Cerita Seks Tinggal di komplek perumahan memang banyak meninggalkan cerita. Gossip, polemik rumah tangga, persaingan keluarga dan masih banyak lainnya. Seperti yang terjadi pada tetanggaku ini.
Sebut saja keluarga Mohan. Sebuah keluarga cukup berada di lingkunganku. Pak Mohan adalah pengusaha yang terbilang sukses, punya usaha Cargo yang cukup dikenal dalam urusan export import. Hanya saja seiring dengan perkembangan usahanya pak Mohan harus sering meninggalkan keluarganya karena berbagai urusan usahanya termasuk entertain client nya, atau juga entertain para pejabat untuk memuluskan berbagai perijinan. Saking seringnya urusan “keluar” (sengaja dikasi tanda petik untuk memberi konotasi seperti yang kita pahami) tersiar juga kabar kalau pak Mohan memiliki simpanan diluar sana. Kondisi ini tentu saja tidak menyenangkan bagi bu Riska, istri pak Mohan. Maklum di komplek perumahan begini, berita cepat menyebar bak gosip selebrity. Sebagai tetangga aku juga prihatin dengan keadaan keluarga bu Riska. Entah apa yang kurang dari diri bu Riska ini sehingga tega teganya pak mohan memiliki wanita lain. Perlu aku jelaskan bu riska ini orangnya cantik, putih, tinggi dengan bentuk tubuh yang bagiku sempurna, bagaimana tidak, dengan kulit bersih yang selalu terawat dan belahan dada yang menantang (entah disengaja atau tidak, bu riska sering memamerkan belahan dadanya dengan mengenakan baju yang berleher rendah) dan yang bagiku sangat menarik adalah bentuk pantatnya yang bulat dan agak tinggi kayak pantat bebek. Hanya saja dia memang agak tertutup dan kurang bergaul di lingkungan kami. Karena rumah ku berhadapan dengan rumah pak mohan hanya dibatasi jalan komplek aku jadi sering tahu apa yang terjadi di dalam rumah tersebut. Terlebih lagi rumahku tidak punya tembok pembatas seperti rumah lainnya, maklumlah bujangan yang baru saja beli rumah itupun cicilan jadi belum bisa bikin pagar. Sering kali aku lihat pertengkaran dirumah itu yang akhirnya berujung dengan perginya pak mohan naik Honda CRV-nya kemudian disusul dengan munculnya bu riska menutup pagar dengan mata sembab. Hal ini tidak lepas dari pengamatanku (kayak pengamat militer) dan sering pula tanpa sengaja aku bertemu pandang dengan bu riska. Biasanya bu riska memaksakan tersenyum kearahku dan akupun membalas dengan senyuman….
Berawal dari sinilah pada suatu hari aku memberanikan diri bertanya pada bu riska meskipun aku dapat menerka apa yang telah terjadi. Mulanya dia mengelak untuk bercerita tapi setelah aku janjikan aku bisa menjaga rahasia dan mungkin bisa menolong bu riska mempersilahkan aku untuk datang kerumahnya. Rumah besar dengan perbotan lengkap ternyata menyimpan kesedihan bagi bu riska. Bu riska punya seorang putri kelas 2 SD, seorang pembantu setengah baya yang sering kupanggil bibik juga tinggal disana. Persis seperti yang di gunjingkan orang, bu riska cerita kalo suaminya sekarang jarang dirumah, seringkali pulang pagi dan juga beberapa kali tidak pulang 1 sampai 2 hari. Belum lagi jika pak mohan harus pergi ke kota lain otomatis bu riska ditinggal untuk beberapa hari tanpa berita. Bu riska yakin suaminya punya WIL, tapi dia nggak tahu siapa orang ke tiga tersebut. Dia ingin sekali untuk mengetahui siapa adanya orang ketiga tersebut itu sebabnya dia menawarkan kerjasama agar aku mencari tahu kegiatan suaminya termasuk mencari tahu identitas WIL nya pak mohan. Singkat cerita akupun menyanggupi karena aku merasa kasihan dengan keadaan bu riska, tapi bukan itu saja, bu riska menjejali kantongku dengan sejumlah uang dan sebuah HP kamera sebagai alat mata-mataku. Kedekatanku dengan bu riska semakin bertambah karena aku harus memberikan laporan padanya. Tidak susah mencari bukti perselingkuhan pak mohan, seminggu setelah menerima tugas dari bu riska, aku mendapati pak mohan sedang menggandeng wanita muda di sebuah rumah makan dekat kantornya, wanita ini mungkin kalah cantik dibanding bu riska, hanya saja lebih muda dan sexy. aku membuntuti pak mohan sehabis makan malam itu sampai ke sebuah rumah dimana dia mengantar wanita tersebut. Bukan itu saja pak mohan rupanya “lembur” di rumah tersebut dan baru pulang sekitar jam 12 an. Selang 2 hari kemudian kejadian yang sama terjadi lagi dan pak mohan “lembur" lagi….. setelah yakin dengan pengamatanku dan tentu saja dengan bukti bukti otentik foto dari hp kamera yang di bekali bu riska, akupun siap menghadap dan memberi laporan pas pak mohan tidak dirumah. Diluar dugaanku bu riska tidak syok sama sekali, mungkin karena dia sudah menduga isi laporanku. Dengan tenang dia memintaku untuk mengantarkan ke rumah wanita yang aku maksudkan. Dengan naik mobil Picanto nya bu riska kami berangkat sore hari berharap wanita itu sudah dirumah. Tiba disana aku tidak melihat tanda tanda mobil pak mohan tapi aku yakin ada orang dirumah. Bu riska memutuskan masuk meskipun aku larang, tapi rupanya dia sudah siap mental. Aku menunggu didalam mobil agak jaur dari rumah tersebut khawatir kalau kalo pak mohan datang. Selang 15 menit telponku berbunyi, bu riska minta aku menjemputnya. Dalam perjalanan pulang bu riska tidak banyak bicara hanya saja dia memintaku untuk mengarah ke pantai. Kami berhenti di pantai dan disitulah bu riska menangis. Aku tidak tahu harus berbuat apa, aku biarkan saja bu riska menangis di dadaku, aku tidak bisa bicara (gak tahu harus bilang apa) hanya mencoba menenangkan bu riska dengan mengelus elus punggungnya.
“De, (panggilanku Dode) cantik mana aku dengan perempuan tadi?” tiba tiba bu riska bertanya
Aku sedikit kaget, tapi segera menjawab
“cantik bu riska lah, bukan Cuma menghibur tapi kenyataannya begitu” jawabku
“tapi kenapa bapak mengencani perempuan itu?” tanyanya lagi. Aku mengerti arah pembicaraan bu riska, rupanya dia tidak habis pikir kenapa suaminya mengencani wanita yang notabene tidak lebih cantik dari dirinya.
“mungkin sudah sifatnya lelaki bu”
“maksudmu?” bu riska mengejar dengan pertanyaan.
“yaaah… biasa barang baru, lebih muda, atau servisnya kali bu” aku menjawab sekenanya takut membuat bu riska tersinggung.
“maksudmu aku sudah tidak menarik lagi?”
“bukan begitu, bu riska masih sangat menarik kok, cantik juga sexy, setidaknya menurut pandangan saya begitu, mungkin karena bapak tertarik barang baru aja bu”
Bu riska menarik nafas, entah apa yang berkecamuk dalam hatinya. Kami terdiam beberapa lama.
“De… kamu masih mau bantu saya?” akhirnya dia buka suara
“Tentu bu, dengan senang hati saya akan bantu sebisa saya”
“kamu bilang aku masih menarik, apa aku cukup menarik buat kamu?” suara sendu itu bagaikan guntur ditelingaku, terus terang aku memang mengagumi wanita ini bahkan tak jarang pula membayangkan dapat bercinta dengannya. Tapi mendengar pertanyaanya ini aku kikuk sendiri, tanganku gemetaran, otakku berfikir mungkin ini saatnya aku dapat mewujudkan bayanganku selama ini, tapi aku takut salah mengartikan kata katanya, aku tidak berani gegabah.
“maksud bu riska?”
“tolong jangan panggil aku ibu, aku merasa tua, panggil saja namaku kecuali dirumah tentunya”
“ooh itu… kalau Cuma itu tentu saya bisa lakukan” jawabku pura pura bloon. Kulihat bu riska tersenyum kecil.
“bukan Cuma itu De, kalau aku cukup menarik buat kamu, tentunya kamu mau dong sama aku”
“eehh… saya tentu saja mau, tapi takutnya riska bakal menyesal. Saya tahu bu riska lagi guncang, saya tidak mau ambil kesempatan dalam keadaan seperti ini” aku mencoba bijaksana
“bukan kali ini saja aku sakit hati De, kamu tahu sendiri…. Aku sudah lelah sakit hati sendiri. Aku tidak mau memikirkan ini lagi, yang ingin kulakukan sekarang adalah sedikit melupakan. Aku lelah jadi istri setia, kalau suamiku bisa melakukan itu kenapa aku tidak? Paling tidak aku masih bisa menikmati hidup khan?” riska mengeluarkan segenap perasaannya.
“yakin kamu mau melakukan ini? Tanyaku lagi. Dan riska hanya menyunggingkan senyum pertanda mengiyakan, akupun memeluknya dengan erat dan memberikan kecupan mesra dibibirnya yang mungil. Dia pun memepererat pelukannya, tampak kalau dia benar benar ingin menikmati suasana.
“kita cari tempat yang aman yuk” ajakku, yang dibalas dengan cubitan kecil di pinggangku. Aku starter mobil ke arah penginapan terdekat.
Aku pilih kamar yang cukup luas dan nyaman, kesan pertama harus menggoda. Riska duduk dipinggiran bed dengan wajah sayu. Setelah membayar sewa kamar short time kepada penjaga, aku mengunci pintu. Kudekati riska perlahan.
“kalau nggak yakin sebaiknya jangan dipaksakan, gak apa apa kok” aku mencoba buka pembicaraan sambil berjongkok didepannya. Aku pegang kedua tangannya dengan lembut. Aku yakin dia perlu sentuhan kelembutan saat ini. Riska menarik nafas …
“aku sangat yakin” katanya, tangan lembutnya mengusap pipiku. “sudah lama aku ingin melakukan ini, bukan hanya karena dendam kepada suamiku de, tapi juga karena aku merasa butuh orang yang peduli padaku. Selama ini suamiku menyia-nyiakan aku, aku butuh kasih sayang de, aku butuh bercinta dengan nyaman, aku butuh kamu” katanya dengan mimik serius. Agak kaget juga aku mendengarnya.
“aku juga sudah lama memperhatikan kamu ris, pertamanya karena kasihan dengan keadaanmu, tapi kemudian aku merasa menyayangimu” kulemparkan rayuan gombalku.
“aku tahu kamu memperhatikankan aku, itu sebabnya pilihanku jatuh pada kamu de” dia mulai mendesah aku sudah sampai dilehernya. Kunikmati bulu bulu halus ditengkuknya dengan bibirku. Aku berpindah ke tempat tidur, duduk dibelakang riska. Tanganku memeluk pinggangnya, sungguh pinggang yang ramping, aku tidak merasakan ada lemak disana sementara bibirku melanjutkan menelusuri leher riska sampai ke belakang telinga, jilatan kecilku membuat riska mendesah panjang. Tangan riska mulai menyetir tanganku dan mengarahkannya ke buah dadanya, tidak kusia-siakan akupun meremas dengan lembut. Aku benar benar ingin menikmatinya sepenuh hati, kembali desahan halus keluar dari bibir riska membuatku tambah bergairah. Beberapa kali remasan cukup membuatku penasaran ingin segera menyaksikan buah dada yang selama ini hanya kulihat belahannya saja. Kubuka kancing bajunya satu persatu dibantu tangan riska yang juga cekatan melanjutkan sampai pakaiannya terlepas, kembali remasan halus kuberikan pada buah dadanya. Terasa lebih mantap tanpa baju dan aku bisa menyaksikan belahan dada yang mulus didepanku. Tidak terlalu besar tapi menggelembung padat seperti mau lepas dari penyangga bra nya. Tanganu menyelinap ke punggung riska hendak mencari kaitan tapi segera ditahan riska. Malah dia membimbing tanganku kearah depan, rupanya kaitannya ada didepan. Dia menoleh kebelakang dan tersenyum, langsung saja kulumat senyumannya yang dibalas riska dengan cepat . tanganku langsung membuka kaitan bra-nya riska, yang terpampang sekarang adalah pemandangan yang luar biasa, aku tertegun beberapa saat sebelum melanjutkan remasan remasanku. Kali ini bukan hanya desahan yang kudengar tapi juga gerakan tubuh riska yang meliuk lik setiap kali tangan ku meremas.
“sayang… kamu lembut sekali… “bisiknya
“kamu suka?” tanyaku
“ya sayang aku suka sekali… perlakukan aku dengan lembut sayang”
“tentu… tubuh seindah kamu sayang untuk dikasari” ujarku sambil pindah posisi. Kali ini aku turun dari tempat tidur, kuangkat tubuh riska keatas tempat tidur seperti menidurkan bayi, tangan riskapun melingkar dileherku. Kali ini posisi riska dalam keadaan telentak siap untuk disantap. Perlahan kudaratkan ciuman mulai dari keningnya, terus turun ke ujung hidung, kemudian melumat sebentar pada bibirnya, meluncur lagi turun ke leher, sapai berhenti diantara belahan payudayanya yang hangat. Kubiarkan saja payudara itu terlepas dan kupermainkan dengan jilatan bergantian kiri dan kanan, sementara tanganku bersiap melucuti celana jean yang dikenakannya. Dengan bantuankaki riska yang sangat kooperatif maka terlepaslah celana itu berikut cd-nya. Aku berdiri mematung menikmati tubuh indah tanpa busana didepanku. Yang selama ini hanya terjadi didalam mimpiku kini nyata. Riska tersenyum sangat manis, tahu kalau mataku sedang menikmati pemandangan tubuh indahnya. Kulanjutkan penelusuranku kearah perut, dengan beberapa jilatan pada udelnya mulutku langsung meluncur keselangkangan riska. Yang terjadi kemudian adalah riska mengangkat pinggulnya seakan hendak menyuguhi mulutku dengan vaginanya. Bau kahas wanita sudah kucium bercampur dengan farfum yang dipakai riska. Ketika lidahku mulai membelah bibir vaginanya, terdengar rintihan panjang….
“De… hibur aku sayang…. Puaskan aku…. Aku ingin lepas….. “
Aku mulai menjilati bibir vagina riska, tangan satunya sibuk meremas payudara dan yang satunya membantu membuka paha riska sehingga aku leluasa untuk menikmati vagina riska. Sembulan kecil merah kulahap dengan nikmat diiringi deru nafas riska yang semakin memburu. Sodokan lidahku mulai masuk ke lubang sempit vaginanya beberapa kali ku ulangi antara jilatan, hisapan dan sodokan disana membuat posisi riska jadi berubah tak karuan sprei pun sudah telepas akibat ditarik dengan hebat oleh riska. Sampai akhirnya dia menghentikan gerakanku.
“sayang berhenti sebentar… “ katanya sambil menahan kepalaku
“kenapa?” tanyaku
“aku sudah tidak kuat, aku mau meledak”
“gak apa apa… lepaskan saja”
“gak ah… aku mau menikatinya bersama sama, kamu bahkan belum buka pakaian” katanya.
Aku baru sadar kalo aku masih berpakaian utuh sementara riska sudah telanjang bulat. Kembali riska duduk ditepi ranjang dan Aku pun berdiri dan membuka kancing bajuku. Rupanya riska cukup kreatif, melihat kesibukanku membuka kancing baju dia pun berinisiatif membukakan kancing dan resleting celanaku. Baju kulempar begitu saja kelantai sementara celana kuplorotkan sampai lepas dengan kakiku. Tinggal cd-ku saja yang membungkus penis ku yang sudah tegang dari tadi. Riska memegang penisku dari luar cd dan perlahan meremasnya. Tanpa menunggu perintah dia pun meloloskan penisku dari cd-ku. Tampak si boy mengacung tepat kea rah mulut riska. Dielusnya perlahan, diciumnya dari pangkal sampai keujung sampai kemudian di masukkannya kedalam mulutnya. Aku membereskan melepas cd-ku sambil menikmati hisapan lembut bibir riska pada penisku. Hanya sebentar tapi cukup membuatku merinding sampai akhirnya riska memohon untuk pertarungan yang sebenarnya.
Dia telentang pasrah di tempat tidur dan aku bersiap memasukkan penisku kedalam vaginanya. Dengan bantuan tangannya yang membimbing penisku kuarahkan si boy ke lubang kenikmatan riska.
“aduh sayang … pelan pelan ya… agak sakit” katanya
“ya sayang … kayaknya lubangnya kekecilan” kataku pula. Aku tidak jadi menusukkan siboy tapi aku gesek gesekan sebentar pada bibir vaginanya riska. Akupun mencoba melumat bibir nya untuk menambah sensasi.. riska paham benar cara menaikkan nafsu. Dia mengimbangi gesekan kepala penisku.
“masukkin sayang … aku sudah siap” katanya lagi. Dan siboy dibimbingnya masuk kelubang kenikmatannya. Perlahan tapi pasti si boy menyusup diantara kehangatan vagina riska yang telah basah. Kulihat dia menggigit bibirnya sendiri sampai kemudian dia berteriak keras ketika seluruh penisku berhasil masuk ke vaginanya.
“ooooh ssaaayaanng …… enakk sekali …… oooohhhhh….ssssssshhhhh genjot sayang… uuh terus” dan entah apalagi katakata yang keluar dari bibirnya. Dia meracau dan mendesah tanpa henti dan tubuhnya pun tidak berhenti meliuk, mengangkat pinggul….. Cuma 5 menit…
“aku mau keluar … aku gak tahan… “ teriaknya
“keluarin aja sayang… nikmati harimu… lepaskan bebanmu “ aku member dorongan. Dan yang terjadi kemudian …. Tubuh riska bergetar, penisku rasanya seperti dijepit….. dan dia mengangkat pinggulnya tinggi tinggi kemudian menghempaskannya begitu saja ke ranjang ….. tidak ada suara beberapa saat sekitar 10 detik yang kurasakan hanya denyutan denyutan pada vagina riska. Kemudian..
“aaahhhhhhhhhhhhhhhhhhh……….” Desahan yang sangat panjang sambil memelukku erat.
Kubiarkan saja begitu beberapa lama sambil mengatur nafas untuk sesi berikutnya.
“terima kasih sayang, aku belum pernah merasakan yang seperti ini dari suamiku. Sekarang aku sangat yakin aku tidak menyesal melakukan ini. Aku mendapat lebih daripada apa yang bisa diberikan suamiku” celotehnya kemudian, terdengar seperti kata kata balas dendam.
“suamimu saja yang tidak bisa menikmati kamu. Kamu sangat luar biasa”pujiku pula. Riska tersenyum.
“maaf ya aku duluan keluar, udah gak tahan banget” katanya
“gak apa apa, khan masih bias dilanjutkan”
“tentu saja… aku akan layani kamu sampai puas malam ini”
Maka berlanjutlah pertarungan kami, riska keluar untuk kedua kalinya disaat aku hampir sampai, dan itu memberiku kesempatan untuk mengatur rithme permainanku dan melanjutkan ke tahap berikutnya. Aku menyudahi permainan ketika riska menjerit untuk ketigakalinya, dan saat itu dorongan lahar dari penisku juga tak tertahankan, akhirnya aku semburkan begitusaja dalam vagina riska. Tampaknya dia juga tidak keberatan. Kami beristirahat sambil berpelukan dengan penis masih menancap.
Dalam perjalanan pulang aku menayakan prihal cara pulangku. Aku khawatir ketahuan pak mohan. tapi riska memastikan kalo pak mohan tidak akan pulang malam itu, karena sedang pergi ke kota S menemui clientnya. Dan pembaca tahu apa yang terjadi selanjutnya……???????
Agen SBOBET - Agen JUDI - Agen Judi Online - Agen Bola - Agen 988betonline
BalasHapusAgen Judi Online
Daftar Agen Bola Online
Agen Bola Terbaik
Agen Judi Bola
Agen Judi Kasino
Barca Ke Markas Olympiakos Tanpa Andres
Mascherano Angkat Kaki Ke Mls
Isis Penggal Kepala Messi Dan Neymar
Anies Baswedan Resmi Hentikan Izin
Cerita Masa Remaja Najwa Shihab Dari