Cerita Seks Vagina Dimasukin Penis Anak SMP

Cerita Seks  Aku seorang wanita berumur 30 tahun ibu dari dua orang anak. Tentunya statusku nikah dengan seorang suami. Kami telah terikat perkimpoian selama tujuh tahun. Aku nikah setelah berhasil meraih gelar kesarjananku di kota Bandung. Suamiku normal-normal saja. Untuk yang ketiga kalinya lubang vaginaku dimasuki oleh orang yang berbeda. Ternyata senjata milik Eko lah yang paling panjang dan besar. Aku khawatir kalau penis Eko agak susah untuk masuk ke dalam vaginaku. Cerita Dewasa | Cerita Panas |
Cerita Sex Vagina Dimasukin Penis Anak SMP, Aauw sakit fi belum selesai aku bicara sudah dimasuki penis adiku. Aach. Uuch masih seret tapi enak. Bener Mbak vaginamu ini Mbak Meski agak sulit menembus vaginaku karena masih perawan tapi ia terus memaksa sekuat-kuatnya. weleh weleh Perawanku cebol sat SMA.

Vaginaku Dimasuki Penis Anak Smp, Kata orang-orang aku sangat cocok untuk seorang model. Dan aku belum mempunyai pacar. Aku anak ke 3 dari 4 bersaudara dan semua perempuan. Kakak-kakaku semua sudah mempunyai pacar kecuali adiku yang paling kecil kelas dua SMP. Pengalaman ini terjadi sekitar. Dan sekali lagi Muki memasukan penisnya ke vaginaku. Walaupun masih agak sulit tapi akhirnya lorong kenikmatanku dapat dimasuki oleh penis Muki yang besar. Dorong yang keras Muk lebih keras lagi desahku. Kabar Terbaru dan Terpanas Ngentot di Sekolah.

Vaginaku Dimasuki Penis Anak Smp, ternyata masih ada juga nak smp sb yg masih virgin memek ce virgin emang paling enak kata malik. dia mengenjotku semakin liar dan tanpa sadar goyangan pingulku dan hisapanku terhadap penis ardy jg semakin cepat. tak lama aku orgasme. penjaga sekolah itu telah telanjang bulat dan penisnya yg lebih besar dari ardy dan malik dengan gagahnya mengangkangiku seakan menginginkan lubang untuk dimasuki. ia menuntun penisnya kemulutku untuk kuhisap. aku kewalahan karena. Pak RT-ku Yang Nakal dewasex.

Vaginaku Dimasuki Penis Anak Smp, Dia menanyaiku sekitar masalah anak muda seperti kuliah hoby keluarga dan lain-lain tapi matanya terus menelanjangiku. Dik Citra lagi olah raga yah soalnya badanya keringatan gitu terus mukanya merah lagi katanya. Sat berciuman itulah Pak Vito menempelkan penisnya pada vaginaku lalu mendorongnya perlahan dan ah. mataku yang terpejam menikmati ciuman tiba-tiba terbelakak waktu dia menghentakan pingulnya sehinga penis itu menusuk lebih dalam. CERITA SEX DIAJARI MAMA ANAKU SAYANG 1.

Vaginaku Dimasuki Penis Anak Smp, Secara tidak sadar aku menjepitkan kepala penis anaku yang masih sangat sensitif itu dengan bibir vaginaku. Hal itu spontan terjadi sebagai reaksiku yang merasa geli dimasuki benda kecil yang aneh. Engh. desahku tak sadar sat penis kecil anaku sedikit demi. Akupun sadar bahwa sat dia menyetubuhiku sedari tadi anaku sama sekali bukan karena nafsu birahi yang sudah muncul namun sifat polos anak kecilnya yang ingin meniru semua yang dilakukan orang tuanya. mesum Ngentot di Sekolah.

Vaginaku Dimasuki Penis Anak Smp, ternyata masih ada juga nak smp sb yg masih virgin memek ce virgin emang paling enak kata malik. dia mengenjotku semakin liar dan tanpa sadar goyangan pingulku dan hisapanku terhadap penis ardy jg semakin cepat. tak lama aku orgasme. penjaga sekolah itu telah telanjang bulat dan penisnya yg lebih besar dari ardy dan malik dengan gagahnya mengangkangiku seakan menginginkan lubang untuk dimasuki. ia menuntun penisnya kemulutku untuk kuhisap. aku kewalahan karena. CERITA SEX DEWASA Gara-Gara Horny.

Vaginaku Dimasuki Penis Anak Smp, ternyata masih ada juga nak smp sb yg masih virgin memek ce virgin emang paling enak kata malik. dia mengenjotku semakin liar dan tanpa sadar goyangan pingulku dan hisapanku terhadap penis ardy jg semakin cepat. tak lama aku orgasme. penjaga sekolah itu telah telanjang bulat dan penisnya yg lebih besar dari ardy dan malik dengan gagahnya mengangkangiku seakan menginginkan lubang untuk dimasuki. ia menuntun penisnya kemulutku untuk kuhisap. aku kewalahan karena. 01 24 21 – Adik tiriku pemuasku.

Vaginaku Dimasuki Penis Anak Smp, Bela waktu itu baru tamat smp dan mau melanjutkan sekolah ke jenjang smu sementara gue masih kuliah tingkat skripsi tetapi sudah sambil bekerja. Dan sejak gue perhatikan kedatanganya dalam hati gue berpikir ini anak kampungan banget sih. membelai-belai permukan vaginanya dengan penis gue. Itu sangat membuat wanita manapun akan bergairah untuk mengeluarkan lebih banyak lagi pelumas cairanya. Dan erangan yang keluar dari adik gue semakin membuat gue. Lasmi Menantu Pemuas Nafsu Birahi dewasex.


Cerita Seks Bermain Sepeda Yang Berakhir Kepuasan

Cerita Seks yang menceritakan anak abg yang hobi dengan bermain sepeda, yang selalu jalan-jalan tiap pagi, yang akhirnya dia bertemua dengan seorang pria. dari sinilah dia mulai mengenal dengan seks. pengalaman seks si bapak akhirnya disalurkan ke abg tersebut. Dari pada lama-lama langsung saja kita mulai, pasti bakalan bikin kalian ngaceng.(heee.....)
Aku Dina. Sekarang ini di rumah omku ada sepeda. Si om memang beli sepeda yang biasanya dipake si tante kalo ke minimarket di ruko dibelakang komplez aku tinggal. Kalo pagi aku suka pake ja, spedaan muterin komplex, biasanya aku stengah 5 dah mulai spedaan, paling stengah ampe 3/4 jam muterin komplexku, aku dah balik ke rumah lagi, untuk mulai aktivitas rutinku. Blakangan ini bersebelahan dengan komplexku dibangun komplex baru, kayanya besar dan mewah, karena kalo liat ukuran rumah yang sudah dan sedang dibangun gede2 semuanya. Tajir2 kali yang tinggal disitu bisa punya rumah kaya istana gitu. Karena sudah banyak rumah yang jadi, artinya komplex itu sudah mulai dihuni. Aku boesen muterin komplexku ktika spedaan, makanya aku mulai merambah komplex baru itu. banyak orang komplexku yang tiap pagi jalan pagi kesana, satpamnya si kasi ijin ja orang masuk untuk jalan pagi. Bgitu juga aku, bole aja aku masuk dengan speda aku. Mula2 aku spedaan yang deket2 dengan pos satpam aja biar gak kesasar ketika mo pulang, maklum komplexnya lebi besar dari komplexku. Makin hari aku makin merambah sampe ke plosok2 komplex baru itu, sehingga aktivitas spedaanku skarang dari rumah langsung menuju komplex baru, dan muter2disana, sampai waktunya aku balik ke rumah untuk mulai aktivitas rutin.

Satu pagi, kebetulan hari minggu, om ma tante gak da dirumah, mreka lagi keluar kota urusan kerjaan masing2, kebetulan mereka dinas ke kota yang sama, jadi perginya barengan, Mau hemat kali, cuman si om gak bisa blanja abg ya hihi, soale bawa rantangan dari rumah. Jadi aku bebas pake speda sampe kapan aja, lagian gak harus sekola karena ni ari minggu. Seperti biasa stenga 5 aku dah ngayuh speda ke komplex baru itu. Setiap pagi, aku cuma pake celpen dan kaos gombrang, aku cuma pake sendal aja, memang cuma mo santai kok, bukan olahraga sehingga gak usah pake sragam spedaan, pake sepatu dan helm sgala, mahal la beli yang gitu2an.

Waktu aku muter di daerah yang paling blakang, dari jauh aku liat ada bapak2 sedang joging ndirian. Aku ngayuh spedanya santai ja, pelan aja. Sampai diseblah si bapak, aku menyalami, "Pagi pak, rajin skali jogong". "O pagi, cah ayu". Seneng juga dipanggil ayu. "aku Dina kok pak namanya bukan Ayu". "Cah au itu panggilan memuji buat orang Jawa, artinya nak cantik". "memangnya Dina cantik pak". "Ya cantiklah, imut lagi, aku seneng ma anak prempuan yang cantik imut kaya kamu". "Dina bukan anak pak, dah gede kan". "Iya anak yang sudah bisa bikin anak". "Ih bapak". "Lo iya kan, kamu pasti dah menskan". Aku ngangguk. "Kalo prempuan dah mens dan kemasukan peju kan bisa hamil, bikin anak deh". "Waduh bapak, ngomongnya vulgar amir". "Amat lagi jadi satpam ya". "Eh bapak dah tau toh bcandaan amir amat". "Ya taulah say". "Ih bapak ni gombal amir, bentar ayu, bentar say". "abis maunya dipanggi Yang?" Aku ketawa ja, seneng aku mendengar gombalan si bapak, pinter banget dia menyanjung abege kaya aku, sampe pagi ini terasa indah. "Dina tinggaI dirumah yang mana, eh Dina kan namanya". "Iya om Dina tinggal di komplex sebelah, iseng ja spedaan di komplex ini, enak om, jalanannya lega, rumahnya bagus2 dan gede2 lagi". "Iya yang gede kan yang nikmat Din". Aku tau maksud kata2nya tapi aku belaga pilon ja. "Panya yang enak pak". "Kok panggil bapak si, kaya pegawe negri aja". "O bukan pegawai negri toh, kirain". "Ya bukanlah". "Pasti direktur ya pak". "Tu kan pak lagi". "abis Dina mesti panggil apa, masa mas, Dina kan masi abege dibanding umur bapak, ya udah panggil om ja ya, biar lebi akrab". "Iya deh Yang". "Ih om yayang2an mulu ni". "Yapi suka kan dipanggil yayang, mang pacarnya Dina manggilnya apa". "Dina gak punya pacar om". "Masak si, prempuan cantik, imut dan sexy gak punya pacar". "Suer, mangnya Dina sexy om, kecil gini badannya". "Ya sexy lah, biar kamu imut tapi kan bentuknya proporsional". "Pamya yamh proporsional om". "Tu yang dibalik kaos, lumayan gede, jadi pengen megang". Aku senyum ja. "Bole gak yang dipegang". "Masak disini om, ntar diliat orang". "Ya udah ikut kerumahku yuk, kita bisa brenang". "Wah asik dong rumahnya ada kolam renangnya". "Pool kecil kok, tapi si bisa kalo mo brenang mondar mandir, mau gak". "Mau paan om". "Brenang?" "Dina gak bawa baju renang tu om". "Aku ada bikini kok, nanti kamu pake aja". "Kok om punya bikini, wah om serinf ngajak abege brenang dirumah ya, ampe nyediain bikini sgala". Dia cuma senyum, "Ma gak, nanti sarapan deh di rumahku". "Kalo bikininya dah Dina pake, buat Dina ya om". "Iyalah, masak aku simpen lagi, mau ya". Dia getol banget ngedesek aku kerumahnya. aku suka si liat si om, ganteng, atletis, kumisan lagi. "Ya udah, yuk om".

Aku terus mengayuh speda pelan disebelah dia yang lagi joggging, kali ini menuju ke rumahnya. Rumahnya besar di huk, lantai 2 1/2, maksudnya yang dibawah tu garasinya yang besar, sehingga mo masuk rumah kudu naik stengah lantai, ni kata si om. Dah gitu ada lantai 2. Di luar ruang tamunya yang terbuka ada poolnya, airnya yang biru ngundang untuk nyemplung, palagi masi kringeten abis spedaan. Menyatu dengan ruang keluarganya ada ruang makan. Prabotan ruang kluarga seperti biasa ada sofa, audiovisual di satu sisi ruang. Kamar makan ya berisi seperangkat meja makan yang daun mejanya dari kaca tebal, lemari es, dispenser dan ada pantri keringnya. Di tembok diatas pantri ada sederet lemari, mungkin isinya makanan atau apa gak tau, gak enak aku buka2 lemari orang. "Kok sepi om". "Iya aku tinggal ndirian, keluarga ada dikota laen, ga mau aku ajak kemari". Aku gak nana lebi jauh kenapa, kawatirnya terlalu private untuk dibuka ke orang luar kaya aku. Cuma aku ngerasa pasti ada apa2nya di keluarga si om, masak ada rumah gini gede dan mewah kok keluarganya gak mo ikut tinggal bersama. "Trus gak da pembantu juga". "Ada, cuma gak dateng tiap ari, 2-3 hari sekali. Aku kan tinggal ndirian, jadi rumah gak kotor. Kalo pembanu dateng ya bersihin sluruh rumah, nyetrika pakean dan kegiatan laennya lah". "Pembantu kalo dateng kan kudu ditungguin om". "Aku ercaya ma rangnya, jadi kalo ada dia dan aku harus pergi, ya aku tinggal aja dia, selama ini sih oke2 aja tu". "Pembantunya masi muda ya om". "Napa kok nanya gitu". "iya kan om tinggal ndiri, pasti butuh temen kan skali2", jawabku sambil tersenyum. "Tau aja kamu". "Mo makan apa Yang". Kayanya dia rutin manggil aku yayang, ya gak apa si, malah seneng dengernya dimanjain kaya gitu. "apa aja deh om". "Sosis mau", kali ini dia yang tersenyum. Aku si menduga2 aja arah perkataannya. "Sosis gede ya om", aku timpali ja, sengaja". "Ya lumayan gede si". "kenyang dong makan satu juga". "Gak bisa dimakan". "Abis?" "Bisanya cuma diemut". Dia menyiapkan bubur instan 2 mangkuk. "Paan tu om". "Bubur instan, mau kan". "Dina mah suka apa aja kok om". "Termasuk sosis gede kan". Aku ngangguk, biar dia seneng, gak tau seneng ato makin mengobarkan napsunya, peduli amir lah.

Seks Bugil Buburnya sbentar aja dah siap, dia mengambil krupuk, bawang goreng dan jus jeruk, dan mulailah kita santap pagi bareng. "Kamu tinggal ma ortu Yang". "Gak om, ma om dan tante Dina aja". "O gitu, masi skola?" Aku ngangguk aja. "wah masi abege banget dong ya". "Iyalah, om suka kan ma abege". "Suka banget, palagi yang antik sexy dan imut kaya kamu". "Tapi kulit Dina kan gak putih kaya amoy om". "Justru yang rada gelap kaya kamu itu yang sexy kan". "Om kerja apa". Dia crita sepintas tentang kerjaannya, dia partneran ma temennya punya bisnis kendaraan bermotor, makanya dia lebi santai karena gak ikut dalam manajemen kantornya, sesekali ja kalo ada miting rutin dia baru ke kantor, ato ktemu klien kakap. "Yayang mau nyambi jadi sekretaris ku, skolanya bis ditinggal2 gak". Ya enggaklah om, full time lah kalo skolah mah". "Ntar kalo dah slesai jadi sekretaris ku aja ya, kurusu bentar pasti bisa kerja sebagai sekretaris". "Sembari dikerjain ya om". "Kalo yayang mau ya ayuk". "Kok ayuk, mangnya Dina dah bilang mau". "Ini kan berandai2. Dah kenyang? Jadi brenang gak". aku ngangguk. dia masuk ke kamarnya dan keluar bawa bikini warna hijau tua. aku melihat bikiinya, branya ditaliin ditengkuk dan punggung, cdnya juga ditaliin dikirikanan pinggang. Yang istimewa, bikininya tipis banget. Kalo aku pake pasti nerawang semuanya, apa lagi kalo nyemplung d air, pasti dah kaya tlanjang aja. "Sexy banget om". "Ya kudulah, aege sexy kudunya pake bikini sexy kaya gini, tu dipake deh". aku menuju ke kamar mandi yang ada dibawah tangga ke lantai atas. Kecil ruangnya, ada shower ma wc. Aku melepaskan semua pakeanku, kugantung aja di cantelan pakean yang ada di ruang bawah tangga. Kukenakan bikininya. agak ribet makenya karena kudu aku iketin talinya dan dipas2in dengan ukurang badanku. Aku melihat dikaca yang ada diruang itu, keliatan pentil dan jembutku karena tipisnya bahan bikininya. Aku keluar dari kamar mandi bawah tangga. Si om terbelalak memandangi bodiku, "wah Yang, sexy sekali, pentil kamu imut, jembut kamu lumayan lebat tu". "Pasti om ngaceng deh". "La iyalah, kalo gak ngaceng kan aq vip". "Kok vip om". "Iya very impotent person", dia tertawa, aku juga. matanya tak bisa lepas dari tubuhku yang hanya terbungkus bikini tipis yang nerawang kaya gitu, pantatku bergoyang indah saat aku ngelangkah menuju ke pool, seperti yang dia bilang sendiri pasti kontolnya dah mengejang keras. sebelum menceburkan diri ke kolam aku sempat berbalik, memperlihatkan sebagian tokedku yang imut tapi berisi membuat dia menelan ludah. "ayo om....." ajakku. Dia perlahan membuka t shirt dan celpennya, tinggal pake cd saja. Selangkangannya dah menggelembung, menandakan kalo kontolnya memang besar, aku yang serr melihat gelembung besar diselangkangannya. Aku meloncat masuk ke kolam renang. diamendekati kolam namun hanya duduk di pinggir kolam, bermain air dengan kakinya.

setelah beberapa lama berenang mondar mandir, aku pun keluar dari kolam dan ikut duduk di sampingnya. pentilku terlihat tercetak jelas dari balik bra bikini tipis itu, jembutku pun berbayang diselangkanganku, jelas sekali semuanya terlihat dalam keadaan basah gitu. Dia menatapku sambil perlahan bibirnya mendekati bibirku, dan menekannya lembut saat bersentuhan, dia mengulum bibirku dalam-dalam. Ciumannya diarahkan ke tengkuk leherku sambil dijilatinya, “emh..om..ohh….” hanya itu suara dari mulutku.

Ciuman dan jilatannya mengarah ke dagu dan leherku terus ke bawah. “Yang..bikininya, aku..buka yah..?” bisikan rayuannya. “..emh..” hanya itu suara yg keluar dari mulutku. ciuman kami begitu lama dan panas, sementara jariku perlahan merayap turun dan menyentuh gembungan di balik cdnya. sementara dia dengan perlahan dan lembut mengurai ikatan bra dipunggung dan kemudian ditengkukku, memperlihatkan bulatan penuh tokedku. Dia meremas tokedku, kemudian toked kiriku telah diraup oleh mulutnya, dijilati dan digigiti dengan lembut, membuat aku merintih penuh rasa nikmat. Dia bangkit, menarik tanganku berdiri, mengangkat badanku dan digendongnya aku masuk ke kamarnya dan membaringkanku di ranjang, sementara aku hanya tersenyum pasrah.Tubuhku yang tinggal memakai CD bikini membuat dia semakin tidak tahan. Tubuhku gak putih2 amir, malah cenderung agak gelap kulitnya. Dalam keadaan setengah telanjang itu, posisiku diubah menjadi posisi duduk, lalu dia mencium bibirku, sambil meremas-remas tokedku yang imut. Kali ini bibirmya mengulum dan lidahnya menjilati tokedku yang bulat dengan
pentil berwarna coklat kemerahan mengacung ke atas. Dia mengulumnya sambil lidahnya memainkan pentil. tangannya menggerayangi buah pantatku yang padat berisi. Dilanjutkan dengan mengusap CDku di bagian bibir memekku. Dimasukkannya lidahnya ke mulutku dan aku berusaha menghisap dan menjilati lidahnya. Sekitar 10 menitan kami melakukan hal itu.

Setelah itu dia mengurai ikatan CD bikiniku di pinggangku. Aku mengangkat sedikit pinggulnya supaya cdku bisa dilepaskan dari tubuhku. Sekarang aku sudah bertelanjang bulat. Dia memperhatikan bentuk tubuhku yang benar-benar indah itu. Toked yang bulat dengan pentil coklat kemerahan mengacung menantangnya. Perutku yang mulus putih bersih dan kencang. Paling utama bagian dibawah perutku yang dipenuhi jembut yang lumayan lebat tapi halus. Dibalik jembutku terdapat bongkahan daging merah dengan celah yang sempit dari situ tersembul seonggok daging kecil seperti kacang merah merekah. “Memekmu indah banget Yang. memekmu masi rapet banget, cowok kamu jarang ngentotin kamu ya". "Kan Dina dah bilang gak da pacar". "Trus kamu masi prawan?" Aku menggeleng, dia juga gak mendesek lebi lanjut aku ngentotnya ma siapa. Langsung dijilati dan dihisapinya tokedku. Toked yang satu lagi diremas dan diusap-usap serta dipilin-pilin pentilnya yang tampak agak mengeras dan agak memerah.

Setelah dia mainkan tokedku, dia menjilati dari dada turun ke arah perut dan terus ke arah bagian memekku. Dibukanya kedua pahaku dan belahan memekku didekati ingin dijilati. Sambil menahan nafas dibukanya belahan memekku, tampak itilku yang agak menonjol. Lalu dijilatinya itilku. aku langsung mengerang dan mendesah, "oufh..sshhtt..engh..emh..sshtt..ough..” “..gimana enak..kan Yang..?’ bisiknya. "emh..sshtt.ough..sshhtt..ough..sshhtt..ough..” suara desahan itulah yang keluar dari mulutku. Dikulum-kulumnya itilku sambil sesekali lidahnya menerobos celah sempit dibawah itilku. Dia menjulurkan lidahnya dalam-dalam. Sementara itu cairan putih bening tak henti-hentinya keluar dari memekku membasahi lidah dan bibirnya. Dia jilat dan hisap lalu ditelannya cairan kenikmatan itu. Cukup lama di menjilati memekku. Tak lama kemudian nafasku semakin cepat dan aku meracau seperti ingin menjerit, "auwfh..sshtt..engh..emh..augh..enaxxx..omh..sshtt..ough..” begitu erangku. Dia hentikan jilatan dan kulumannya dimemekku.
“Om..engh.. terusin dong..” begitu pintaku ditengah-tengah desahan nafasku yang tersengal. Aku meminta dengan manja sambil menjambak rambutnya dan mengarahkan ke memekku lagi.

Dia meneruskan lagi jilatannya. "yesshh..ough.emh..sshhtt..oufh…sshhtt..oughh..” begitu desahku. Ketika dia jilati itu, kembali ada cairan yang meleleh keluar dari memekku, dijilati juga. Selepas memekku, ciumannya balik lagi ke bibirku sambil meremas terus tokedku. aku sangat menikmati aktivitasnya dibadanku, napsuku juga sudah sangat berkobar. Terus dilepasnya CDnya. Kontolnya benar2 besar dan sangat keras, "Om, gede amir sosisnya". "Blon perna kemasukan yang besar gini ya Yang, biasanya yang masuk kecil2 ya". "Gak kecil2 amir si om, tapi om punya yang gede amir". Kuremas kontolnya pelan, kemudian kujilati palkonnya. Kukulum palkonnya sambil kukeluarmasukkan di mulutku, ini membuat dia merem melek keenakan. "Mulut atas kenyotannya dah nikmat gini, palagi mulut bawahnya ya Yang, pasti empotannya berasa banget deh".

Kembali dia menyiapkan aku sebelon serangan yang utama, memekku dijilati sampai ke itilku. Membuat aku mendesah-desah keenakan. “enak, om”, kataku. Dia terus menjilati itilku sampe keluar cairanmemekku. Dia merasa pemanasan sudah cukup, disiapkannya batang kontolnya ke depan liang memekku. Memekku sudah basah sekali karena cairan napsuku, dia mulai menusukkan palkonnya ke bibir memekku. Terasa sekali bibir memekku terkuak sangat lebar agar bisa dilewati palkonnya yang gede itu. Pertama agak susah, tapi karena sudah diolesi cairan memekku yang terus membanjir jadi agak lancar. Dia dorong perlahan-lahan kontolnya hingga “..SLEB..SLEB.. BLESSS!!!” kontolnya berhasil menembus memekku. Dia diamkan sesaat kontolnya didalam memekku. Dia biarkan otot-otot memekku supaya terbiasa dulu dengan kont0l gedenya yang baru saja
menerobos memekku. Kont0l segede itu selama ini belum pernah menerobos memekku. sambil mengulum bibirku dia liukkan perlahan-lahan pinggulnya untuk memainkan kontolnyadidalam memekku. Aku kembali mendesah penuh kenikmatan, “..oufh..sshhtt..engh..emh..sshtt..ough..” mengiringi liukan dan terjangan kontolnya. "ouh..Yang..memekmu enaxx..banget..Yang..egh..” katanya memuji-mujiku. Posisi tubuh kami dia atur. Kakiku dilingkarkan dipinggulnya dan kedua kakinya terlipat supaya kontolnya benar-benar pada posisi yang enak dimemekku. Permainan ini terus berlangsung hingga dua puluh menit kemudian. "ough..eghh..ough..ough..egh..emh..sshhtt..ough…shhtt..ouggh..sshtt..ough..” Aku mendesah-desah penuh kenikmatan sambil meracau “om..augh..enaxxx..banget..mmhh…sshhtt..oughh…sshhtt..ough..shhtt..ough” Aku memeluk punggungnya erat-erat sambil kedua kakiku mencengkram erat-erat pinggangnya. "Yang, memekmu enak sekali”, erangnya sambil merasakan jepitan memekku sangat kuat ke kont0l gedenya. dia makin seru menggenjot memekku. “Gile banget, enaknya minta ampun…” Dia menciumi lagi bibirku sambil meremas tokedku. kepala kontolnya pelan tapi pasti masuk mili demi mili kedalam memekku kaya mesin bor aja. terasa sekali gesekan kontolnya ke memekku yang sudah menganga maksimal agar dapat mengulum kont0l besar yang sedang ngebor memekku. Dia menggenjot terus sambil memilin2 pentilnya.

Aku sebentar lagi mo orgasme. "Om, yang cepet om, Dina dah mo nyampe..." “tenang..Yang..aku juga bentar lagi..koq..” katanya sambil mempercepat liukkan pinggulnya dan akhirnya..
“..augh..augh..aarghh..emh..emh..ouh..” Aku mengerang panjang dan diakhiri dengan desahan-desahan lambat. Dia merasakan otot-otot memekku berdenyut-denyut seperti menyedot kontolnya. Diperlakukan begitu, kontolnya pun jadi terasa berdenyut-denyut akan ada yang keluar. Dia menggenjot memekku makin cepat dan keras lalu tak lama kemudian dia menancapkan seluruh batang kontolnya dalam memekku sampe terasa mentok, "Oooh..Yang..enaxx..” katanya sambil diikuti dengan semburan cairan kenikmatannya menembak dirahimku. "CROT..CROT..CROTT..!” kontolnya menyemprotkan peju penuh
kenikmatan. Dia merasakan denyutan-denyutan yang dahsyat dibatang kontolnya. "Om...ahhh…nikmat banget deh". "Mau lagi gak". "Mau dong, nikmat banget si, pasti yang kedua om lebih lama lagi maennya".

Setelah itu bibir kami berpagutan sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan orgasme yang kami rasakan. Perlahan aku mengendorkan cengkeramanku dan kembali rileks. “..makasih banget yah, Yang..kamu ngasi knikmatan buat aku..” katanya sambil membelai rambutku. “..he-eh..makasih juga yah, om..Dina nikmat banget deh, blon pernah ngrasain dientot senikmat ini, karena kont0l om gede banget kali ya". Dia menarikku kepelukannya dan kami kembali berciuman.

Cerita Seks Ngentot Dengan Kekasih Temanku Yang Cantik

Cerita Seks Ini menggambarkan sisi lain dari kehidupan si Fandi, sisi lain kehidupan co culun, katro dengan segala keberuntungannya dalam mengenal seks. “Ceki !” teriak Alex, semua mata memandang wajahnya, “Anjrit elo molo dah !” sambil aku gerutu melirik kartu remi didepanku yang masih tak beraturan, boro-boro ceki, satu aja belum ada yang nyusun. kupandang wajahnya, kulihat senyum menyeringai diwajahnya. Heran aku padanya, kulihat beberapa kali dia selalu memenangkan pertarungan remi ini. Kulihat dijepitan kaki jempol dan telunjuknya sudah terhimpit beberapa lembar ribuan dan ada berapa cebanan dan gocengan. Kayaknya tuh anak malam ini lagi hoky.Alex, anak bungsu dari 9 bersaudara, sebaya denganku, nama aslinya adalah Soleh, tau kenapa tiba-tiba bisa berubah jadi Alex, alesannya dulu cadel, gak bisa nyebut diri sendiri. jadi kami kebawa-bawa memanggilnya dengan sebutan Alex. Dengan usia semuda ini, rambut bagian atasnya udah botak, katanya dulu pernah sakit panas, absolutist gak baek-baek, bikin rambutnya rontok, padahal menurut pengakuannya, mungkin dia sering ngintipin kakak-kakaknya yang udah pada kawin, bikin dia amative sendiri, tapi gak ada penyaluran, bikin otak panas, bikin rambut rontok.

Kakek Alex, Engkong Sule, adept perang kemerdekaan, gak mau dibilang tentara, katanya kalo tentara dulu beda sama sekarang, kalo dulu ngebunuh musuh, kalo sekarang ya gitu deh !. Nama aslinya adalah Sulaiman, dirumah Engkong Sule inilah biasanya kami nongkrong, setiap malam minggu, menghabiskan waktu dari jam 10 malam sampe subuh, rumah dengan halaman samping yang cukup luas, jauh dari lalu lalang orang lewat. Satu-satunya rumah bounce doeloe, di daerah kami. Daerah kami merupakan daerah dipinggiran jakarta, pemukiman padat, dengan banyak kapal sandar (rumah yang berhimpit2an, kami menyebutnya kapal sandar, seperti dipelabuhan sana) kadang jalan penghubung rumah-rumah tersebut hanya dibatasi oleh assemblage yang sangat kecil, boro-boro buat motor lewat, dilewatin oleh 2 orang aja, kalo gak beriringan, ya musti gantian.

Seks Bugil Kutatap wajah disebelahnya, tepat berhadapan denganku, Bram, dengan wajah penuh keringat, yang sesekali disekanya, tampak agak kesal, sama sepertiku, kulihat beberapa lembar uang puluhan ribuannya sudah keluar dari kantong atasnya. “Bures neh gw kayakna, ni malem, setan dah”, keluar kata-kata dari mulutnya ketika matanya menatapku, mungkin merasa aku memperhatikannya, disangkanya aku kasihan padanya, padahal, wuah, gue aje apes, gak narik-narik dari tadi, senasib.

Bram, nama aslinya sih ibrahim, cuma biar keren katanya, maunya dipanggil bram, tapi kalo dirumah, keluarga memanggilnya Iim (membanggakan diri dengan mengatakan bahwa namanya adalah nama terpanjang didunia, karena dituliskannya 11M, sebelas meter!).

Pernah suatu kali teman2 sekolahnya datang hendak bertandang ke kerumahnya, mencari kesana-sini seseorang dengan nama Bram, tentu saja gak ada yang kenal, hampir putus asa mereka mencari, ingin kembali dan membatalkan kunjungan kenegaraan tersebut, kalo saja tiba-tiba si Iim tidak nongol dari warung makan, berdiri didepan pintu warung, sambil tolak pinggang cengengesan, dimulutnya sambil cungkal-cungkil gigi dengan tusuk gigi, (padahal batten yang dimakan cuman nasi munjung ama tempe satu, pake kuah ati, taro dipinggir, buat suapan terakhir, biar baunya bikin orang nyangka kalo dia baru makan enak !).

Kulirik lagi orang disebelah kiriku, Dupri, dia adalah yang batten chief diantara kami, lebih tua 5-7 tahun dari kami semua, angkatannya sudah pada menikah, sepertinya cuma dia seorang aja yang belum menikah. Sementara yang lainnya mungkin saat ini sedang mengeloni istrinya masing-masing, dia merana sendirian. Mungkin karena bete karena gak ada temen tongkrongan, akhirnya dia memutuskan untuk alih generasi, maksudnya mengalihkan generasi tongkrongan dari yang sebayanya dengan generasi dibawahnya, ya kita-kita !.

Kulihat dia tersenyum simpul, sepertinya dia mempunyai kartu yang lumayan bagus, berusaha untuk tersenyum manis, padahal boro-boro, giginya yang sepertinya balapan untuk berebut keluar, sulit untuk dimasukkan semua ke mulutnya, walhasil apabila dia berusaha untuk menyembunyikan giginya, otomatis mulutnya akan menggembul, layaknya orang yang sedang disumpal kain dimulutnya.

Pernah suatu hari, saat dia dibelikan motor oleh emaknya, itupun dengan setengah mengancam, kalo gak dibeliin motor, dia akan bunuh diri, buat ngojek katanya, padahal sapa yang peduli dia mo bunuh diri, hidup aja udah sukur, kalo dia mati juga sapa yang sedih, palingan juga cuma emaknya, itu juga karena gak ada yang nimba air, buat mandi. Akhirnya dengan setengah kepaksa, uang hasil penjualan nasi uduk ditambah dengan pinjam sana-pinjam sini, emaknya membelikan motor honda Astuti (Astrea tujuh tiga). Saat belajar motor pada iparnya, dia bertanya kenapa motornya gak mau jalan-jalan padahal udah digas, iparnya menyuruhnya memasukkan giginya, namun yang terjadi adalah dia berusaha untuk mingkem !.

Kami biasanya setiap malam minggu bermain kartu ditempat ini, kadang bisa sampai 2 atau 3 lapak, tempat teraman didaerah ini, jarang ada yang dateng kesini kalo gak penting banget, udah jalannya sempit, becek, bau lagi. Hari ini kami hanya berempat, waktu memang baru jam 10 lewat dikit. Biasanya tak absolutist lagi akan nongol yang lainnya, kalo aku sih biasanya nongol ontem (on time maksudnyah), jam 9, lagian ngapain malam minggu dirumah, malu-maluin aja, ketauan gak punya pacar.

Biasanya yang lain akan nongol antara jam 10 sampai jam 12, biasalah, buat yang punya cewek, ngapel dulu, setelah itu setor muka deh kesini, kasih laporan BAP, Berita Acara Pacaran. Udah deh mereka biasanya cerita-cerita ngapain aja pacaran tadi ma ceweknya, kadang diberi bumbu penyedap, biar yang denger cerita pada ngaceng !.

Ada juga sih, yang nongol jam segitu, padahal kita-kita pada tau dia gak punya pacar, nongol jam 11 lewat dengan baju rapi, wangi, biar dibilang baru pulang abis PDKT ma cewek, padahal, boro-boro, palingan juga abis nonton tipi !.

“Nutup Gue” pelan berkata Dupri, sambil meletakkan kartunya dan membeberkannya di tikar di atas bale-bale itu. Berkata lirih penuh arti, agar tak mengagetkan yang lainnya, aku sih sudah mengira dari mulutnya yang tersenyum tadi, pasti kartunya lagi bagus. “Kuyaaaa” teriak Alex, sambil membanting kartunya. “Gue ceki dari tadi gak nongol, nongol juga tuh kartu!” katanya. Ia melirik kearah kartuku yang kulempar juga ketengah, berseru alex melihat kartuku, “Kendi, setaaan, kartu gue ditahan-tahan” aku cengengesan menatapnya. Sukuur, lagian mo ngarep mulu, lagian emang gue tahu itu kartu yang diincernya, hehehe.

Seks BugilPermainan kami lanjutkan kembali, turun naik duitku, kadang ngarep, kadang ampir bures, bawa duit 20 rebu dari rumah, mudah2an bisa bertahan sampe kukuruyuk. Dikasih duit ma bokap 20 rebu pagi tadi, alesan buat beli buku, padahal batten begitu ditanyain, buku gak ada, duit lenyap. Biasalah, darimana kita dapet duit lebih kalau bukan boleh korupsi dari ortu. ya maklumlah namanya juga pelajar.

Jam 11 telah berlalu, waktu memang tak terasa bila kita asyik capital seperti ini, tak absolutist kemudian si Buluk datang, nama aslinya sih lukman, dipanggil si Buluk karena kerjaannya yang dari jaman dia SD ampe sekarang umur 24an, masih aja narik sampah warga, bukannya ngeremehin, tapi mbok ya kalo abis narik sampah bebersih diri kek, biar gak keliatan dekil and kumel. Sampe sekarang belom juga kawin, ampe tititnya bulukan, sukur-sukur gak numbuh lumut, orang gak pernah diasah. lagian sapa yang mau, cewek-cewek kalo deket dia suka geli, bau anyir katanya.

Datang petantang-petenteng, sok kaya bawa duit bejibun, tanpa permisi lagi maen nyelip aja duduk diantara, Alex dan Bram, kontan mereka minggir, bukannya karena mempersilahkan supaya dia duduk, tapi pada gak tahan ama baunya. “Set dah loe luk, loe malem minggu bukannya mandi yang wangi biar ada cewek yang mao ma elu, ini malah mingkinan baunya, kek topo dapur yang gak dicuci-cuci dari abis lebaran” berkata si Alex sambil menutup idungnya, Bram ngakak, sambil minggir bergeser, “Yarin dah loe luk, kali aje loe bikin si Alex apes ma bau loe, dari tadi die narik mulu noh, duit gw dah ampir bures“. Berkata lagi Dupri menyahutinya “Luk, loe kalo kemari pake minyak wangi kek, loe mah gw rasa mandi di tujuh sumur juga belom hilang bauloe, huakakakak”. Aku hanya tersenyum melihat tingkah laku mereka. Kupandang buluk dengan senyum, untung angin berhembus dari belakangku sehingga tak tercium bau buluk, walaupun kadang tercium bau menyengat sekilas, namun rasanya sama dengan bau sampah dari pojokan halaman sana.

Kami meneruskan permainan berlima, terpaksa kami mengganti jenis permainan yang tadinya kami menggunakan kartu remi kini diganti dengan kartu domino, kiu-kiu, sekalian mencoba peruntunganku, mungkin dengan permainan ini, peruntunganku berubah.

Beberapa menit berlalu, kocokan demi kocokan dilakukan, serius kami bermain, diselingi celoteh celoteh kocak yang keluar dari mulut kami bergantian, komentar atas kartu yang selalu jelek, gerutuan karena kartu yang dianggap tinggi tapi akhirnya kalah dengan lainnya. Teriakan kegirangan karena berhasil memenangkan taruhan, dan lain sebagainya. Tak absolutist kudengar langkah kaki mendekat, jarang sekali tempat ini dikunjungi oleh orang, kemudian langkah itu berhenti.

Semua mata menengok ke arah sumber langkah tersebut, bersikap waspada, menerawang ke arah assemblage yang cukup gelap, memastikan siapa gerangan yang datang. Tak absolutist kudengar teriakan dari arah sana, teriakan seorang perempuan “Luk, Buluk ada blast Somad gak ?” kudengar jelas suara itu, kencang ditengah malam yang cukup sepi ini,, “Siape ? Siape ? ntu mpok Yoyoh ye ?” berkata buluk menyahut yang kemudian dibalas lagi “Gak ade mpok, gak ade, belom kesinih, kenape emangnye mpok ?” berkata lagi buluk sambil berdiri.

Aku memandang ke arah buluk, kemudian menyuruh buluk menghampiri wanita itu, “Sono luk, samperin sono, gak enak lu pada teriak disini, ntar kedengeran ma yang laen, berisik “ kataku kepadanya.

“Siake ah, nyuruh gue lagi loe, ya udah dah gw samperin, palingan si yoyoh noh nyariin lakinye, udah tau lakinya hansip, jaga malem, masih minta dikelonin juga, backbone kartu gue lagi cakep lagi nih, ntar ulang ah “ kata dia sambil menyodorkan kartunya kepadaku, kulihat 3 kartu yang disodorkannya, 2 kartu digabung kiu, dan satu lagi kartu daun 3. cepat kuambil dan kutukar dengan kartuku. Kulempar kartuku kearah lantai, seolah-olah itu adalah kartunya buluk.

Sementara Buluk menghampiri wanita itu, kami melanjutkan permainan, ya tentu saja dengan diakhiri oleh kemenanganku, lumayan narik 8 rebu.

Tak absolutist buluk datang kembali, meminta agar ia turut dibagikan kartunya, kembali duduk bersila di atas tikar. “Kenapa ama mpok Yoyoh Luk, ngapain jie nyariin si Somad ?” Kata Dupri, lagaknya bagaikan seorang wartawan yang lagi mencari sumber berita.

“Biasalah, dia baru pulang dari rumah sodaranya yang lagi hajatan, katanya sih pintu rumahnya di konci, jie kagak bisa masuk, blast Somad udah jalan, jaga malem, batten sekarang lagi di pos RW, absen “ katanya menjawab sekenanya, sambil matanya dipicingkan memirit kartu yang dibagikan.

Mpok Yoyoh adalah istri blast Somad, berumur kurang lebih 26 tahun, sebaya dengan Dupri, menikah dengan Somad beberapa tahun lalu, baru dikaruaniai anak satu berumur 3 tahun, aku kenal dengan mpok yoyoh hanya sebatas kenal, ya maklumlah tetangga. Beda usia kami yang 7 tahun, membuatku sungkan terhadapnya. Sebenarnya wanita itu cukup cantik, mungkin karena kurang terawat, maklumlah dengan penghasilan suami hanya sebagai penjaga keamanan lingkungan, jangankan buat ngerawat tubuh, bisa cukup buat makan sebulan aja udah sukur.

“Lah elo kenape gak nemenin jie Luk ?, kan mayan tuh, bahenol, mumpung blast Somad kagak ade“ berkata Dupri sambil memainkan tangannya didadanya, mencoba memperagakan bagaimana

meremas-remas tete perempuan, kontan kami semua terbahak, terutama ketika melihat mimik Dupri, dengan giginya yang berebut nongol, mencoba memberikan kami bayangan sedang menciumi tete mpok yoyoh, suara yang keluar dari mulut monyongnya persis seperti bebek sedang nyosor mencari makanan. Cek.. ck… ck….ck…

Kami semua jadi membayangkan mpok yoyoh, menurutku sih sebenernya mpok yoyoh itu seksi, dengan payudara lumayan big size, ya kalo saja badannya diurus bener, cukuplah modal sejuta, didandanin, beliin baju yang bagus, kesalon, pasti penampilannya jadi lain, lah sekarang duit sejuta darimana ? dikasih duit tiga ribu buat belanja sehari, bisa buat beli apaan ? yang penting asal ada lauk, nasi cukup, sukurlah. Bisa makan kenyang, walaupun badan akhirnya jadi melar gara-gara ngandelin nasi doang.

Tak absolutist kemudian terdengar langkah mendekat kembali, kami semua memalingkan wajah, mulanya kami berharap yang datang itu adalah mpok yoyoh, berharap datang mendekat, menghampiri kami, lumayankan ada yang diliat-liat, perempuan montok yang dandanannya sembrono, lumayan buat ngaceng-ngacengin titit dikit.

Namun ternyata lain yang diharapkan lain pula yang datang. Kami bersikap waspada, langkah yang mendekat seperti langkah sepatu dengan ayunan langkah berat. Dengan diiringi suara batuk tertahan, layaknya jenderal berdehem apabila melihat anak buahnya kurang ajar, bermaksud menakuti kami, yang sedang belajar berjudi kecil-kecilan, berkata dengan dibuat-buat, “Hayoo, sedang apa kalian ? “

“Setaaann, si Somad nongol, sok kaya jendral, pake batuk-batuk segala, Mad, mad, loe mah kagak pantes, batukloe kayak orang susah, sekalinya diobatin musti ke RSCM, jangankan puskesmas, fatmawati aje dah gak sanggup Mad “ berkata si Dupri sambil membanting kartu. Kami semua terbahak.

Somad menghampiri kami, dan berkata, “Sape nih yang menang, bagi-bagi ngapeh “ katanya kepada kami, sambil memandang wajah kami satu persatu. “Enak aje, dateng maen minta-minta aje, kagak ada yang menang, semuanya kalah” berkata Bram menimpali, Somad nyengir.

Tak absolutist Buluk mengatakan padanya bahwa tadi istrinya mencarinya, “Lah, bini gue nyari kesini ?, ngapain ?” katanya pura-pura terkejut, “Tau bang, minta dikelonin kali” berkata bram mencoba menjawab. Buluk menyahutinya, “Lah katanya kagak bisa masuk rumah jie bang, koncinye dibawa abang”.

“ya ampun, iye ye, gw lupa, barusan kebawa ma gue, duh musti balik nih gw, capek gw nech, baru aje muter keliling” dengan lemas blast somad berusaha bangkit dari bangku panjang yang baru saja didudukinya, kemudian entah ide darimana, tiba-tiba ia menengok ke arah buluk dan berkata “Luk, loa aja gidah, anterin konci ke bini gw sono, buruan !” sambil merogoh saku celananya dan mencari kunci yang mungkin tersimpan disana.

Buluk memandangnya sejenak, ada rasa segan memang kulihat buluk menolak permintaan somad, namun kemudian ia melengos dan berkata, “Jah, Bang, gw juga baru dateng, yang laen ngapah yang disuruh, perasaan gue mulu disuruh-suruh !” dengan mimik muka memelas ia memandang wajah blast somad. Tertawa kami semua melihatnya.

“Ya elo mah, kan emang hidup buat disuruh-suruh luk, nah elu aje tiap hari, kerjaanlu disuruh buang sampah warga “ katanya sambil nyengir dan menyodorkan kunci ketangan si buluk.

Tiba-tiba si bram bangkit dari duduknya, menghampiri blast somad dan berkata, “Sini Bang, biarin aye aje, sekalian nech, pegel dari tadi kagak narik-narik, mo balik dulu, ngambil duit” sambil menengadahkan tangan meminta kunci dari tangannya. Blast somad memandang bram sejenak kemudian menyerahkan kunci yang berada ditangannya. Bram mengambil kunci itu setelah itu memalingkan wajahnya dan memandangku “Pen, loe ikut gw nyok, bentaran temenin gw, ntar kesini lagi “ aku memandang bram, kemudian memandang kesemua wajah yang ada seolah meminta persetujuan. “Lah ntar yang maen kurang dong” kataku seakan keberatan diminta ikut dengannya, padahal sepertinya kartuku lagi bagus-bagus datangnya, sayang kalo dilewatkan.

“Udah gapapa, loa kasih blast Somad aja noh suruh megangin kartuloe” berkata Bram sambil menegok ke arah blast somad duduk. Blast somad nyengir memandang kami berdua “Lah, gw mo maen darimana, orang gw lagi gak punya duit”, katanya. “Nih blast gw pinjemin goceng, tapi ntar pulangin ye ?” sambil menarikku berdiri, namun ketika aku berdiri, diambilnya uang sepuluh ribuan dari tanganku, “Nih bang, dimodalin ma pendi ceban, dipinjemin” katanya sambil menyodorkan uang tersebut.

Duh sialan nih anak, udah maksa gue ikut, malah ngorbanin duit gw, gerutuku dalam hati. “Tenang Pen, loe ikut gw bentar, temenin gw ngambil duit, sekalian ke rumah gw bantuin ngambil makanan, banyak sisa makanan noh dirumah, bekas pengajian ibu-ibu tadi, yuk “ berkata ia padaku sambil mengedip-ngedipkan matanya, seolah berkata kepadaku untuk tidak banyak tanya dan menuruti ajakannya. Akhirnya kami berdua beranjak pergi, blast somad bermain menggantikan kami, dengan diiringin tatapan wajah penuh tanya dari mereka semua, seakan hendak mengetahui kemana kami pergi, menghilang ke arah kegelapan gang-gang sudut pemukiman.

Aku mengikuti langkah IIm, sesekali menundukkan kepala, memastikan agar langkah kakiku tidak terperosok, atau menginjak diatas tanah yang becek dan lembab. “Pen, loe ikutin gw aje ye, diem jangan banyak ngomong” katanya kepadaku ketika timbul keheranannku melihatnya berbelok berlawanan arah dengan arah rumahnya. Aku, Fandi, memang telah cukup absolutist tinggal di daerah sini, aku ingat ketika usiaku baru saja menginjak 5 tahun, bapakku mengajak pindah keluarga kami disini. Berarti saat ini kami telah tinggal didaerah ini cukup lama, hampir 15 tahun, karena dilingkungan ini, yang notabene dihuni hampir oleh mayoritas penduduk asli betawi sini, hingga logat dan gaya bicarakupun seakan terbawa oleh mereka, malah kadang banyak yang menyangka aku adalah juga asli sini, apalagi panggilan namaku seakan diubah yang tadinya Fandi diplesetkan menjadi Pendi. Aku hampir mengenal seluruh sudut pemukiman ini, mengenal bentuk dan isi penghuni seluruh rumah ini, jadi apabila aku disuruh menutup mata, dan dilepas dimanapun, aku akan bisa kembali pulang, hehehe.

Hampir saja badanku menabrak badan Bram, ketika aku menunduk untuk mengamankan gerak langkah kakiku, bram yang posisinya berada didepanku, berhenti mendadak. Ditengah assemblage yang sempit dan gelap itu. Dia berbalik ke arahku, mengangkat jari telunjuk tangan kanannya, menempelkannya dibibir, “Ssst..” menyuruhku diam. Aku memandang wajahnya, berusaha memahami apa yang terjadi, namun tak sempat aku bertanya ia menyuruhku untuk memasang telinga baik-baik.

Kudengar seperti ada suara desahan dan rintihan entah darimana datangnya, suara itu seperti orang yang sedang menangis, atau entahlah, ia menunjuk ke atas, ke arah lobang jendela rumah dikanan sambil memegang dinding rumah itu. Assemblage yang kami lalui ini mungkin hanya selebar setengah meter, sehingga bila kami meregangkan tangan, tidak sepenuhnya melebar sudah tersentuh dinding kiri kanannya. Kuperhatikan bram, nampaknya ia sudah hapal betul dengan situasi ini, ia menempelkan tangannya dikedua dinding kiri kanan rumah, kemudian ia mengangkat kakinya, juga menempelkannya dikiri kanan dinding, dan layaknya seperti spiderman ia memanjat dinding yang tak berplester itu dengan mudahnya.

Melongok kedalam jendela yang tidak begitu tinggi, mengintip dari celah tirai yang terbuka sedikit dan melongok kedalam kamar rumah itu. Dengan ragu aku melihatnya, memandang keatas, Bram menundukkan kepala menyuruhku untuk naik.

Aku mengikutinya, melakukan seperti yang dilakukannya, mengregangkan kaki memanjat naik kedua dinding itu. Kulongokkan kepalaku, mengintip dari celah tirai yang terbuka sedikit, kulihat disana dibalik kaca jendela ini tampak 2 sosok tubuh manusia sedang bersetubuh.

Bergetar aku menyaksikan tontonan ini, deg-degan aku menyaksikannya, aku tahu ini adalah rumah Mas Tono dan Mpok Ella, mereka penganten baru, mungkin baru 2 bulan yang lalu mereka menikah, aku ingat kok, kami beramai-ramai datang ke pesta undangan mereka, sepakat masing-masing memasukkan gocengan kedalam amplop putih tertutup, menulis nama sambil berharap makanan yang disajikan cukup enak, sukur-sukur bisa nambah, sehingga ngasih goceng gak rugi !.

Sungguh ini adalah tontonan siaran langsung yang baru aku lihat seumur hidupku, kupandang Bram, sepertinya dia sudah sering melihat ini, mungkin dia sudah punya karcis langganan, jadi kayaknya apal banget dengan situasi, kondisi beserta jam tayangnya.

Lututku bergetar serasa mau copot, pelan kutatap adegan itu tanpa berkedip, rugi rasanya bila aku harus mengedipkan mata dan kehilangan moment2 penting ini. Dedeku yang tadinya adem ayem, kini mulai berontak menyaksikan adegan ini, mulai menegang, mengeras.

Kulihat disana, diatas tempat tidur yang kelihatan baru, walaupun sepertinya telah didaur ulang, Ella sedang berada diatas Tono, seakan sedang memancing penis Tono untuk bangun, dan tak absolutist kemudian, Tono, sang suami, berbalik, menindih, menciumi Ella sambil menarik celana dalam hitamnya, memelorotkanya. Kemudian gantian kini Tono yang menciumi tubuh Ella, dari bibir, leher, dada hingga terus kebawah.

Tak absolutist kemudian, sepertinya Tono mengambil ancang-ancang untuk memasukkan Penisnya ke Rongga Vagina Ella, pelan namun pasti mengarah, seakan akan pemain bola yang sedang berancang-ancang mengambil tendangan penalti. Siap … yak… tembak….bles….goal….

Kulihat sangat asyik sekali Tono, menaik turunkan pantatnya, agar penisnya menggesek keluar masuk vagina ella, serius merasakan kenikmatan ini, tanpa menyadari bahwa ada 2 pasang mata mengintipnya. Duh kakiku serasa pegal, hanya dengan sendal jepit, bertumpu pada dinding bata merah yang tidak diplester menyangga berat badanku, membuatku terpeleset, menimbulkan bunyi !.

Aku agak terperanjat, ketika kulihat Tono menghentikan goyangannya, rasa khawatir jika aktivitas kami diketahuinya, takut bila kami ketahuan sedang mengintipnya, bisa-bisa kami diuber-uber dengan golok melayang. Namun ternyata kekhawatiran kami tidak terbukti, sepertinya mereka tidak sadar dengan suara yang kami keluarkan, kulihat beliau menyuruh Ella membalikkan tubuhnya, menungging. Dan tak absolutist kemudian tono memasukkan penisnya dari belakang pantat Ella yang bahenol itu.

Entah berapa absolutist kami menyaksikan ini, menit demi menit telah berlalu ketika kulihat Tono, mulai mengerang, memuncratkan cairan kental dari penisnya kedalam rongga vagina Ella. Sementara kulihat Ella menjerit tertahan, menggigit bibir bawahnya, berusaha tak mengeluarkan jeritan kencang, menengadahkan kepala, mencapai titik kepuasan yang bersamaan dengan sang suami.

Terasa pegal kakiku menahan beban tubuhku, aku meloncat turun, bersaman dengan bram yang juga meloncat, melangkahkan kaki dengan berjinjit berusaha untuk tak bersuara. “Gile Lu Im, tau aje, sering loe ye ?” kataku kepadanya setelah kurasan kami sudah agak jauh dari tempat itu. “Hehehe… gue… “ katanya membanggakan diri, sambil menepuk dadanya, “Sialan lu ah, bikin gue ngaceng aja” kataku kepadanya.

Ia tersenyum kepadaku, kemudian merangkul pundakku sambil mengajakku terus melangkah mengikutinya, “Pen, loe mau ngilangin ngacenglu kagak ?” katanya kepadaku, aku melihat kearahnya, memandang mukanya, memastikan keseriusannya, “Anjrit, loe mo ngajakin gw coli bareng ?, najis dah, ntar loe nyuruh gw nyepong elo lagi, gantian “ kataku sambil meludah, cuih. Ngebayanginnya aja gw udah mual.

“Jah, loe kira gue gila apa ?, Tenang, loe ikutin gw aja, tau beres,,,,” katanya seraya menarik tanganku, menuju belokan assemblage di depan. Aku mengikuti arah yang ditunjuknya, sepi sekali malam ini, hujan tadi abscessed yang mengguyur serasa membuat orang malas untuk keluar. Kami terus berjalan kedepan, ke arah rumah petakan kecil-kecil, rumah kontrakan milik **** Sanip.

Rumah kontrakan itu berjejer, mungkin ada sepuluh rumah, kecil-kecil, memanjang, masing-masing rumah hanya terdapat satu ruang tamu, satu kamar tidur, dan dapur kecil, 5 rumah dikiri dan 5 rumah dikanan menghadap berlawanan arah, ditengahnya terdapat kamar mandi berjejer, dengan sumur, jadi bila kami berjalan digang itu, itu merupakan bagian belakang dari sepuluh rumah tersebut.

Bang Somad merupakan salah satu penghuni rumah ini, Bram menuju salah satu rumah tersebut, kurasa itu adalah rumah dari blast Somad. Heran aku, bukankah pintu rumah blast somad dipegangnya, berarti Mpok yoyoh berada diluar, kenapa harus lewat jalan belakang ?.

Aku mengikutinya menunggu apa yang akan dilakukannya.

Dalam kegelapan kuikuti bram menghampiri sebuah pintu, pintu kusam, tanpa cat, dengan kayu yang rapuh, mengetuknya perlahan, seakan memberi kode bagi penghuni didalamnya. Tak absolutist kemudian tampak seseorang membuka pintu tersebut, seorang wanita.

Aku mengenalnya, namanya Lina, usianya diatas kami sekitar 5 tahunan mungkin, seorang janda, hidup sendirian, kerja disebuah tempat billyard, sebagai waitress. Wajahnya sebetulnya manis, dengan kulit kecoklat-coklatan, gak beninglah. Keluar memakai celana jeans dan hanya dengan mengenakan BH saja, cuek.

“Eh, Im… Ade ape ?” katanya melihat Bram nampak berdiri didepan pintunya. Kemudian wajahnya memandang mukaku bergantian dengan wajah keheranan berusaha tersenyum. “Udah Pulang Pok Lina ?, ini nyariin Pok Yoyoh, disuruh blast Somad nganterin Konci, Mpok Yoyoh ada disini kagak ?” katanya sambil memperlihatkan kunci pintu yang ditangannya.

“Oooh kirain apaan, tuh ada didalem, nungguin blast Somad kelamaan kali jadi numpang nunggu disini” katanya, “masuk gih” sahutnya lanjut sambil membuka pintu lebar-lebar. “Tumben loe Pen, ngikut-ngikut kemari, abis pada ngapain loe ? “ tambahnya lagi, memandang wajahku seakan meminta jawabanku. “Ini pok, tadi lagi maen ditempat kong Sule, diajak kemari ma si Iim, suruh nemenin” kataku sambil berusaha tersenyum.

Aku mengikuti Bram, masuk kedalam, tuh anak kayaknya udah biasa banget maen selonong-selonong aja dirumah orang, udah kaya rumah sendiri. Melewati dapur, diruang tengah kulihat Mpok Yoyoh sedang duduk disisi tempat tidur, dengan baju hitam, mungkin baju dalemannya, bercelana jeans, duduk seakan baru bangkit dari tiduran, menyambut kedatangan kami.

Kulihat Bram tanpa sungkan, duduk disisinya, tersenyum, sambil mengatakan bahwa ia disuruh blast somad mengantarkan kunci pintu rumahnya, dan kemudian menyerahkan kunci yang ditangannya. Aku berdiri didepan mereka menatapnya, berganti-ganti, heran, tuh orang akrab banget berdua, layaknya saudara, kakak beradik. “Pen duduk Pen, pada mo ngopi kagak ?” tiba-tiba berkata Mpok Lina pada kami, aku memalingkan wajah hendak menjawabnya, namun tiba-tiba Bram menyahutunya “Boleh dah mpok, tapi jangan manis-manis “ katanya sambil nyengir, “Gue kagak nawarin elu, bosen, gw cuman nawarin si Pendi nih, loe mah kagak ditawarin juga biasanya bikin sendiri “ Mpok Lina melengos sambil memonyongkan mulutnya. Bram tertawa ngakak sambil berkata, “duilah mpok, jangan pake monyong gitu knapa ? ntar cakepnya ilang” katanya lagi.

“Auk ah, sok ngerayu lagi loe, sono kalo mo kopi, bikin sendiri, sekalian noh buat si pendi bikinin”, katanya lagi sambil menunjuk ke arah dapur. “Gw mo ganti baju ah, gerah” katanya, seakan ingin memberitahukan kepada kami apa yang akan dilakukannya. Kemudian ia mengambil baju didalam lemari pakaian disitu, membawanya keruang depan, ruang sebelah yang hanya dibatasi sekat dinding, mungkin disana adalah tempat yang tidak ada orang, dimana kami semua berkumpul disini.

“Ya udah, sini aja gw yang bikin kopi” tiba-tiba berkata mpok Yoyoh, bangkit berdiri melangkah menuju dapur, meninggalkan kami berdua. Aku memandang Bram, seolah menanyakan kepadanya, ngapain lama-lama disini ? pake minta dibikinin kopi segala ?. Namun Bram menyuruhku untuk diam, menaruh telunjuknya dibibirnya. Kemudian ia bangkit dari duduknya, menuju ruang sebelah depan dimana mpok Lina ganti baju.

Seperti orang yang mengendap-ngendap, kuperhatikan bram melangkah, terheran aku, dengan apa yang akan dilakukannya. Ia membuka tirai pembatas antar ruang tidur dan ruang depan rumah ini, tirai yang dimaksudkan oleh yang empunya rumah untuk membatasi pandangan dari luar agar tak dapat langsung melihat kedalam. Aku melongok, mengintip dari pinggir tirai, untuk melihat apa yang akan dilakukan oleh Bram.

Kulihat disana, tampak Mpok Lina sedang menurunkan celana jeansnya, BH hitam tadi yang dikenakannya telah dibuka, badannya yang agak gendut, montok, dengan payudara yang cukup besar, menggemaskan, dengan putting hitam, kini tampak jelas kulihat, bikin mataku melotot, menyaksikannya.

“Ngapain luh ? gw lagi ganti baju nih, jangan kemari-mari” kata mpok Lina begitu melihat Bram melangkah menuju ke arahnya, namun sepertinya tidak ada aught keberatan dari suaranya, ia hanya menutupi kedua payudaranya dengan kedua belah tangannya. Namun bram sepertinya pantang mundur, ia melangkah terus mendekati mpok Lina.

Kemudian tiba-tiba ia merangkul mpok Lina, sambil cengengesan, menyeringai, “Mpok, montok amat sih, jadi gemes nih, pegang bell dikit, cobain” katanya sambil tangannya berusaha memegang payudara yang besar dan montok itu, mpok Lina ngeles sambil memundurkan langkah, seraya berkata, “Enak aje lu, maen coba-coba aje, lu kira ini makanan”, dan berusaha menutupi tubuhnya dengan baju yang akan dikenakannya, kemudian berbalik membelakangi tubuh Bram, “Hehehe.. Mpok cakep, sayang tuh, didiemin aje, tuh pantat makin bahenol aje, udah absolutist gak ada yang naekin” lanjut bram sambil berusaha memegang pantat mpok Lina, dan kemudian memeluknya dari belakang.

“Rese Lu Im, ntar gw bilangin emakkloe nih, badung loe ye sekarang“ kata mpok Lina kepada bram, namun Bram seakan tak peduli, sambil terus berusaha memeluk dan mencium leher mpok Lina. “duh mpok dikiitt aje, megang doang, biasanya juga boleh, ntar besok gw beliin mie ayam lagi dah..” kata Bram seolah kehilangan akal dan berusaha melanjutkannya. “ah lu, rese lu ah, gak enak nih ada mpok Yoyoh ama si Pendi, ntar pada ngeliatin lagih” kata Mpok Lina, sepertinya beliau sudah terbiasa dengan perlakuan Bram, tidak ada reaksi perlawanan atau teriakan yang menyuruh bram menghentikan aksinya.

“Tenang Mpok, mereka lagi pada dibelakang noh, lagi bikin kopi, lagian bentaran doang” tak menyerah Bram, dan seakan memberi tahukan kepada mpok Lina, bahwa keadaan aman dan terkendali. Mpok Lina sepertinya pasrah, menyerah, karan kulihat ia membiarkan bram yang memeluknya dari belakang, merabai payudaranya, meremas-remasnya sambil menciumi lehernya.

Dari cerita yang aku dengar, Mpok Lina pernah menikah dengan seorang pria tua yang telah beristri atas desakan orang tuanya, mulanya Mpok Lina enggan menerima lamaran pria tua tersebut, namun dengan pertimbangan ekonomi, akhirnya dia menerimanya. Namun beberapa bulan menikah, ia disambangi istri tua dari laki-laki tersebut, disemprot habis-habisan di depan warga, mungkin karena malu ia memutuskan untuk bercerai dari laki-laki tersebut.

Mungkin sejak beberapa tahun yang lalu, sejak cerai dari sang suami, beliau tak pernah merasakan kehangatan dekapan laki-laki. Biar bagaimanapun dia adalah seorang wanita yang butuh hasrat seksualnya terpenuhi. Kini dengan usianya yang sedang menggebu-gebunya untuk urusan tersebut, mpok Lina sepertinya siap menyambut lelaki yang datang kepadanya.

Kulihat bram sepertinya sudah biasa, nampaknya Mpok Lina sudah merupakan langganannya dalam melepaskan birahinya, karena seperinya ia sudah paham betul dengan keinginan Mpok Lina, mengetahui seluk beluk tubuhnya, memahami bagian-bagian sensitif dari tubuh Mpok Lina.

aku seperti orang bego saja melihat aksi mereka berdua, mengintip dari celah tirai, dengan lutut gemetaran, tanpa kusadari ternyata disebelahku telah berdiri Mpok yoyoh, istri Blast Somad, memegang gelas kopi ditangannya, ikut mengintip apa yang dilakukan oleh Bram dan Lina. “Busyet dah tuh anak, bedua, udah kaya orang kesurupan aje” berkata lirih Mpok Lina kepadaku, “Biasa dah si Iim mah, kalo dah ketemu lina, bawaanye pengen negrep si Lina mulu, lagian si Lina juga kegatelan sih, mentang-mentang ditinggal lakinye, ma siape aje mau” kata Mpok yoyoh lagi, seakan sudah biasa menyaksikan dan melihat aksi mereka berdua.

“Lu intipin aje terus Pen, jangan-jangan ntar malah loe kepengenan juga” katanya kepadaku, aku tersenyum nyengir mendengar komentarnya, ya jelas aja, sapa yang nahan ngeliat beginian, bikin konak, ya kalo gak konak mah gak normal.

Namun kupikir Mpok yoyoh akan meninggalkanku, setelah menaruh kopinya dilantai, namun ternyata ia malah berdiri merapat denganku, menundukkan badan, dan ikut mengintip lagi.

Berdebar aku menyaksikan adegan lanjutan di dalam, kulihat bram makin melancarkan aksinya

Kulihat ia menciumi dengan rakus tete mpok Lina, memainkan lidahnya, menghisapnya, memilin-milinnya sambil terus meremas-remasnya. Kulihat sepertinya mpok Lina sudah terbawa arus, matanya nampak sayu, terhanyut oleh api birahi.

Kini kulihat mpok Lina duduk di sofa, lebih tepatnya bangku panjang kayu yang lumayan empuk, maklumlah beda dengan daybed dirumah orang-orang kaya yang harganya juta-jutaan, ini dengan beberapa ratus ribu rupiah saja sudah bagus punya satu set bangku untuk ruang tamu. Memandang ke arah bram, membuka celana dalamnya, dan kulihat bram bereaksi cepat, ikut membuka baju dan celana panjangnya, membuka juga celana dalamnya. Kini keduanya telah bugil. Bram melirik ke arah tirai, seakan mengetahui bahwa ada yang mengintipnya, namun ia membiarkannya, menghadap kembali ke arah mpok Lina duduk dan menindih tubuh mpok lina yang nampaknya sudah siap menerima terkamannya.

Deg-degan aku melihatnya, penisku makin menegang keras, menyaksikan moment-moment ini tanpa berkedip. Kulirik mpok yoyoh disebelahku, seperinya sama denganku, mengintip serius dengan apa yang dilakukan mereka berdua, saat kulirik mpok yoyoh, kulihat dari balik bajunya yang berbelahan rendah, telah turun memperlihatkan gundulan bukitnya yang besar itu. Mpok yoyoh nyengir sambil mengeplak kepalaku, “Liat aje yang disana, jangan yang inih, ntar loe kepengen megang lagi” katanya sambil berbisik padaku. Saat mengeplak itulah payudaranya tak sengaja menyentuh bahuku, aku meringis dan jadi membayangkan seandainya aku meremas-remas payudara mpok yoyoh.

“Ah mpok, jadi bikin gw ngiler aje, ngaceng nih gw ngeliatin si Iim, jadi kepengenan juga, lagian mpok kayaknye kepengen juga, tuh teteknya kayaknya udah kenceng” kataku menggodanya. Mpok yoyoh menyeringai, sambil memegang payudaranya, seolah membetulkan letak Bra-nya. “Mau saya panggilin blast Somad Mpok ?, biar suruh ngelonin empok, kalo mao saya panggilin nih” kataku sambil mengedip-ngedipkan mata kepadanya, entah darimana datangnya, timbul keberanianku untuk menggodanya.

“Yee elu tuh ye, pake nyebut-nyebut nama laki gw segala, udah ah, diem “ katanya lagi, aku hanya nyengir memandangnya. Kulirik lagi kearah payudaranya yang keliahatan semakin menonjol saja, ada perasaan ingin memegangnya namun tak ada keberanian dihatiku, ngeri bila membayangkan aku dihajar habis-habisan oleh blast Somad. Kembali aku serius melihat ke arah pertunjukan itu terjadi.

Tanpa kusadari tiba-tiba dedeku serasa ada yang mencengkeram, ada yang menggenggamnya dari luar celanaku, Kaget aku. Kulihat mpok yoyoh tertawa terkekeh-kekeh melihatku kaget, “Gede juga punya loe Pen, ngaceng loe ye ?” aku hanya nyengir dan menunduk malu. “Loe kepengenan ?, sini gw bantuin” kata Mpok yoyoh selanjutnya mengagetkanku. dan yang membuat aku lebih kaget adalah tiba tiba ia menarik badanku, namun aku menahannya, menolaknya. Ia membiarkanku, meninggalkanku, berjalan menuju tempat tidur, duduk diatasnya, merebahkan badannya.

Kuperhatikan, Mpok yoyoh menarik tali baju yang berada dipundaknya, menurunkannya melalu lubang tangannya, hingga memperlihatkan BH warna putihnya, tampak buah dadanya yang putih, besar, terlihat menyembul keluar. Tak absolutist kemudian ia membuka ritsleting celananya, menarik keluar celananya, memerosotkannya, hingga ujung kakinya, aku memandangnya terkaget-kaget, apa yang hendak dilakukan oleh Mpok yoyoh ?, duh celaka aku kalo sampe ngapa-ngapain dengan dia, bisa abis aku disiksa blast Somad.

————————

Aku berusaha memalingkan wajahku dari Mpok Yoyoh, kulihat kearah Bram dan Lina lagi didepan, kaget aku bukan kepalang, kulihat saat ini bram tengah memasukkan penisnya kedalam vagina Lina, Lina tampaknya membiarkan hal itu terjadi, ia malah membuka selangkangannya lebar-lebar, mangangkat salah satu pahanya, mempersilahkan penis Bram menembusnya.

Sambil menahan napas aku melihat saat-saat penuh sensasi itu, tak terasa aku memegang penisku, seakan ingin ikut merasakan apa yang dirasakan oleh Bram. Kemudian kulihat bram tampak mendorong pantatnya maju mundur, seolah menggerakkan penisnya keluar masuk dari vagina Mpok Lina.

—————————————————————————-

Aku melirik kearah Mpok yoyoh, terkesima aku, kulihat dia saat ini sedang memegang celana dalamnya, mengelus-elus daging didalamnya, menatapku, seolah-olah menyuruh aku untuk mengelusnya, menggantikan tangannya. “Pen, sini buruan, loe pengen kagak nih ?” katanya kepadaku, gemetaran aku melihatnya, antara ingin dan takut, aku menghampirinya.

Ia bangkit berdiri, meraih tanganku, “Tenang aja lu, asal loe kagak bilang-bilang ama sapa-sapa, gak bakal dah kenapa-kenapa” katanya seolah mengerti akan keraguanku dan berusaha menenangkanku, kemudian ia dengan cepat membuka pengait BH-nya, melepaskannya, melemparkannya kebawah, sehingga kini 2 payudara yang besar itu menggandul dengan indah dihadapanku. Aku terkesima dengan apa yang kini tersuguh di hadapanku, tak tahu aku apa yang harus kulakukan.

Mpok yoyoh sepertinya mengerti akan kebingunganku, diraihnya tanganku kemudian diarahkannya ke payudaranya, “Pegang nih, elo usel-usel terus remes-remes” katanya sambil menuntun mengajariku, aku mengiyakannya dan menuruti apa katanya, merabanya, benda lunak kenyal itu, mengelus-elusnya, meremas-remasnya, perlahan kemudian aku menekannya meremas-remasnya dengan kencang, kulihat mpok yoyoh mengerenyitkan dahi, menyuruhku menciuminya. Aku menurutinya kucium payudara putih, besar itu. Untuk beberapa lama.

Nampaknya ia tidak sabar, bangun, menarik ritsletingku, memerosotkan celanaku sampai kelutut, dengan celana dalamnya, mengeluarkan penisku hingga mencelat keluar. Mulanya aku menolak namun ia menyuruhku diam, aku bagaikan anak kecil yang sedang didandani oleh ibunya, seperti anak kecil yang akan diganti bajunya, menghadap kearahnya, menurut saja ketika ia menurunkan celanaku, memegang penisku, dan mengocoknya perlahan.

Aku merasa keenakan, diam sambil mendesah pelan, baru kali ini penisku dipegang oleh seorang wanita, biasanya kulakukan dengan mengocoknya sendiri dengan tanganku. Kini dilakukan oleh orang lain, nikmat rasanya menikmati sensasi ini.

Sambil memegang payudaranya, aku menikmati kocokan-kocokan yang dilakukan Mpok Yoyoh terhadapku, aku menengadahkan kepalaku merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa. Kemudian aku seperti merasakan kehangatan dalam penisku, kuturunkan kepalaku sejenak, terkaget aku ketika kulihat kebawah, nampak Mpok Yoyoh sedang memasukkan penisku kedalam mulutnya, mengulumnya.

Duh nikmat sekali rasanya, “mpok … enak banget mpok… terus mpok” kataku kepadanya dan menggoyang-goyangkan pantatnya membayangkan bahwa aku seperti bram yang sedang memaju-mundurkan penisnya kedalam vagina Lina.

Entah berapa absolutist telah berlalu, mungkin karena ini adalah kali pertama kurasakan dan atau karena penisku sudah tegang sejak dari pertama tadi ketika melihat pertunjukkan Tono dan Ella, cepat sekali kurasakan ada desakan yang ingin keluar dari lubang penisku. kutarik cepat dan kusemburkan sperma kedalam muka dan dada Mpok yoyoh.

“Pen, cepet amat loe keluarnya, kaya Blast Somad aja lu “ katanya sambil cengengesan, “gak pernah ma cewek loe ye ?” katanya lagi. “Iye kali mpok, abis enak banget, mpok sih, lagian bikin saya gak tahan aja” kataku sambil tersipu malu.

Mpok yoyoh segera membereskan bajunya, mengenakannya celana jeansnya kembali, merapihkannya, sama seperti sebelumnya. Aku juga segera merapihkan bajuku.

Tiba-tiba kudengar dari dinding sebelah, seperti ada lenguhan dan desahan yang tertahan, aku dan mpok Yoyoh segera bangkit menuju arah suara itu, ruangan depan. Kuintip kedalam, kulihat didalam, tampak bram sedang memajumundurkan pantatnya dengan cepat, semakin cepat, membuat Mpok Lina tampak kenikmatan, mendesah-desah, mengeluarkan erangan dan desisan yang tak jelas.

Tak absolutist kemudian, beberapa menit selanjutnya kulihat Bram menarik penisnya dari lubang vagina Mpok Lina kemudian memegang penis tersebut dan mengocok-ngocoknya dengan tanganya, dan mengeluarkan spermanya, menumpahkannya diatas vagina dan perut Mpok Lina.

Aku melirik Mpok Yoyoh, ia tersenyum kepadaku, nyengir, ia kemudian menarikku, mengambil kopi yang tergeletak di lantai, kemudian menyuruh kami keluar, ke arah belakang, tempat dimana tadi kami masuk. Kami berdua duduk diberanda belakang, berbicara, mengobrol sambil menunggu mereka berdua keluar.

Tak absolutist kemudian, dari pintu kulihat Bram melangkah keluar, nyengir, “Hei, ngapain lu pada beduaan aje disini, kaya orang pacaran aje, diem-dieman” katanya kepada kami berdua, aku hanya memandangnya, tersenyum, “iseng aje ngobrol ma mpok yoyoh, nungguin Blast Somad, kali aja die balik” kataku menjawab sekenanya. Bram mengajak aku untuk meninggalkan tempat tersebut, mengambil kopiku yang tergeletak disebelahku, menghirupnya dengan napsu, kemudian berbalik memandang lina yang kini telah berdiri dipintu, keringatan, masih ngos-ngosan nampaknya, “Mpok balik dulu ye, makasih kopinye, kesian yang laen pada nungguin, apa sekalian manggilin blast Somad ye Mpok ? nyuruh kemari, bilang mpok minta dikekepin” katanya lagi.

“Rese lu Im, awas lu ye” kata mpok Yoyoh menyahuti komentar si Iim, sambil terbahak kami melangkah meninggalkan tempat itu.

“Pen, lu kenape tadi diem aje, bukannye nyusulin gw, kan lumayan lu bisa megang-megang si Lina” keluar kata-kata itu dari mulut Bram, aku menjawabnya, “Ogah ah, gak enak gw, masa Si Lina mo aeroplane beduain, ntar kalo jie ngomel-ngomel gimana ?, bisa rame warga” aku menjawabnya. “Yah eloe mah payah, daripada loe ngobrol ma si Yoyoh nemenin die, kagak dapet apa-apaan ” katanya lagi sambil mencibirku.

Aku hanya tersenyum memandangnya, untunglah dia tidak tahu apa yang kulakukan tadi dengan Mpok yoyoh, seandainya dia tahu, trus kemudian disuatu hari nanti aku ribut-ribut atau ada selek dengannya, bukan mustahil berita ini akan tersebar keluar dan diketahui oleh Blast Somad, bisa-bisa leherku digorok oleh Blast Somad.

Kami tiba ditempat rumah kong Sule dengan cepat, disana kulihat formasi masih tetap, Alex, Dupri, Blast Somad dan Si Buluk, nampak serius menghadapi kartu didepannya. Buluk yang pertama kali melihat kedatangan kami, “Eh muke gile lu pegi absolutist amat, katanye sebentaran, nih blast somad udah mo ngider lagi, ntar dicariin Pak RW baru nyaho die” aku hanya nyengir saja melihat mereka, kemudian Alex mengomentari lagi, “Iye lo, blast somad modal yang loe kasih tadi udah bures, malah die minjem duit gw nech, 3 rebu” katanya sambil nyengir.

“Sorri pren, sorri, gw tadi niatan mo ngambil makanan di rumah emak gw, cuman si pendi nih pake numpang berak, aigrette absolutist amat gue nungguinnye” katanya seolah-olah menyesali apa yang telah terjadi……

Cerita Seks Nikmatnya Tubuh Guruku Yang Seksi

Cerita Seks ini menceritakan tentang hubungan seorang murid dan guru. mereka melakukan hubungan seks yang tidak seharusnya. dari pada tunggu lama-lama, langsung saja kita mulai baca cerita dewasa ini. chek disout.heee.... Namaku adi, aku saat ini berumur 21 tahun, aku sekarang masih kuliyah disalah satu universitas ternama di Malang. Waktu aku masih duduk dibangku SD aku pernah mempunyai seorang guru wanita yang membuatku selalu membayangkannya tiap malam. Dia bernama Bu Lilik Masriyah, dia sudah mempunyai suami bernama Pak Lukman yang juga seorang Guru. Bu lilik mempunyai 3 orang anak, anaknya yang pertama sebaya denganku sedangkan anaknya yang kedua kelas 1 SMA, anaknya yang ketiga duduk dibangku TK. Bu lilik dikenal oleh semua murid sebagai guru yang otoriter, begitu banyak murid murid yang takut bila dia yang mengajar. Tapi dimataku dia adalah wanita yang perfect. Saat ini Bu lilik adalah seorang wanita yang berumur 40 tahun yang anggun, dia cantik, kulitnya putih, hidungnya mancung, bibirnya merah delima, rambutnya sebahu, postur tubuhnya tinggi, body tubuhnya lumayan dan masih singset daripada wanita 40 tahun lainnya. Sewaktu aku masih duduk dibangku SD, tak sengaja sering terlihat BH yang dipakai Bu lilik waktu dia sedang menulis di papan tulis ataupun waktu dia sedang duduk. Hal – hal itu yang membuatku terbayang – baying setiap saat setiap waktu. Bisa dibilang masa puberku waktu itu terjadi karena sering membayangkan aku bercinta dengan Bu lilik. Dasar anak – anak pikirku.

Setiap pulang dari malang aku selalu lewat depan rumahnya, kulihat rumahnya selalu sepi. Mungkin setiap aku lewat dia tak sedang berada diRumah. Singkat cerita Waktu itu aku tiba dirumah pukul 12 malam. Aku sejenak duduk diruang tamu kulihat dimeja ada sebuah undangan reuni dari sekolah SD ku dulu. Besoknya aku datang ke tempat reuni aku bertemu dengan banyak teman – teman SD disitu. Kulihat Bu lilik juga hadir dalan acara tersebut. Ku lihat dia masih tetap cantik seperti dulu. Dalam acara tersebut panitia reuni mengadakan tour ke Bali dalam rangka ulang tahun berdirinya sekolah. Kebetulan 1 minggu aku libur kuliyah dan aku memutuskan untuk ikut dalam tour tersebut. Pukul 4 sore acaranya selesai. Aku segera menghampiri Bu lilik. Ku jabat dan kucium tangannya seraya memberi hormat padanya. Hanya beberapa menit kami ngobrol. Kulihat yang lain sudah pada pulang. “Bu nunggu siapa? Kok belum pulang? Nunggu jemputan yah??” tanyaku sambil tersenyum kecil. “iyah.. ibu nunggu jemputan anak ibu…” jawabnya sambil membalas senyumku “loh memang suami Bu lilik kemana kok anak ibu yang jemput???” tanyaku lagi. “suami ibu lagi melayat ke rumah temanya kedua anak ibu dirumah tapi anak ibu yang sebaya dengan kamu kuliyah diSurabaya dan tadinya dia mau pulang dan sekalian jemput ibu gitu” “oh anak ibu kuliyah diSurabaya ngekost yah bu???” kemudian hp di tasnya Bu lilik berbunyi dan akhirnya dia mengangkatnya. Beberapa detik pembicaraan ku dengan dia terpotong dengan suara hp di tasnya. “oh anak ibu kos disana dia Cuma pulang 1 minggu 1 kali. Tapi kali ini dia gak bissa pulang karena banyak tugas di kampus….barusan dia nelpon ibu” dalam hati ku berkata ini kesempatan untukku untuk bissa menawarkan sesuatu pada dia. “maaf bu lilik, kalau saya diperbolehkan biarkan saya saja yang nganterin ibu pulang…gimana bu???” “eeehhhmmm..gimana yah Di…eehhmmm… yauda deh ibu mau”

Cerita seksSetelah sampai didepan rumahnya aku memintai dia nomor HP. Kemudian waktu terus berlalu. 2 hari berikutnya aku berangkat ke Bali bareng teman teman alumni yang ikut. Kulihat pula ternyata Bu lilik ikut dalam tour ini. Aku segera berpindah duduk disamping Bu lilik. “Bu suami dan anaknya kok gak diajak…” “suami ibu dan anak anak ibu pada gak mau ibu ajak… gak tau ni padahal kan gratis” waktu terus berlalu kami ngobrol cukup lama sampai tertidur dalam bus. Ingin sekali kudekap tubuh mulus nya itu tapi untung aku masih bissa mengendalikan diri karena banyak orang didalam bus itu. Waktu terus berjalan, akhirnya pukul 5 pagi aku dan rombongan sekolah tiba di pantai sanur untuk melihat sunrise. Pukul 10 pagi aku dan rombongan tiba diHotel. Kebetulan aku dan rombongan menginap diHotel yang mewah dan berkelas tak heran kalau banyak orang kaya disitu. Aku segera masuk kamar dan melepas kepenatan dengan mandi dikolam renang. Saat mandi dikolam renang tak sengaja kulihat Bu lilik hanya mengenakan BH G- string berwarna hitam. Karena kebetulan kamarku dengan kamar Bulilik berdekatan hanya saja kamar Bu lilik berada di lantai atas dan kebetulan juga Bu lilik waktu ganti baju lupa menutup jendela dan akhirnya terlihat dari bawah. ‘wwooow nafsu birahi langsung memuncak., pemandangan seperti itu membuat penisku yang tadi tidur menjadi bangun dank eras dan amat keras. Dalam hati aku berkata “nanti malam aku harus bissa masuk kekamar bulilik”

Malam pun tiba. Pukul 8 malam aku mengetuk pintu kamar Bu lilik. Kuketuk beberapa kali tapi gak ada yang membuka. Kemudian aku hendak balik kekamarku, dan baru dua langka Bu lilik memanggilku. “Ada apa Di??? “ kulihat Bu lilik mengenakan baju tidur dan kulihat pula rambutnya basah. Ternyata dia habis mandi. “saya mau ngobrol sesuatu pada ibu gak papa kan kalau saya masuk, maaf bu kalau saya menggangu istarahat ibu” “ohhh… ya uda masuk ajah” langsung aku mengunci pintunya tanpa sepengatahuan Bu lilik. setelah didalam kamar aku ngobrol beberapa kata dengan dia. Kemudian aku bilang pada Bu lilik kalau aku suka kepadanya dan sangat mengaguminya. “Bu aku sangat ingin sekali memiliki kamu bu, tapi ibu sudah bersuami dan ibu sudah punya anak, kalau boleh memilih takdir aku ingin jadi suamimu Bu” langsung seketika Bu lilik kaget dan marah dengan pengakuanku tadi. “Di…kamu gak boleh sepeti ini pada Ibu…bagaimanapun juga Ibu ini tetap Mantan Gurumu dan harus kau hormati dan jangan mengada ngada tentang kata katamu tadi”

Aku segera mendekati tubuh Bu lilik. Terasa sudah keras penisku tertahan oleh CD yang kukenakan saat mendekati tubuhnya. Langsung dengan cekatan kucium pipinya yang sebelah kiri. “Astagfirullah Di…jangan…di…” saat Bu lilik melontarkan kata kata itu dengan nada marah dan kesal tanpa panjang lebar langsung masih dalam posisi berdiri aku memeluk tubuhnya bu Lilik dengan erat, segera kuciumi pipinya dan bibirnya. “Di jangan Di….ibu mohon jangan” bu lilik hanya marah tapi dia tidak berontak seperti adegan adegan perkosaan lain. Dia hanya melarangku dengan kata – kata nya yang bernada marah tapi dia tak melawan bahkan tangannya diam tak berusaha mendorong tubuhku. Setelah beberapa kali kuciumi pipi nya baik sebelah kanan maupun kiri aku beralih ke lehernya yang putih dan mulus. Kuciumi dengan lahap lehernya, bahkan waktu itu aku mirip seperti orang kesetanan yang bringas. Dengan cepat kuciumi setiap lekuk leher bu lilik dengan bringas. “stop..hentikan ini Di…kamu jangan kurang ajar sama Ibu..aaaahhh…aaaahhh…hentikan Di….aaaahhh” kudengar nada kata katanya yang tadi seperti orang marah ternyata sekarang berubah menjadi lirih dan diiringi dengan desahan desahannya yang membuatku semakin bringas dan liar menciumi lehernya. Aroma wangi tubuhnya membuat penisku seperti ingin keluar merobek CD. Sambil menciumi leher dan bibirnya Segera aku melepas baju ku sedikit demi sedikit hingga kuhanya mengenakan CD Kulihat Bu lilik memejamkan mata sambil mendesah dan melarangku melakukan itu. “Di…jangan….Di….aaaaahhhhh….ini perbuatan dosa Di….aaaahhhh….sekali lagi…ibu mohon………aaaaaaahhhhhhh”

Setelah puas menciumi lehernya aku langsung beralih menciumi bagian pundaknya sambil mencoba melepaskan baju tidur yang dia pakai. “dasar….bajingan kamu…Di….hentikan…ibu mohon….aaaaaaaaahhhhh…..Ibu gak mau Di….ini dosa….….aaaaahhhhh….” dia terus mendesah sambil memejamkan mata. Tak lama kemudian Baju tidurnya terjatuh dilantai, kulihat dia memakai BH G-string merah, kulihat BH G string yang dia pakai seperti terlalu ketat dan kekecilan sehingga Payudaranya dibagian atas seperi mau menjumbul keluar. segera kusosor dengan lahap pundak dan dadanya yang terlihat mulus. Ditengah aksiku menciumi dadanya aku berkata pada bu lilik “Bu aku ingin sekali ibu orang yang pertama kali mendapatkan perjakaku ini, cccccpppppccckkk….. jadi aku mohon…mmmmuuuuaaaachhhh…mmmmhhhhcccchhh….. izinkan aku menjamah tubuh ibu yang mulus ini… karena sejak SD aku menantikan kesempatan seperti ini dengan kamu Bu” langsung kuteruskan ciumanku ke pundak dan dadanya yang mulus. “tapi kamu salah Di…ibu ini hanya wanita tua berumur 40 tahun… aaaaahhhh….tak pantas…kau perlakukan ibu sperti ini….….aaaaahhhhh…. ibu tak ada bedanya dengan ibu kamu sendiri….….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh….hentikan hentikan Di….kamu memang biadab….….aaaaahhhhh….dasar terkutuk kamu….aaaaahhhhh….” setelah puas kumenciumi dadanya kuciumi Payudaranya yang masih terbungkus BH G-String berwarna merah. Saat bibirku menyentuh tali BH nya. Aku benar benar seperti orang kesetanan dan bringas, kulahap dengan cepat hingga BH nya yang dia pakai basah karena air liurku. Kemudian sambil terus menciumi payudaranya yang terbungkus BH aku mencoba membuka kancing BH nya yang berada dibelakang punggungnya. Akhirnya tanganku berhasil meraih kancing BH nya. Segera kutarik dengan cepat terlepaslah BH yang dia pakai dan terjatuh diLantai. Aku sangat kaget melihat ukuran payudaranya saat BH nya ku buka ternyata sangat montok dan besar, padahal dulu aku mengira payudaranya ukuranya kecil serta biasa saja, tapi setelah terpampang didepanku langsung dengan bringas/liar/lahap/bahkan seperti orang kesetanan aku lagsung menciumi kedua payudaranya yang montok itu baik kanan ataupun kiri, seperti orang yang tak sabaran dan tergesa gesa gaya ciumanku terhadap payudaranya itu.

“….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh…. biadab kamu ….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh…. jangan….aaaaahhhhh….jangan….aaaaahhhhh….jaaaaaaaaaangaaaaaannn Di” desahannya yang lirih sambil menegelus elus dan memegangi kepalaku. Sangat lama sekali aku menciumi kedua payudaranya. Tak henti hentinya kuciumi berulang ulang payudaranya. “mmmccchhhhh…mmmmmcccchhhh,…..” terasa nikmat sekali terasa seperti dipuncak kenikmatan saat kuberulang ulang kumenciumi kedua payudaranya. Setelah berulang kali kuciumi kumenghisap payudaranya yang sebelah kanan secara bergantian baek kiri maupun kanan” beberapa menit lamanya aku gak tahu yang kurasa kulakukan ciuman dipayudaranya itu sangat lama dari pada yang ciumanku dibagian tubuhnya yang lain. Sambil terus menciumi dan menghisap payudaranya yang montok aku mendorong tubuh Bu lilik ke ranjang besar dan empuk itu. Bu lilik dan tubuhku terbaring di atas ranjang dengan posisi tubuhku diatas tubuh Bu lilik. “….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh…. biadab kamu ….aaaaahhhhh….….bangsat kamu aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh…. jangan….aaaaahhhhh….jangan….aaaaahhhhh….jaaaaaaaaaangaaaaaannn Di”

Cerita sekssetelah cukup lama ku menciumi dan menghisap kedua payudaranya aku beralih ke perutnya. Kuciumi perut dan pusarnya sampai menuju vaginanya yang masih terbungkus oleh CD G-String Hitam. Kurasakan saat bibirku menyentuh vaginanya yang ternyata sudah basah sekali. Langsung sambil menciumi selakangannya yang wangi kumelorotkan CD G-string hitam yang dia pakai hingga terlepas dan terjatuh ke lantai. Kusosor dengan lahap vaginanya. “….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh…. biadab kamu ….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh…. jangan….aaaaahhhhh….jangan….aaaaahhhhh….jaaaaaaaaaangaaaaaannn lakukan itu ….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh…….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh….stop ibu gak mau berbuat dosa….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh….” tak lama kemudian Bu lilik tak melarangku tapi dia hanya mendesah berulang kali “….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh…….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh…….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh…….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh….….aaaaahhhhh…aaaauuuuuhh……”

setelah kumenciumi seluruh permukaan vaginanya ku beralih kebawa terus dan terus hingga jari kakinya. Sambil melepas CD yang kukenakan aku menciumi betis dan kakinya. Setelah kuciumi kaki dan jarinya aku naik keatas tubuhnya lagi. Kutindih tubuh Bu lilik sambil menancapkan penisku ke liang vaginanya. Kulihat Bu lilik pasrah sambil memejamkan mata. Tak lama kemudian penisku terbenam tepat diVaginanya Bu lilik yang dari tadi sudah basah sekali. Kugenjot tubuhku berulang kali. “….aaaaahhhhh….….oooohhhhh….….aaaaahhhhh…….aaaauuuu….….aaaaahhhhh…. aaahhhhh….….oooohhhhh….….aaaaahhhhh…….aaaauuuu….….aaaaahhhhh

….aaaaahhhhh….….oooohhhhh….….aaaaahhhhh…….aaaauuuu….….aaaaahhhhh” hanya desahan dan desahan yang keluar dari bibir bu lilik sambil memejamkan kedua matanya. Benar benar dipuncak kenikmatan walu berawal dari pemaksaan aku benar benar manusia paling bahagia didunia waktu itu. Setelah berulang kali ku menggenjot tubuhku, tak lamma kemudian kumerasakan ada yang menyembur deras dari penisku menuju liang vaginanya

setelah air mani itu keluar dan menuju liang vaginannya Bu lilik, aku menggenjot tubuhku lagi berulang kali dengan ritme yang pelan. Hingga air mani itu keluar berulang kali. Setelah beberapa saat kemudian aku merasa lelah sekali setelah berulang kali melakukan genjotan. Kulihat pula dari wajahnya Bu lilik kelelahan. Kulihat dia memejamkan matanya dan menoleh kea rah kiri dan tak berani memandang wajahku. Segera kutarik penisku dari vaginanya dan kuberbaring disampingnya sambil menciumi payudaranya. Ditengah ciumanku aku minta maaf pada Bu lilik ”Bu maafin aku… aku sudah berbuat dosa pada ibu…sekali lagi maaf” kemudian aku mengambil selimut dan aku berbaring disamping Bu lilik sambil memeluk tubuhnya yang mulus, kumenyelimuti tubuh kami berdua dengan selimut yang tebal. Karena udaranya sangat dingin. Kami berdua tidur bersama hingga pagi

Cerita Seks Dengan Sahabat Kecilku

Cerita Seks . kisah ini terjadi dengan sahabat kecilku. saya selalu bersama dengan dia kemanapun, cerita sex ini terjadi ketika kami bersama. Seperti biasa,setelah pulang sekolah,aku langsung merebahkan diri di tempat tidur,aku merenung,pikiranku mengingat pada Gita,sahabat kecilku yang sangat akrab denganku,kuingat dulu Gita digoda oleh segerombol anak -anak sampai nangis,aku yang melihatnya,keluar dan segera membawanya lari.Aku sangat merindukan Gita,suara indahnya,wajah cantiknya,dan sifat ramahnya adalah ciri khas yang tak mungkin kulupakan dari Gita.Sayang saat kami berumur 8 tahun,Gita pindah keluar kota.Kami berteman selama 5 tahun,dan kami betul - betul akrab layaknya seorang kekasih.

Lagu Sahabat kecilku dari Gita Gutawa itu paling pas menggambarkan situasi yang kualami.
Akupun tertidur setelah otakku mengingat kenangan bersama Gita,dulu kami mandi bersama,tidur bersama kalau Gita menginap di rumahku,dan lain - lain,harus kuakui dulu aku menyukai Gita,apalagi wajah cantiknya betul - betul mendukung,Kringg,Kring,telepon berbunyi,akupun mengangkatnya,"Halo","Halo,ini dengan Ardi?","Ya,betul",terdengar olehku yang berbicara adalah seorang wanita,"Astaga,Di,suara kamu udah berubah banget,ya?"Orang di telpon itu berbicara."Hah,ini dengan siapa?"tanyaku memastikan,"Huh,kok kamu bisa lupa,sih,aku Gita,kamu udah lupa,ya?" ,"Astaga,Gita,aku rindu banget pada kamu,suara kamu juga udah berubah,kapan datang ke sini,aku rindu banget,nih",aku betul - betul senang,Gita,sahabat kecilku dan idolaku ternyata belum lupa padaku."Eh,Ardi,bisa kamu jemput aku di bandara besok?,aku mau datang,jadwal pagi""Oh,tentu bisa,Git",kututup gagang telepon,lalu aku sungguh tak sabar menuggu besok.

Pagi - pagi aku sudah ke bandara menunggu,setelah 30 menit kulihat sesosok gadis cantik berkulit putih datang padaku,"Ardi?","Kamu Gita?"Kulihat gadis itu mengangguk,lalu akupun mengangguk,kami berpelukan sejenak,kupandangi tubuh Gita,wajahnya tak jauh berbda,masih cantik seperti dulu,tapi yang paling berubah adalah tubuhnya,payudaranya yang dapat kubilang lumayan untuk gadis berumur 17 tahun,sedangkan lekuk tubuhnya akan menaikkan nafsu setiap pria.

"Wah,kamu berubah,banget,Di,tubuh kamu jadi lebih tinggi dan tegap","Kamu juga ,Git,tubuh kamu makin bagus,wajah kamu menjadi sangat cantik",kulihat Gita tertunduk malu dengan muka memerah,"Ahh,kamu bisa aje,Di,kamu juga makin cakep",mendengar itu,******ku langsung berdiri apalagi melihat tubuh seksinya dan bau harum tubuhnya.

Segera kuajak Gita ke mobil yang memang kukendarai,selama perjalanan,kami melepas rindu masing - masing,saat sampai di rumahku,Gita melepas rindu dengan ibuku yang menganggap Gita seperti anak sendiri,"Git,kamu menginap aja di sini,ya?"kata ibuku,"Oh,boleh aja,tante,tapi Gita takut ngerepotin","Ah,nggak,kok,tante akan lebih senang lagi,kamu tidur sama Ardi aja,kayak dulu,kalian tak terpisahkan",aku dan Gita tersenyum malu - malu,saat kupandang wajahnya saat tersenyum betul - betul mempesona,ingin segera aku memacari dara manis ini.

Gita masuk ke kamarku dan menaruh kopernya,"Kamar ini gak banyak berubah,ya?Jadi teringat saat kita tidur tanpa pakaian karena kepanasan dulu",tiba - tiba mulutku mengatakan"Kamu mau mengulangnya lagi,Git?",semula Gita agak terkejut,tetapi saaat kugoda dan kurayu sebisa mungkin,dia setuju dengan muka malu - malu,dia mulai membuka baju kaos ketatnya,dan terlihatlah BH berwarna putihnya,lalu dia membukanya,dan terlihatlah dua payudara indah yang sudah mulai besar itu,aku sungguh - sungguh nafsu melihatnya,terlebih saat di membuka CDnya dan tampaklah bulu jembutnya yang terlihat rapi dan vaginanya yang agak kemerahan.

Akupun membuka bajuku,******ku yang dari tadi berdiri ini membuat Gita kaget,"Wah,selama ini gak kulihat ternyata dia membesar,ya?"Gita berkata sambil menunjuk ke ******ku,lalu aku menunjuk ke payudaranya,"Itu juga membesar,kan?Indah lgi,apalagi yang di bawahnya",kulihat Gita hanya tersenyum.Dia pun berbaring di sampingku,aku betul - betul tak tahan melihat tubuh indahnya,sesuai dengan wajah cantiknya.

"Kenapa,Di?tegang melihat tubuh indah sahabat kecilmu ini?",kata - kata itu menaikkan nafsuku,segera aku ke bawah tempat tidur berpura - pura mencari sesuatu,padahal ku melirik ke vaginannya yang sungguh indah itu,vaginanya berwarna kemerahan,dengan klitoris indah,aku menelan ludah melihatnya,sehingga tanpa sadar kujilati lubang kenikmatannya itu,"Ahhh,Di,ehmm,apa yang kamu lakukan?",Gita hanya diam menikmati permainanku tetapi dia sesekali meronta kecil pertanda menahan kegelian,kurasakan dinding vaginanya mulai terasa basah,lalu kumainkan klitorisnya,"Ahh,jangan,Di,Akhh",tak kupedulikan kata -katanya itu.

Kini kurasakan nafas Gita mulai tak beraturan pertanda dia sudah nafsu,dia segera turun lalu mendorongku ke tempat tidur,lalu dia mulai bermain dengan ******ku,dia mengemutnya dan menjilatnya,"Akhhh,ehhmmm,Ahhh,kurasakan kenikmatan luar biasa,astaga,aku hanya terkejut melihat tingkah Gita,dia menaruh lubang kenikmatannya di atas ******ku,aku terkejut campur senang,diam mulai menaik turunkan badannya karena susah masuk,karena dia masih perawan,setelah lima menit,akhirnya amblaslah ******ku ke dalam vaginannya,sungguh nikmat yang baru pertama ini kurasakan,Gita,gadis pujaanku menanamkan ******ku ke dalam vaginannya.

Gita mulai menaikturunkan badannya dengan cepat,kurasakan sakit tapi nikmat,begitu pula dengan Gita,dia mendesah kenikmatan,"Ahhhhh,******mu enak,deh,Di,"Akhhh,Ehmmm,vagina kamu juga enak,sayang",kini tanganku meraih ke payudaranya dengan puting kemerahan,kuremas dengan lembut membuat nafsunya naik lagi,sehingga dia menaikturunkan tubuh mungilnya dengan lebih cepat lagi,"Ssshh,Akhhh,Git,enak,terusin,sayang"."Ahhh,aku mau keluar,Di.".Kurasakan cairan dari vagina sahabat kecilku itu membasahi ******ku dengan hangat.

Kuarahkan tubuhnya untuk melakukan posisi doggystyle,kumasukkan ******ku dengan perlahan,lalu semakin cepat,kurasakan ******ku seperti dipijit oleh lubang kenikmatan Gita,membuatku merasakan sensasi luar biasa,tak seperti sensasi saat onani,Gita mengeluarkan air mata menahan sakit dan ikmat,******ku yang basah karena cairan vaginanya itu keluar masuk dengan cepat di vaginanya,"Ahhh,enak,Di,terusin,Di,aku mohon jangan berhenti",segera kumajumundurkan pantatku dengan cepat,semakin kuat pula pijtan vaginanya pada ******ku,kurasakan pejuku keluar bersamaan dengan cairan vaginanya setelah dia mengalami orgasme kedua.

Kami terbaring lemas,lalu berpelukan,aku melakukan french kiss padanya,sangat hangat bibir Gita ini,membuatku terpesona padanya,"Di,kamu tahu gak kenapa aku rela memberikan perawanku padamu?",air mata masih menetes di pipinya,aku menggeleng pelan,"Karena aku sayang sama kamu,aku cinta sama kamu,kamu mau gak jadi pacarku?",jantungku serasa berdetk lebih cepat,darhku mendesir dengan cepat,impianku terkabul,Gita,sahabat kecilku yang menjadi pujaanku ingin menjadi pacarku,akupun menjawab "Iya,deh,Git,aku juga dari dulu cinta sama kamu",Gita tersenyum bahagia,air mata menetes di pipinya,dan kembali dia melakukan french kiss padaku,Oh,aku sungguh mencintai Gita.Kami melakukan hubungan lagi,dan kulihat wajah Gita sangat puas.

Cerita Populer