Akibat Mogok

Ini adalah kisahku yang lain sewaktu aku berpacaran dengan Tina, gadis mungil setinggi bahuku. Dari sejak ia SMU kelas 3 tepatnya, berarti telah 3 tahun hubungan kami. Pribadinya yang riang dan manja merupakan daya tarik tersendiri bagiku. Dia sendiri adalah perantau dari Jawa tengah yang tinggal kost berdua dengan kakak perempuannya. Seperti biasanya orang kebanyakan kadang diisi dengan percumbuan – percumbuan menggairahkan. Kadang kami terlibat dalam deep petting yang sangat panas. Tapi kami selalu menjaga agar tak melebihi batas.

Pada suatu sabtu malam setelah puas berjalan-jalan dan bercumbu seperti biasanya aku menjalankan mobilku bergerak hendak pulang, tetapi tak terduga mobilku mogok ditengah hujan lebat yang mengguyur.

"Bagaimana Kak..?" tanyanya sambil memayungi aku yang tengah mengutak-atik mesin mobil (ia selalu memanggilku dengan sebutan “kak" ). Payung tersebut tak dapat menahan hujan yang turun di barengi angin hingga pakaiannya pun ikut basah.

"Sepertinya harus ke bengkel deh.." ujarku sambil membanting kap mesin.
"Itu ada bengkel sepertinya." tunjukku mengarah pada sebuah bangunan yang terlihat seperti bengkel seraya menggamit lengannya untuk menjejeri aku.

Oh ya Tina sekarang telah kuliah di tahun keduanya.
Setelah mengetuk pintu bangunan itu dan memang adalah sebuah bengkel. Dan setelah memeriksa mobil ku petugas bengkel itu sambil menggelengkan kepalanya,

"Kami baru sanggup menyelesaikannya besok siang.., bagaimana pak?" tanyanya.
"Ya ..sudah lah kerjakan saja.." jawabku menghela nafas.
"bagaimana ‘Na. Kakak kan antar kamu ke terminal terdekat untuk pulang ya?" pintaku padanya
"ga mau Kak, Tina takut pulang sendirian malam-malam begini" jawabnya kecut.
"Klo gtu kita terpaksa pulang besok ..ya" ujarku memastikan.
"Habis mo gimana lagi…" sahutnya ringan.

Aku melangkah mendekati petugas bengkel tersebut.

"Pak dekat sini ada penginapan dimana?" tanyaku pada petugas yang sedang membereskan alat-alatnya.
"Di sebelah mas, kami juga mempunyai sebuah paviliun yang cukup bersih yang sering kami sewakan juga untuk menginap paling tidak hingga mobil ini selesai dikerjakan, …." jawabnya tak memalingkan wajah sedikitpun.

"Ok deh Kak…" sergah Tina mengiyakan tawaran petugas tersebut.

Ternyata paviliun tersebut memang cukup bersih dan layak, kata petugas itu. Terletak terpisah dari bangunan induk dengan dilengkapi sebuah kamar mandi di dalamnya berikut sebuah tempat tidur besar dan sofa sekadarnya.

Dengan memakai sarung yang memang selalu ada dalam mobilku Tina keluar dari kamar mandi setelah membersihkan diri. Aku tau ia tak mengenakan apa-apa lagi di balik sarung itu. Gairahku terlecut memandang tubuhnya yang membayang dari balik sarung tipis yang membungkus tubuh sintalnya.

Dengan melangkah ringan ia beranjak ke ranjang dan membaringkan tubuh indahnya di balik selimut.

"Kak disini saja…." pintanya seraya menepuk kasur di sebelahnya.
"Ga usah ragu Kak toh Kak bukan siapa-siapanya Tina.." tambahnya lagi.
"Biarlah Kakak disini saja…." ujarku sambil menarik sarungku dan bergerak mencari posisi yang enak untuk beristirahat di sofa dalam kamar itu.

Tak kusangka Tina bergerak menghampiriku dan sambil mengecup keningku,
"Ayo tidur sama-sama di ranjang…" ucapnya bak sebuah perintah sambil menyeret lenganku.

Dengan terpaksa aku beranjak kemudian membaringkan tubuh dikasur empuk itu disusul Tina berbaring di sampingku. Aku berbaring menelentang dan membiarkan lenganku menjadi bantalan bagi kepalanya. Tubuhnya berbaring menyamping menghadapku dan lengannya memeluk dadaku. Tak lama berselang tubuhnya mendekat dan membaringkan kepalanya di dadaku yang bidang.

Tubuhnya yang hangat itu menempel lekat pada dadaku. Terasa kehangatan tubuhnya menyebar dari balik sarung penutup yang membatasi kulit kami. Aku membelai rambutnya sambil menerawang ke langit-langit dengan perasaan yang tak menentu.

"Kak….." panggilnya lirih sambil jemari lentiknya mempermainkan jemarinya dia atas dadaku dan sesekali memijat putting dadaku.
"Hmmm….ya.." sahutku.
"Tina saat ini merasa damai sekali berada sedekat ini dengan Kak.." ujarnya.
"Terus….." sahutku.
"Tina tak menyangka Kakak sungguh lelaki yang menjadi idaman bagi Tina. Kakak sungguh memanjakan dan tau harus bersikap bagaimana terhadap Tina. Tina ga tau harus bagaimana menghadapi hidup kalo Kakak tidak bersama Tina lagi, Tina ga mau kehilangan Kakak….." tambahnya.
"Ga pantas kamu berkata demikian ‘Na, toh Kakak ga pernah terlintas pikiran sedikitpun untuk meninggalkan kamu…" ujarku menenangkan.
"Sebentar ya ‘yang…" sahutnya beringsut turun dari ranjang.

Terdengar suara gemericik air.dari kamar mandi tatkala gadis sintal itu berada di dalam. Lampu kamar telah dari tadi di matikan, hingga hTina sinar lampu dari teras menembus gordyn remang-remang ke dalam kamar. Tak lama kemudian Tina keluar dari kamar mandi dan naik ke pembaringan.

Aku hampir terlonjak kaget saat merasakan sebentuk tubuh merayap dari arah kakiku, menyelusup ke dalam sarung yang tengah ku pakai hingga akhirnya muncul di atas dadaku seraut wajah yang sangat familiar denganku.

"Apa-apan kamu Tina…" sergahku terkejut.

Tak perduli atas seruanku sebentuk tubuh yang ternyata milik Tina itu langsung merebah di sampingku. Tak terbayangkan olehku sebelumnya aku dan Tina berada dalam sebuah sarung dengan bertelanjang bulat! Tina ternyata tak mengenakan lagi sarungnya..!

Langsung terasa olehku tubuh sintalnya yang hangat saat kulit tubuh kami bersentuhan. Dan sebelah paha mulusnya menyilangi kakiku.

"Kak…" panggilnya kembali. Seraya menatap wajahku tersenyum.

Silhoutte yang terbentuk akibat sinar temaram itu sungguh indah terpampang di hadapanku. Wajah manis dengan riap-riap rambut basahnya menebarkan pesona yang sangat indah. Tiba – tiba sebuah kecupan dijatuhkannya pada bibirku.

Aku bangkit dan menarik tubuhnya ikut bangkit dan duduk di hadapanku. Sarung yang tadi kukenakan merosot turun. Bias sinar remang-remang kembali menampakkan silhouette tubuh sintalnya yang sempurna.

Aku menjalari wajahnya dengan kedua telapak tanganku, menarik perlahan wajah oval itu mendekat. Menjatuhkan kecupan ringan pada bibirnya yang penuh menggairahkan tersebut.

"Lagi Kak……." pinta Tina seolah-olah perintah bagiku untuk mengulangi lagi. Bibinya segera terbuka menyambut kecupanku, melumat bibirku dengan lembut. Aku pun balas melumat bibir yang lembut itu dengan tak kalah hangatnya. Lidahku ku julurkan dalam rongga mulutnya, mengait lidahnya yang balas memilin, menghisapi seluruh keharuman di dalam mulutnya hingga tak bersisa.

"Ahhh……." desah Tina sembari menarik nafasnya kembali seraya memutus lumatanku yang menyita rongga mulutnya. Kedua bola mata Tina terlihat menyiratkan ajakan mengundang aku untuk melakukan lebih jauh lagi. Segera ku dekap tubuh mulusnya dan bibirku langsung menyerbu leher jenjangnya dengan ciuman dan jilatan. Kedua tangannya merangkul kepala dan bahu telanjangku.

Lidahku kembali menjalari leher jenjang gadis ini terus menelusuri ke kanan atas mengecup dan menghisap cuping telinganya, sesekali menjilati bagian belakang telinga itu dengan lembut.

Terasa dadanya yang kenyal padat itu menekan dadaku dengan ketat. Aku makin terpengaruh suasana yang makin panas. Dengan satu gerakan buah dada kirinya yang menjulang telah berada dalam mulutku. Langsung kuhisap dan kusedot berulang ulang diselingi permainan lidahku membelai putiknya yang lancip tersebut. Demikian juga dengan yang sebelahnya tak luput mengalami perlakuan yang sama.

"Mm..Kak…..oh….." teruss.." rintihannya menambah semangatku untuk memberikan yang terbaik bagi kekasihku ini.

Perlahan tubuhnya kurebahkan berbaring menelentang, sehingga aku dapat menyaksikan profil tubuhnya sangat menggairahkan. Kulit yang tak terlalu putih dengan buah dada yang padat menjulang menantang, pinggang yang ramping dengan pinggul yang membulat indah sekali…!

Aku menurunkan kepalaku perlahan menjilati pusar pada perut yang rata tersebut, mencucupi liangnya beberapa saat, terus ke bawah menemukan gundukan pertemuan kedua pahanya yang di tumbuhi rambut halus. Kusibakkan rumput halus tersebut dan menemukan lepitan bewarna merah muda yang langsung ku sergap dengan bibirku.

"Ohhh…." pekiknya tertahan merasakan lidahku yang kasap menjelajahi setiap mili bagian yang sensitif itu. Matanya telah membeliak-beliak merasakan lidahku memberikan lecutan-lecutan membara yang makin mendesaknya perlahan makin ke tujuan akhir.

Aku juga hampir tak tahan, segera aku mendekatkan batang kejantananku ke kewanitaan Tina yang telah terbuka. Ku bimbing kepala membola tersebut dan ku tempelkan pada lepitan memerah muda di antara kedua pahanya itu. Ku dorong sedikit sehingga mendesak lepitan tersebut.

Tangan Tina mencengkeram pergelangan tanganku. Tanganku yang menggenggam batang kenyal itu menggerakkan batangku dengan perlahan, menggosok lepitan tersebut dengan ujung yang membola tersebut. Perlahan terasa olehku pinggul Tina bereaksi bergoyang mengimbangi gerakan batangku, tubuhnya menggeliat-geliat bak cacing kepanasan.
Goyangan pinggulnya juga semakin berirama dan semakin cepat, kadang memutar-mutar, kadang maju mundur. Sungguh nikmat sekali gosokan – gosokan yang tercipta oleh gerakan kami, tapi juga sangat menakutkanku kalau-kalau kami tak dapat menahan diri. Selama berhubungan dengan gadis ini baru kali inilah aktifitas seksual yang cukup jauh kami lakukan.

Aku meraih pinggang rampingnya dan menarik tubuhnya agar duduk berhadapan. Segera kedua tanganku menggenggam kedua bola pantatnya yang padat, mengangkatnya dan mengarahkan tepat diatas batang kenyalku.

"Ya Kak…..ufh.." rintihnya kembali. Tina segera paham dengan gerakanku ini karena sering kami lakukan hanya bedanya kali ini tidak terhalangi oleh kain secarikpun. Dengan perlahan ia menggerakkan pinggulnya menempatkan lepitan kewanitaannya persis pada ujung membola kejantananku.

Dengan kedua tanganku yang menjadi tumpuan pinggulnya, aku menggerakkan tanganku memandu goyangan pinggulnya.

"Oh…Kak, ini lebih nikmat dari biasanya…." Ujar Tina lirih.
"Kak lepaskan tanganmu, biar Tina yang bergerak…sayang…" pintanya lagi. Dengan ragu aku melepaskan sebelah tanganku dari bola pantatnya. Dan beralih ke pinggang rampingnya. Buahdadanya yang berada tepat di depan wajahku menjadi sasaran bibir dan lidahku. Bergantian yang kiri maupun yang kanan.

Sementara itu goyangan pinggul Tina makin cepat dan makin liar. Terasakan olehku cairan lembab telah meleleh dari kewanitaan Tina dan melumasi kepala batangku. Rintihannya makin menceracau tak jelas lagi, hingga satu ketika gerakan Tina menurunkan tubuhnya. Terasa olehku kepala batangku menusuk masuk kedalam lepitan yang telah basah tersebut. Tak dalam mungkin hanya sekitar 2-3 cm, tapi cukup membuatku terkejut kaget.

"Ohh….Kak……" pekik Tina kecil sambil matanya yang mendelik menatap mataku. Segera kutahan dengan kedua tanganku agar tubuhnya tidak terus turun. Sementara itu gerakan tubuh Tina makin menggila. Terasakan oleh gadis ini ujung membola batang kenyalku menggerus bagian lembut dalam kewanitaannya. Gerakan tubuhnya yang makin liar menguakkan dan menyibakkan kewanitaannya.

"Kak….uhh…." rintihnya makin sering.

Kusadari Tina kini mengerakkan pinggulnya berirama, menjemput hasratnya yang makin bergejolak.

Mata Tina yang sedang terpejam membelalak menatap mataku. Merasakan kepala batang kekar kejantananku menggosok seluruh penjuru bibir liang keinikmatannya. Pandangan Tina bagai menembus kalbuku. Daya tariknya sudah seperti 2 magnet yang beda kutub. Bibir menganga Tina disambut dengan kuluman bibirku. Sedikit demi sedikit Tina menggerakkan tubuhnya memutar maju mundur di pangkuanku. Gerakan pelan Tina sesekali membuat ciumannya terlepas dari bibirku dan berlanjut dengan adu pandang.

Dua tubuh saling menempel dan bergesek. Dua nafas saling bersambung terengah-engah. Kulit bertemu kulit. Dadaku bagai dibelai dada Tina yang menegang. Belaian puting Tina yang mengeras menyentuh putingku. Belaian yang lain daripada yang lain. Irama gerakan naik-turun Tina terus berlanjut walau pelan.

"Ohh Tina.. ohh..", ucapku dalam kenikmatan dengan mata berkejap-kejap.
Tina makin mempererat dekapannya dan berbisik pada telingaku,

"Kak Dino.., ‘Na mauu..".

Tapi belum tuntas kalimatnya, Tina sudah mengejang hebat tak kuasa menahan tumpahan kenikmatan dalam perasaannya yang terdalam.
Seakan mengerti apa kelanjutan kalimat Tina, Aku membalas bisikan dengan bisikannya tepat ditelinga Tina,

"Lepaskan saja ‘Na, ohh..".
"Ahh..", desah Tina tak bergerak lagi serta bergelinjang dalam kehangatan dekapanku.

Dinding-dinding lepitan liang kenikmatan Tina terasa berdenyut mengantarkan tumpahan kebahagiannya. Tubuh Tina mengejang dan menggeliat merentangkan kakinya dengan tubuh yang mengaku

Cairan orgasme Tina yang membaluri batang kejantanannya, kurasakan bagai banjir asmara. Sesaat kemudian kami berdua tak bergerak maupun bersuara. Masih dalam dekapanku, Tina lemas diatas pangkuanku sambil terpejam. Tina membelai rambutku dengan rasa kasih sayang. Aku pun membalasnya dengan kecupan dalam di pangkal leher Tina.

"Kakak, enak banget tadi…….jadi pengen lagi.." katanya manja.
"Ayo kak……." rengeknya lagi

Segera aku memposisikan diri diatasnya, dan mulai menjalarkan lidahku menyelusuri seluruh sudut tubuh mulusnya. Dari dada yang membusung terus turun.

Saat jilatan-jilatan lidahku sampai ke perut bawah, di bawah pusarnya, Tina mengelus halus pipiku. Saat aku menengadah mencari tahu, Tina hanya menggelengkan kepalanya sedikit. Suatu larangan bukan. Okay, dalam hatiku. Jujur, padahal waktu itu aku kepingin sekali merasakan cairan-cairan yang keluar dari kewanitaan Tina. Tina tetap menempelkan jemarinya di pipiku, sambil ia sendiri mencari posisi untuk tidur.

"Uhh….kak…." desisnya hampir tak terdengar.

Kutunggu Tina sebentar untuk sempat merapikan sebuah bantal dan rambutnya sebelum ia menarik pelan belakang kepalaku untuk bercumbu lagi dengan menidurinya. Ia menyambut dengan isyarat kedua tangan terbuka, dan kedua paha yang dibuka untuk menyambutku. Aku merangkak pelan dari bawah, saling menatap kosong pada kedua mata kami. Rambutku dielus, dan sejalan dengan itu, tubuhku perlahan-lahan turun menindihnya. Ada tempelan kedua payudara hangat di dadaku. Kejantananku semakin terasa hangat memanas diapit oleh kedua perut kami.
"Kak,……" bisiknya lirih.
"Na ingin kakak yang pertama….Na sayang kakak,….." terdengar bisiknya pelan di sela gemuruh gairah kami.

Aku kaget dengan permintaannya kali ini. Tak pernah terpikirkan sebelumnya olehku. Tapi gairah yang telah di ubun – ubunku lebih kuat daripada akal sehatku. Geliat tubuhnya telah membutakan nuraniku.

"Kamu…..be…" Kata kataku tak terselesaikan.
"Sssst ..lakukan kak…….sudah saatnya…" ujarnya sambil menaruh jari pada bibirku. Sungguh aku tak dapat berucap apa – apa lagi dan tenggelam kembali dalam gelora yang menuntut penuntasan.

Aku begitu menikmati suasana itu, entah sepertinya aku dan Tina hanya bertatapan kosong. Arah mata yang hanya saling bergerak ke kiri dan ke kanan melihat kepada mataku dan dia. Tatapan itu benar-benar dalam, dan aku juga benar-benar terbawa hanya karena tatapan itu. Dalam, iya itu kata yang tepat. Aku bisa merasakan dada Tina bergerak. Denyutan kejantananku yang terjepit itu juga terasa pada perut kami. Aku mengecup bibirnya sekali, lalu kembali menatapnya lagi. Tina hanya menjalankan tangannya pada punggungku, berjalan-jalan pada titik keringat yang kian tersebar dimana-mana. Tangan kecilnya mencoba mencengkeram bulatan pantatku. Menggaruknya sekali-kali. Kami terus bertatap seakan tidak peduli apa yang terjadi di bawah karena kami telah sama-sama mengetahuinya dari tatapan kami yang tanpa kata. Bahkan kini Tina, menyelipkan tangannya di antara perut, menggenggam kejantananku. Aku hanya mengangkat pantatku untuk memberikannya keputusan ke Tina, mau dibawa kemana punyaku itu. Tina membawanya mendekati kewanitaannya. Kejantananku sempat diraba-rabanya terlebih dahulu, bahkan sampai ke bagian bola yang menggelantung di sana. Kemudian batang kejantananku diusap-usapkan pada lepitan kewanitaannya.

"Sekarang……kak, lakukanlah………" pintanya lirih

Aku memajukan pinggangku agar sedikit masuk di dalam bibir vertikal itu, namun telapak tangan Tina menahannya. Itu aku rasakan waktu tangan Tina yang berada di atas pantatku, tiba-tiba bergerak menggengam ke pinggangku. Jadi akhirnya ya, kubiarkan aku menahan pantatku, agar Tina bebas bermain dengan ujung kejantananku yang memang besar pada bagian itu. Tak lama setelah itu, Tina yang kian melebarkan bukaan pahanya. Dan dari atas, pantatku mendapat dorongan kecil dari jemari Tina. Secara naluri aku memajukan sedikit pantatku mengikuti. Tina mengangguk kecil, seakan menjawab pertanyaan mataku tentang keraguanku sendiri tentang kepastiannya untuk melakukan ini. Aku hanya mengikuti bahasa Tina dari jemarinya yang ada di pantatku dan satu lagi jemari yang memastikan posisi batangku pada permukaan liang kewanitaannya.

Aku hanya merasakan kepala kejantananku ditekan kuat pada seluruh permukaannya secara merata oleh kewanitaan Tina. Dan di ujung kejantananku, aku merasa agak hangat, lembab.

"Ohh…….pelan – pelan kak…." rintihnya terdengar kembali.

Tina menekan pantatku terus perlahan, dan berhenti, kemudian mengisyaratkan menekan lagi. Rasa sakit sedikit muncul ketika sesuatu organ mendesak bagian inti tubuh, Tina mencoba membantu mempermudah perjalanan dengan menggerakkan pinggul, bagai penari perut memainkan pertunjukkan diatas panggung. Waktu itu sudah dapat dipastikan bahwa setengah kelamin kami saling menyatukan diri. Terasa jepitan yang hangat mencekal dari kewanitaannya pada batang pejalku.

"Uhhh…kak……" jerit kecilnya terdengar.

Terasakan olehku kedua pahanya mengejang kaku. Tegang layaknya tengah menahankan sesuatu. Kami diam sejenak. Tak lama ketegangan itu kini tak lagi menjalari kedua kakinya. Sudah seperti awal sebelum penetrasiku.

Tina kini menaruh kedua tangannya pada pantatku. Melebarkan jemarinya menelungkup pada bundaran pantatku, mengaitkan kedua kakinya di belakangku. Lalu tangan itu mendorong pelan sangat perlahan. Aku dengan sabar mengikuti, menekan pelan, sangat pelan, ketika jeritan kecil terdengar, Aku menghentikan tekanan. Cukup lama kami mencoba membuka gerbang yang tak pernah terpikirkan, kerjasama yg baik akhirnya membuahkan sebuah jeritan kecil panjang, diiringi tancapan kuku Tina ke punggungku, pedih sejenak, sisanya keindahan. Aku hanya mengikuti dorongan jemari itu, dan hasilnya perlahan pasti seluruh batang kejantananku telah masuk terbenam dalam liang kewanitaan Tina. Dan dalam detik-detik itu, mata Tina memutih meredup, meskipun tidak berkedip. Bola mata hitamnya menghilang ke atas yang mungkin kenikmatan. Lebih tepatnya mendelik kurasa.

Tina kembali lagi menatapku dengan mulutnya yang terbuka tipis dan sesekali dijilat. Satu kalimatnya yang aku tidak lupa adalah,

"Ahhhh……rasanya Tina penuh banget kak."
"Ahh….Kaak……oh.." pekik kecil Tina makin sering terdengar.

Aku tidak menjawab, aku ingin sekali langsung kugoyangi itu pantatku. Tiba-tiba batang kejantananku dijepit oleh denyutan kewanitaannya tiga kali. Satu dua tiga. Masih saling bertatap, tapi jelas aku tahu apa yang dia lakukan barusan di bawah sana. Aku coba menarik batang kejantananku, agak terasa geli sedikit, lalu pelan sekali aku masukan lagi. Sesuai tanda dari ibu guruku yaitu tangan Tina yang ada di pinggang dan pantatku. Tina menjepit lagi di bawah sana dua kali, lalu aku inisiatif saja menarik dan masukan pelan. Lama-lama jadi konstan. Punyaku dijepit dua kali, lalu keluarkan dan masukkan. Kadang tak beraturan Tina juga jadi jarang menjepit-jepit lagi. Cuma tangannya saja yang konstan untuk memberi irama kapan aku harus menarik dan kapan aku harus memasukkan batang kejantananku. Aku jadi suka berimprovisasi, aku sekali-kali memutar pinggangku, sehingga ber-efek seperti memutarkan kejantananku waktu masuk ke liang kewanitaan Tina.

Wajah Tina itu menggoda banget deh, kadang dia memandang kosong ke seputaran wajahku. Kadang ya itu dia sampai seperti orang teler sayu matanya dan bola matanya menghilang ke atas. Mulutnya terbuka kalau sudah seperti itu. Dan saat-saat menatap, bibirnya terbuka kecil dan sering kali dibasahinya berulang-ulang. Atau malah kadang ia menggigit kedua bibirnya. Yang paling aku suka sekali adalah raut wajahnya yang tampak seringkali seperti menangis. Mulutnya terbuka tanpa satu katapun, alisnya demikian mengkerut, matanya sayu dan seringkali tertutup. Semula aku kaget melihat ekspresi ini loh. Tapi lama-lama aku tahu juga kalau itu ekspresi dia.

Aku tidak sempat menghitung berapa lama, aku terlalu dalam permainan saling menatap itu. Lagi pula aku sepertinya tidak peduli waktu dalam hal seperti itu, aku lebih mempedulikan seberapa dalam perasaan yang dibagi dan saling memberi hati yang melayani. Bagiku dengan posisiku yang berada di atas bukan berarti tentang kesombongan pria menjajah wanita yang di bawahnya. Aku justru berpikir bahwa aku justru melayani wanita. Itu makanya aku tetap berusaha untuk selalu mempertahankan irama yang konstan. Walaupun jujur banget, bahuku sudah sakit sekali. Aku mengganti banyak posisi tangan untuk menopang tubuhku. Bahuku lama kelamaan pegal sekali. Tapi dengan melihat wajah Tina yang merupakan gambaran kenikmatan dalam penyatuan kelamin ini, aku jadi enggan berganti sikap. Aku juga ingin untuk menyudahi permainan ini.

Pada saat-saat aku berpikir seperti itu, tiba-tiba Tina berbisik rancu,

"Kak, tolong lebih cepat, ahhh ‘Na ga tahan….". Entah kenapa aku merasa terangsang sekali. Erotis sekali dengar dan membayangkan maksudnya.. Sudah begitu, Tina terus mengulangi kalimat-kalimat seperti itu sambil menatap sayu mataku. Bagaimana tidak tambah hormonku naik ke kepala dengan kalimat-kalimat seperti,

"Kak, penuhi lagi Tina kak. Tolong, please. Penuhi Tina dengan punya kakak sayang."

Aku hanya bisa menjawab dengan mulut yang lebih bersuara ngos-ngosan, merapat dan menumpuk dada Tina, lalu memacu dengan irama yang cepat. Banyak sekali yang membikin aku terangsang berat. Selain Tina yang kini merem dan menengadah ke atas, juga bunyi penyatuan kelamin kami bisa terdengar begitu aneh. Tapi waktu itu, aku benar-benar nafsu pokoknya. Tetap saja aku tidak mau kalah untuk terus menatapnya. Soalnya kosa kata dan wajah Tina benar-benar sudah tidak karuan sekarang. Antara bicara, desahan, desisan, raut wajah menangis yang diulang-ulang. Soalnya hal yang sama juga kulakukan.

Ah, aku malu kasih lihat ekspresi mukaku. Aku menunduk di samping kuping Tina. Aku mendesah kenikmatan di samping telinganya terpotong-potong oleh desahan nafas yang memburu.

"Kak mau keluar sayang. Kakak sayang kamu." Detik-detik yang membuat kesadaranku melemah dan melayang. Aku cuma sempat dengar Tina berbisik pelan,

"Keluarin kak, iya basahin Tina dengan punya kakak. Keluarin kak, keluarin." Terus yang bersisa hanya desahan nafas yang mulai tertib. Tina masih ingin tubuhku di atasnya dan menikmati suasana ketelanjangan yang hening itu. Di keheningan itu, Eh, kalau hamil bagaimana yah.

Ia kembali menggelinjang dan mengeluh. Kami berdua merasa di awang-awang. Rasanya bumi ini hanya milik kami berdua. Kami berdua menggerak-gerakkan tubuh kami mencari sentuhan-sentuhan yang paling peka. Kenikmatan makin meninggi, setelah beberapa saat gerakan tubuhnya makin kencang lalu ia memelukku erat-erat seraya merintih,

"Kak, Kak,..." Aku juga tak tahan dan segera menyusulnya,
"Tinna..." Dia memelukku erat, bibir kami berkecupan ketika benihku menyemprot di dalamnya. Cairanku menyatu dengan cairannya. Selama beberapa menit kami masih dalam posisi itu.

"kak, aku cuma ingin sama kamu, engga ada yang lain lagi," katanya.
"Begitu juga aku ‘Na, aku sayang kamu," kataku sambil membelai pipinya. Lalu kukecup bibirnya, mesra dengan segenap perasaanku.

Sekitar setengah jam kami masih berpelukan terbuai oleh pengalaman barusan. Lalu kami bangkit. Aku lap kejantananku dengan handuk kecil, dan ia pun mengelap kewanitaannya, aku lihat ada bercak darah di handuk itu. Lalu kami rebah berhadapan dan kami berpelukan lagi dan tak pakai apa-apa. Kami pun tertidur.

Anda sedang membaca artikel tentang Akibat Mogok dan anda bisa menemukan artikel Akibat Mogok ini dengan url http://hotsex-dewasa.blogspot.com/2011/01/akibat-mogok.html, anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Akibat Mogok ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda, namun jangan lupa untuk meletakkan link Akibat Mogok sumbernya.

Ditulis Oleh : lobento // 19.58
Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar

Cerita Populer