di atas seperti orang naik kuda, menggoyang-goyangkan pinggulnya dan kadang menaik turunkan bokongnya. Lama sekali dia bertahan pada posisi itu, hingga akhirnya Tante menjerit kecil menahan sesuatu namun sambil mencengkeram bahuku..

"Akhh, Bob, saaya keluar nih, ahh.. Ahh.. Ohh.. Bob kamu belum keluar ya?"

Kemudian aku membalikkan tubuhnya dan sekarang aku ganti berada di atasnya dengan penisku masih menancap di liang kenikmatan itu. Aku mulai menyerang, dan sekarang aku mengeluarmasukkan penisku. Lalu aku mengambil posisi duduk di antara selangkangannya sambil mengocoknya. Suara yang keluar dari mulut Tante Anna membuatku sangat terangsang.

"Bob, yang keras dong, lebih cepat kamu kocoknya," kata tante sambil memegang kedua tanganku. Aku merasa belum akan sampai, tapi tiba-tiba tante Anna mulai menggeliat-geliat sangat kasar hingga aku dipeluknya.
"Bob, ah.. Saya mau keluar lagii. Bob.. Ahh.. Ohh Bob"

Lalu aku disuruhnya mencabut penisku dan tante Anna keluar menuju kamar mandi. Tidak berapa lama dia kembali dan membawa kain basah lalu mengusapkannya di penisku yang mulai lengket. Kemudian, tante Anna mulai menaiki tubuhku kembali dan memasukkan penisku ke vaginanya yang ternyata sudah kering. Ia memulai dengan gerakan lambat dengan menggoyangkan pinggulnya maju mundur dan aku kemudian diminta berposisi di atas.

Sekarang aku yang mencoba memasukkan penisku ke dalam vaginanya dan mulai bereaksi namun sangat seret dan terasa penisku dijepitnya. Aku mencoba memasukkannya lebih dalam dan menekan penisku agar lebih masuk kemudian aku mencoba dengan perlahan kugerakkan maju mundur diiringi goyangan pinggul Tante Anna, sesekali kedua pahanya mengapit rapat. Lama aku mulai merasakan terangsang. Dengan mengulum toketnya aku mulai bereaksi dan aku mulai merasa ingin keluar. Akhirnya aku keluar dengan diiringi jeritan kecil tante Anna yang ternyata juga keluar bersamaan sampai aku tak bisa menahan diri. Kemudian aku langsung dipeluknya erat-erat dan tidak boleh mencabut penisku sampai aku tertidur.

Terdengar suara samar-samar dari kejauhan, orang sudah ramai di luar seperti tukang roti dan lainnya. Aku terbangun dan kulihat tak ada seorangpun di sampingku dengan pintu kamar masih tertutup rapat dan hordeng jendela masih tertutup. Aku sempat kaget dan kulihat diriku dalam keadaan tanpa sehelai benang pun yang menempel di kulitku. Aku berusaha mencari pakaianku yang tadi malam dilempar ke sisi spring bed Tante Anna. Tak berapa lama kemudian Tante Anna membuka pintu dan masuk kembali ke kamar.

"Bobby! Kamu sudah bangun?"
"Ya.." jawabku sambil melihat seluruh tubuh Tante Anna yang ternyata baru selesai mandi dengan hanya menggunakan handuk.

Handuk itu hanya menutupi sebatas toketnya dan pangkal pahanya yang putih merangsang. Lalu aku duduk di pinggir tempat tidur sambil memandangi pemandangan yang indah itu. Tiba-tiba saja penisku yang sudah loyo bangun kembali, namun kuurungkan niatku untuk bermain di pagi hari. Dengan cepat aku keluar dari kamar menuju kamar mandi.

Selesai dari kamar mandi aku masuk kembali ke kamar tidur untuk minta handuk, tapi ternyata yang kulihat di dalam kamar, Tante Anna belum juga berpakaian sementara handuk yang melekat di tubuhnya sudah tidak ada. Aku pandangi terus tubuh tanpa busana itu, lalu aku mendekatinya dan sempat kucium bahunya, namun dengan gerakan yang cepat sekali aku didorongnya ke atas tempat tidur oleh tante Anna dan tanpa basa basi lagi dikulumnya lagi penisku hingga basah oleh liurnya.

Pagi ini ternyata aku sudah mulai on kembali oleh kuluman, hisapan, dan belaian tante Anna pada penisku. Lalu aku dimintanya berdiri dan melumat toketnya yang sudah agak mengeras pada putingnya yang berwarna agak kemerahan. Kujilat, kuhisap kadang kuremas pada toket yang satunya. Kembali aku didorong dan ditindihnya lalu.. Bless.. Slepp.. Ternyata penisku sudah digiringnya masuk kembali ke liang kenikmatannya. Dengan agresif dan penuh nafsu, digoyangkannya maju mundur pantat Tante Anna hingga aku pun mengiringinya dari bawah, sambil kuremas-remas kedua toketnya dengan kedua tanganku.

"Ah.. Aah.. Ahh.. Ohh, Booby saya puaas ssekalii. Bob, saya mau.. Keeluaar.. Ahhohh.."

Lalu Tante Anna mencabut penisku dari memeknya dan membersihkannya dengan kain di sekitar, kemudian aku dengan ganasnya memasukkan kembali senjataku lalu kugoyang-goyangkan lalu kutekan kembali hingga Tante Anna menjerit kecil..

"Aahh.. Oohh, Bobb.. Mentok nih? Terus bob tekan punya kamu, oh Bob!"

Lama sekali aku memainkan Tante Anna, kemudian aku mencoba kembali dengan posisi Doggy Style. Tante Anna sambil membungkukkan badannya di atas kasur kucoba untuk memasukkan penisku dan Blees.. Slepp..

"Ahh, Bobb.. Terus Bob, Masukin sampai dalam, oh Bobb.. Yang kasar Bob"

Lalu dengan cepat aku memaju mundurkan pantatku hingga aku sudah tidak tahan lagi. Dan kemudian aku sudah sampai pada dimana kenikmatan itu terasa sampai ujung rambut. Dan cairan yang kukeluarkan tidak kubuang keluar.

Setelah selesai, aku mulai merasa letih dan sangat lapar. Aku mencoba beristirahat sebentar, kutatap langit-langit yang ada di kamar itu. Kuatur nafasku perlahan dan kupeluk kembali Tante Anna, kuusap-usap toketnya lalu aku mencoba menghisap-hisap pelan hingga sampai kumain-mainkan dengan tanganku.

"Bob, udah ah, nanti lagi".

Lalu aku lepaskan tanganku dan aku langsung bangun menuju kamar mandi. Pukul 07.15 aku sudah rapi, lalu aku minta izin untuk pulang. Setelah itu aku mulai dengan pekerjaanku di rumah. Di dalam rumah aku sempat berfikir tentang apa yang telah terjadi semalam dengan Tante Anna.

Malam pun tiba, aku seperti biasa ada di rumah sambil menyaksikan tontonan TV. Tiba-tiba pintu samping ada yang mengetuk dan kubuka, ternyata Tante Anna membawa makanan buatku. Dengan senyumnya aku ditawari makan lalu aku diciumnya, namun tangan tante Anna kembali menggerayangi penisku. Aku terangsang tapi niatku untuk bersetubuh lagi dengannya tertunda karena aku ada janji dengan teman.

Cerita ini aku sudahi dulu, namun so pasti, kejadian yang kualami ini selalu terulang setiap malam bahkan kadang di siang hari pada saat anaknya sudah berangkat sekolah. Terkadang di siang hari sambil memutar film BF kami bermain dengan mengikuti apa yang ada di adegan film tersebut. Lama kelamaan aku mulai terbiasa dan banyak yang aku pelajari dari permainan sexku dengan Tante Anna.

Bagi tante-tante yang ingin berkenalan, silakan email saya. Saya tunggu kritik dan sarannya.

Cerita Populer